Cerdas di Sekolah : “Aku Ingin Tahu!”
Oleh Sastriviana Wahyu Swariningtyas
"Ustadzah kenapa
bintang ular tangannya bisa putus kalau ditarik? Bisa tumbuh lagi nggak?”. “Ustadzah,
ini namanya ikan apa? Kok kalau dipegang menggembung dan berduri?”
Itulah sepenggal pertanyaan
anak-anak ketika belajar di Pantai Drini beberapa waktu yang lalu. Masih banyak
lagi deretan pertanyaan dari mereka ketika mengeksplor biota laut di Pantai
Drini. Intellectual curiosity atau
rasa ingin tahu anak-anak ini muncul sebagai tanda keinginannya belajar dan
mendapatkan ilmu dari apa yang belum diketahuinya. Berbahagialah orang tua dan
guru yang memiliki anak-anak yang rasa ingin tahunya besar.
Ternyata bukan hal yang mudah untuk
memunculkan rasa keingintahuan di dalam diri anak-anak. Lalu bagaimana untuk
mengembangkan rasa ingin tahu anak yang pada akhirnya bermuara kepada semangat
untuk mencari ilmu? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merangsang rasa
keingintahuan anak.
Pertama, mulailah dengan meminta
anak-anak membuat pertanyaan. Kalau biasanya sebelum memulai pelajaran guru
membuat pertanyaan untuk mengulang materi sebelumnya, maka cobalah juga untuk
meminta anak-anak membuat pertanyaan. Misal, karena saat ini sedang musim hujan
mintalah anak-anak untuk membuat pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang hujan.
Lalu pertanyaan anak ini dapat dibahas bersama-sama. Membuat pertanyaan
terdengar sangat sederhana, tapi setelah dipraktekkan ternyata tidak semua anak
mampu membuat pertanyaan, sekalipun dibebaskan bertanya apa saja. Kemampuan
membuat pertanyaan tidak dapat dianggap remeh. Dengan membuat pertanyaan akan
menstimulus otak anak untuk berpikir. Tidak hanya itu, anak-anak juga berlatih untuk
berani mengungkapkan pendapatnya. Latihlah kemampuan bertanya anak sejak dini,
sehingga dalam suasana apapun dapat menjadi sarana proses belajar.
Kedua, ajaklah anak-anak belajar di
luar, dapat di museum, pantai, hutan, sawah, perpustakaan, pasar, dan
tempat-tempat lain yang dapat memperkaya pengetahuan anak. Mungkin mereka sudah
pernah mengunjungi tempat-tempat tersebut tetapi pikiran mereka tidak diarahkan
untuk mengamati sesuatu. Maka, rencanakanlah pembelajaran di luar lalu guru
mengarahkan apa saja yang akan dieksplor atau digali dari tempat tersebut.
Seperti paragraf di awal, ketika anak-anak belajar di pantai dan diminta untuk
mengamati biota laut, banyak sekali pertanyaan yang muncul dari mereka. Inilah
kesempatan yang baik untuk menumbuhkan keingintahuan anak.
Ketiga, lakukan
eksperimen-eksperimen kecil yang menarik. Anak-anak usia TK dan SD masih sulit
untuk berpikir abstrak atau konseptual. Di usia ini anak-anak akan lebih mampu
menyerap ilmu ketika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari mereka atau secara
kontekstual. Oleh karena itu, pembelajaran dengan melakukan eksperimen
sederhana dapat mengembangkan rasa ingin tahu anak. Seperti membuat es krim
tanpa dimasukkan ke dalam kulkas, air yang dipanaskan menguap. Dari eksperimen
sederhana inilah akan menstimulus keingintahuan mereka: mengapa bisa seperti
itu?
Lalu bagaimana untuk anak-anak yang
pasif? Malu untuk bertanya dan mencari tahu? Untuk anak-anak seperti ini jangan
sampai luput dari perhatian guru. Ketika anak-anak diminta membuat pertanyaan
akan suatu hal pastikan seluruh anak di kelas tersebut membuat pertanyaan.
Ketika hal ini diulang-ulang dengan konsisten, maka anak akan mulai terbiasa
untuk mengemukakan apa yang dipikirkannya.
*) Sastriviana Wahyu Swariningtyas, S.Si. Guru SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta
Foto dokumen SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta
Post a Comment