Bagaimana Gaya Belajar Anak Kita?
Oleh : Sumadi
Dalam sebuah pertemuan
wali murid, beberapa orangtua saling curhat
mengenai keadaan dan perilaku anaknya ketika belajar di rumah. Ada yang
bercerita bahwa anaknya sulit bin sukar ketika disuruh belajar. Atau kadang mau
belajar, itupun dengan cara yang menurut orangtua tadi tidak pas. Ada anak yang
belajar sambil terus usil gerakan tubuhnya, tidak bisa tenang. Ada yang mau
belajar sambil corat-coret buku. Ada pula yang mau belajar dengan cara
dibacakan oleh ibunya dengan suara nyaring, sementara si anak asyik
mendengarkan. “Wah…, jadi sang ibu deh yang belajar…” pikir orangtua tersebut.
Ada lagi seorang ibu yang
menceritakan kalau anaknya sangat tertib dalam belajar. Mau membaca dengan
tekun, mengerjakan soal-soal dalam suasana yang sepi. Jadi tidak usah
repot-repot mengajari dengan penuh emosi. Sebagian besar orangtua jadi iri.”
Kok bisa sih anaknya belajar dengan manis?” Ya begitulah, hampir semua orangtua
menginginkan anaknya bisa belajar dalam keadaan serius,
tekun membaca, dalam kondisi sepi. Sehingga diharapkan hasilnya akan memuaskan.
Pembaca yang budiman. Kita tentu paham bahwa Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu dengan penuh warna dan perbedaan. Demikian pun dengan anak dan cara mereka belajar. Maka sangat penting bagi orangtua untuk mengenal dan memahami gaya belajar dari anak-anaknya. Andaikan dalam keluarga memiliki lebih dari satu anak, sangat mungkin akan memiliki gaya belajar yang berbeda. Nah…apa saja dan bagaimana sebenarnya gaya belajar itu ?
Berdasarkan penelitian Bobbi de Porter, kecenderungan manusia dalam belajar itu meliputi tiga gaya. Yakni gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik.
Dalam gaya belajar visual, seseorang akan lebih paham atau mendapatkan penjelasan tentang sesuatu jika membaca atau melihat ilustrasi atau gambar. Hal ini menunjukkan seseorang akan lebih mudah paham dengan memerhatikan secara visual (menggunakan indra pengelihatan). Adapun ciri-ciri anak dengan gaya belajar visual adalah rapi dan teratur, bicara dengan cepat, pengeja yang baik, mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, biasanya tidak terganggu dengan keributan, lebih suka membaca daripada dibacakan.
Gaya belajar auditorial adalah cara belajar yang lebih mamfokuskan pada kemampuan pendengaran. Orang-orang auditorial lebih suka mendengarkan materi daripada membaca. Ciri-cirinya, mudah terganggu oleh keributan, merasa kesulitan untuk menulis, hebat dalam berbicara, lebih suka musik daripada seni visual, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskan, suka membaca dengan keras dan mendengarkan.
Gaya belajar kinestetis, adalah cara belajar di mana lebih mudah menyerap makna dengan praktek langsung, karena dengan melihat dan mendengar mereka kurang mampu. Orang kinestetik akan lebih baik dalam aktivitas gerak dan interaksi kelompok. Ciri-cirinya, berbicara dengan perlahan, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk untuk membaca. Banyak menggunakan isyarat tubuh, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, tidak dapat duduk diam dalam waktu lama.
Itulah macam gaya belajar yang sangat penting dipahami oleh orangtua sedini mungkin. Orangtua dapat mengenal gaya belajar apa yang dimiliki sang anak dengan cara melihat, mengamati dan memahami bagaimana perilaku anak sehari-hari ketika belajar. Dengan bekal pemahaman itu maka tidak akan lagi merasa jengkel dan memaksa anak untuk menuruti cara belajar orangtua, yakni harus tenang, diam, membaca berjam-jam. Jadi biarkanlah anak menikmati belajarnya sesuai dengan karakternya. Biarkan anak belajar dengan senang dan nikmat, senikmat menyantap coklat…
Pembaca yang budiman. Kita tentu paham bahwa Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu dengan penuh warna dan perbedaan. Demikian pun dengan anak dan cara mereka belajar. Maka sangat penting bagi orangtua untuk mengenal dan memahami gaya belajar dari anak-anaknya. Andaikan dalam keluarga memiliki lebih dari satu anak, sangat mungkin akan memiliki gaya belajar yang berbeda. Nah…apa saja dan bagaimana sebenarnya gaya belajar itu ?
Berdasarkan penelitian Bobbi de Porter, kecenderungan manusia dalam belajar itu meliputi tiga gaya. Yakni gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik.
Dalam gaya belajar visual, seseorang akan lebih paham atau mendapatkan penjelasan tentang sesuatu jika membaca atau melihat ilustrasi atau gambar. Hal ini menunjukkan seseorang akan lebih mudah paham dengan memerhatikan secara visual (menggunakan indra pengelihatan). Adapun ciri-ciri anak dengan gaya belajar visual adalah rapi dan teratur, bicara dengan cepat, pengeja yang baik, mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, biasanya tidak terganggu dengan keributan, lebih suka membaca daripada dibacakan.
Gaya belajar auditorial adalah cara belajar yang lebih mamfokuskan pada kemampuan pendengaran. Orang-orang auditorial lebih suka mendengarkan materi daripada membaca. Ciri-cirinya, mudah terganggu oleh keributan, merasa kesulitan untuk menulis, hebat dalam berbicara, lebih suka musik daripada seni visual, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskan, suka membaca dengan keras dan mendengarkan.
Gaya belajar kinestetis, adalah cara belajar di mana lebih mudah menyerap makna dengan praktek langsung, karena dengan melihat dan mendengar mereka kurang mampu. Orang kinestetik akan lebih baik dalam aktivitas gerak dan interaksi kelompok. Ciri-cirinya, berbicara dengan perlahan, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk untuk membaca. Banyak menggunakan isyarat tubuh, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, tidak dapat duduk diam dalam waktu lama.
Itulah macam gaya belajar yang sangat penting dipahami oleh orangtua sedini mungkin. Orangtua dapat mengenal gaya belajar apa yang dimiliki sang anak dengan cara melihat, mengamati dan memahami bagaimana perilaku anak sehari-hari ketika belajar. Dengan bekal pemahaman itu maka tidak akan lagi merasa jengkel dan memaksa anak untuk menuruti cara belajar orangtua, yakni harus tenang, diam, membaca berjam-jam. Jadi biarkanlah anak menikmati belajarnya sesuai dengan karakternya. Biarkan anak belajar dengan senang dan nikmat, senikmat menyantap coklat…
Di akhir cerita salah seorang
wali murid bergurau,”Kira-kira gurunya paham tidak ya… gaya belajar anak
saya?’’ Ya, mudah-mudahan pahamlah ibu…||
Praktisi Pendidikan, Wali murid SDIT Salsabila Klaseman Sleman
Post a Comment