Memberikan Anak Ketenangan Jiwa
Salman al Farisi mengisahkan bahwa suatu ketika
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sedang duudk bersama beberapa sahabat.
Tiba-tiba Ummu Aiman dengan langkah tergopoh melapor, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami kehilangan Hasan dan Husein!” Dengan segera, beliau
memerintahkan kepada para sahabat, “Bangkitlah kalian semua! Carilah kedua
anaku itu!”
Mereka pun pergi ke segala penjuru. Salman dan
Rasulullah sendiri pergi mencari hingga sampai ke sebuah lereng bukit. Ternyata
di sana dijumpai Hasan dan Husein sedang berpelukan erat-erat karena ketakutan.
Di dekat mereka, ada seekor ular kobra yang berdiri di atas ekornya. Dari mulut
ular itu, keluar bunga-bunga api. Dengan cepat, Rasulullah menghardik ular itu.
Akhirnya ular tersebut pergi dan masuk ke celah bebatuan.
Rasulullah pun segera mendatangi kedua cuuc
tercintanya dan memisahkan pelukan keduanya, kemudian mengusap wajah mereka dan
bersabda, “Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusan kalian berdua, betapa
mulianya kalian berdua di sisi Allah.” Selanjutnya, beliau menggendong salah
satu dari keduanya di atas pundak sebelah kanan, sedangkan yang lain di atas
pundak sebelah kiri (diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jamal Kabir Juz 3 no.
2677).
Begitulah sikap Rasulullah terhadap kedua cucunya
yang saat itu sedang dilanda ketakutan luar biasa akibat abahaya yang muncul di
depan mereka. Dengan tenang, beliau menyingkirkan bahaya tersebut, kemudian
menenangkan mereka dengan kata-kata menghibur dan gendongan lembut yang membuat
mereka lupa pada kejadian menakutkan yang baru saja menimpa. Kedua cucu beliau
tersebut tidak hanya merasa terhibur, namun juga merasa tenang dan terayomi
ketika mereka berada di sisi beliau.
Demikian pula seharusnya kita. Sebagai orangtua,
kita harus mengerti bahwa meski anak masih sangat kecil, ia juga memiliki rasa
sedih dan gembira. Demi perkembangan jiwanya agar ia tumbuuh dengan baik., maka
ia membutuhkan ketenangan. Anak membutuhkan seseorang yan gmampu melindungi
dirinya, sekaligus sebagai tempat untuk mengadu. Lihat saja ketika anak
dijahili oleh temannya, ia pasti lari mencari perlindungan dan ingin mengadukan
kejadian yang dialaminya. Pihak yang dianggap anak sebagai tempat yang tepat
untuk memenuhi semua tuntutannya tersebut adalah orangtuanya sendiri. Apabila ia menemukan kenyamanan, perlindungan
dan ketenangan pada diri orangtua, maka ia pun akan semakin mencintai dan
menuruti arahan mereka.
Ada tindakan-tindakan yang terlihat sepele, namun
dapat memebrikan ketenangan pada jiwa anak, di antaranya pelukan, gendongan,
ciuman, atau juga dengan memangkunya. Keempat hal ini di samping memberikan rasa
tenang juga akan menambah kedekatan hubungan orangtua dan anak. Ia akan
menemukan kehangatan cinta dan ketulusan kasih sayang orangtuanya. Dengan
menggendong seperti yang dicontohkan Rasulullah di atas, anak akan merasa
terlindungi dan terhibur. Rasa takut terhadap sesuatu yang sempat mengguncang
jiwa pun akan sirna.
Alangkah lebih baik lagi jika kita melakukannya
sambil mendongengkan sebuah cerita, mendendangkan nasyid, atau menemaninya
belajar sekaligus menanamkan nilai kebaikan pada anak. Kita juga bisa
menyampaikan pujian padanya jika mampu melakukan hal-hal yang positif,
misalnya, “Wah…., Adik pintar, bisa makan sendiri, gak perlu disuapin lagi,”
Ucapan seperti ini, meski sederhana, akan menumbuhkan suatu gambaran bahwa dia
adalah anak yang pintar dan disayangi orangtuanya. Perasaan positif ini akan
membangun sebuah persepsi yang kuat di dalam dirinya bahwa orangtuanya akan
selalu memebri dukungan dan kasih saying di saat ia melakukan hal-hal yang
baik. Alhasil, ia pun akan bersemangat melakukan hal-hal yang baik dan
bermanfaat. Diharapkan, dia lebih dekat dengan rahmat Allah karena sesungguhnya
rahmat Allah itu dekat dengan orang yang gemar melakukan kebaikan.
“Sesungguhnya rahmat Allah itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik,” (QS Al A’rof 56).||
*) Zakya Nur Azizah, Ibu rumah tangga, tinggal di Yogya
Foto dokumen Majalah Fahma
Post a Comment