Memberikan Anak Ketenangan Jiwa

Oleh Zakya Nur Azizah

Salman al Farisi mengisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sedang duudk bersama beberapa sahabat. Tiba-tiba Ummu Aiman dengan langkah tergopoh melapor, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami kehilangan Hasan dan Husein!” Dengan segera, beliau memerintahkan kepada para sahabat, “Bangkitlah kalian semua! Carilah kedua anaku itu!”
Mereka pun pergi ke segala penjuru. Salman dan Rasulullah sendiri pergi mencari hingga sampai ke sebuah lereng bukit. Ternyata di sana dijumpai Hasan dan Husein sedang berpelukan erat-erat karena ketakutan. Di dekat mereka, ada seekor ular kobra yang berdiri di atas ekornya. Dari mulut ular itu, keluar bunga-bunga api. Dengan cepat, Rasulullah menghardik ular itu. Akhirnya ular tersebut pergi dan masuk ke celah bebatuan.
Rasulullah pun segera mendatangi kedua cuuc tercintanya dan memisahkan pelukan keduanya, kemudian mengusap wajah mereka dan bersabda, “Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusan kalian berdua, betapa mulianya kalian berdua di sisi Allah.” Selanjutnya, beliau menggendong salah satu dari keduanya di atas pundak sebelah kanan, sedangkan yang lain di atas pundak sebelah kiri (diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jamal Kabir Juz 3 no. 2677).
Begitulah sikap Rasulullah terhadap kedua cucunya yang saat itu sedang dilanda ketakutan luar biasa akibat abahaya yang muncul di depan mereka. Dengan tenang, beliau menyingkirkan bahaya tersebut, kemudian menenangkan mereka dengan kata-kata menghibur dan gendongan lembut yang membuat mereka lupa pada kejadian menakutkan yang baru saja menimpa. Kedua cucu beliau tersebut tidak hanya merasa terhibur, namun juga merasa tenang dan terayomi ketika mereka berada di sisi beliau.
Demikian pula seharusnya kita. Sebagai orangtua, kita harus mengerti bahwa meski anak masih sangat kecil, ia juga memiliki rasa sedih dan gembira. Demi perkembangan jiwanya agar ia tumbuuh dengan baik., maka ia membutuhkan ketenangan. Anak membutuhkan seseorang yan gmampu melindungi dirinya, sekaligus sebagai tempat untuk mengadu. Lihat saja ketika anak dijahili oleh temannya, ia pasti lari mencari perlindungan dan ingin mengadukan kejadian yang dialaminya. Pihak yang dianggap anak sebagai tempat yang tepat untuk memenuhi semua tuntutannya tersebut adalah orangtuanya sendiri.  Apabila ia menemukan kenyamanan, perlindungan dan ketenangan pada diri orangtua, maka ia pun akan semakin mencintai dan menuruti arahan mereka.
Ada tindakan-tindakan yang terlihat sepele, namun dapat memebrikan ketenangan pada jiwa anak, di antaranya pelukan, gendongan, ciuman, atau juga dengan memangkunya. Keempat hal ini di samping memberikan rasa tenang juga akan menambah kedekatan hubungan orangtua dan anak. Ia akan menemukan kehangatan cinta dan ketulusan kasih sayang orangtuanya. Dengan menggendong seperti yang dicontohkan Rasulullah di atas, anak akan merasa terlindungi dan terhibur. Rasa takut terhadap sesuatu yang sempat mengguncang jiwa pun akan sirna.
Alangkah lebih baik lagi jika kita melakukannya sambil mendongengkan sebuah cerita, mendendangkan nasyid, atau menemaninya belajar sekaligus menanamkan nilai kebaikan pada anak. Kita juga bisa menyampaikan pujian padanya jika mampu melakukan hal-hal yang positif, misalnya, “Wah…., Adik pintar, bisa makan sendiri, gak perlu disuapin lagi,” Ucapan seperti ini, meski sederhana, akan menumbuhkan suatu gambaran bahwa dia adalah anak yang pintar dan disayangi orangtuanya. Perasaan positif ini akan membangun sebuah persepsi yang kuat di dalam dirinya bahwa orangtuanya akan selalu memebri dukungan dan kasih saying di saat ia melakukan hal-hal yang baik. Alhasil, ia pun akan bersemangat melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Diharapkan, dia lebih dekat dengan rahmat Allah karena sesungguhnya rahmat Allah itu dekat dengan orang yang gemar melakukan kebaikan. “Sesungguhnya rahmat Allah itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik,” (QS Al A’rof 56).||



*) Zakya Nur Azizah, Ibu rumah tangga, tinggal di Yogya
Foto dokumen Majalah Fahma
Powered by Blogger.
close