Ujian Harta
Oleh Tuswan Reksameja
Manusia dicipta cenderung kepada harta, ia mencintai perempuan-perempuan atau laki-laki, mencintai anak-anak, mencintai harta benda dari jenis emas dan perak, mencintai kuda-kuda pilihan (di jaman sekarang berupa kendaraan), dan mencintai sawah ladang. Begitu yang digambarkan Allah dalam surat Ali Imran ayat 14.
Tidak dipungkiri lagi, kecenderungan kepada harta ini memang bisa mengalahkan segalanya. Coba kita kilas balik sejenak, seorang ayah bekerja siang dan malam tentunya agar kehidupannya tercukupi. Ada yang rela berdesakan di kendaraan umum seperti kereta api atau bus untuk kebutuhan hidupnya. Ada yang sudah sangat akrab dengan kemacetan saat berangkat dan pulang kerja. Ada yang gemar meninggalkan keluarganya ke luar kota demi mencukupi kebutuhannya. Dan lain sebagainya. Dan bahkan ada rela menjual salah satu organ tubuhnya karena kebutuhan yang tidak bisa dicukupinya. Semua itu kalau di lihat secara dhohir adalah mengejar harta, mengejar materi.
Manusiawi dan sangat manusiawi memang, karena di jaman sekarang harta menjadi tolok ukur keberhasilan manusia. Para pelancong atau perantau dikatakan berhasil jika mereka mampu membangun rumah biasa menjadi luar biasa, jika saat kembali ke kampungnya membawa banyak duit, memiliki tabungan ratusan juta, jika saat di kampung memilki kendaraan wah, atau bahkan saat menikah dengan wanita atau pria cakep. Iya. Itulah ukuran manusia, harta.
Sungguh, ujian yang berat bukanlah kemiskinan, kekurangan harta benda. Jika ujian yang ditimpakan kepada manusia hanyalah sebatas hal tersebut, sudah tentu manusia dengan mudah menempuhnya. Ujian yang sangat berat adalah saat hidup berlimpah dengan harta, hidup bergelimang dengannya. Karena manusia bisa dibutakan olehnya, dia lupa akan segalanya. Itulah harta. Jika tidak kuat akan ujian harta ini, niscaya manusia akan lupa dirinya.
Nah, untuk itu Islam mengajarkan untuk bisa mengelola harta dengan baik. Dalam harta kita ada hak-hak orang miskin, sehingga kita berkewajiban membersihkan harta yang kita miliki dengan zakat maal, dengan bersedekah.
Oleh sebab itu,simpanlah harta di tangan kita, jika suatu saat nanti harta ini diambil yang punya kita ikhlas memberikannya, jangan menyimpan harta di hati kita, karena saat nanti yang punya mengambilnya hati akan kecewa.
Wallahu a’lam bishawab, hanya Allah yang tahu kebenaranya.
Post a Comment