Mendekatkan Anak pada Alquran
Mendekatkan
pada Alquran diawali dengan mencintainya. Dengan menanamkan kecintaan anak pada
Alquran, maka kecintaan ini akan bersemi di masa dewasanya sehingga kecintaan
pada Alquran ini kelak akan mendominasi cintanya kepada hal hal lain. Maka yang
menjadi perkara penting adalah bagaimana menanamkan cinta anak pada Alquran?
Pertama,
berilah kasih sayang dengan tulus sebagai bukti cinta anda kepada anak. Kasih
sayang yang ditunjukkan secara alami, layaknya kasih sayang orangtua kepada
anak-anaknya, ataupun kasih sayang seorang guru kepada murid-muridnya. Kasih
sayang ini akan menumbuhkan reaksi pada anak, bahwa anda adalah orangtua atau guru
yang harus dicintai, dihormati dan diteladani.
Maka
ketika anda menunjukkan kecintaannya pada Alquran, dengan cintanya yang tulus
dan alami, anak pun akan merasa berkewajiban untuk meneladani. Anak akan
mengikuti bagaimana anda mencintai Alquran.
Maka saatnya anda berbicara kepada anak. Al Quran itu apa? Gunakan bahasa yang
sesuai untuk menyatakan bahwa Alquran adalah firman Allah. Alquran adalah
petunjuk hidup. Pahala bagi para penghafal dan pembacanya.
Kedua,
para pakar pendidikan Islam sepakat bahwa untuk mendekatkan anak pada Alquran
dimulai dari belajar membacanya. Inlah kewajiban anda sebagai orangtua terhadap
anak. Untuk mendukung ini, masukkan anak anda ke sekolah atau madrasah yang
mengajarkan Alquran dengan sungguh-sungguh. Ibnu Khaldun menunjuk pentingnya
pendidikan Alquran. Beliau mengatakan bahwa pendidikan Alquran merupakan
fondasi seluruh kurikulum pendidikan di dunia Islam. Hal senada dikemukakan
oleh Ibnu Sina. Menurutnya, segenap potensi anak hendaknya dicurahkan untuk
menerima pendidikan utama ini ( Alquran), agar anak mendapat bahasa aslinya.
Tidak
cukup hanya dengan memasukkan anak ke sekolah atau madrasah yang mengajarkan
Alquran. Hal yang utama adalah bagaimana anda membangun budaya di rumah atas
dasar kecintaan pada Alquran. Dari pengalaman penulis, anak yang belajar Alquran dapat dikelompokkan dalam tiga tipe.
Pertama, anak yang semangat selalu hadir belajar Alquran meskipun hujan,
sedikit kecewa jika libur. Kedua, anak yang bertahan sebagai murid tetapi jika
ada kendala sedikit, mudah beralasan untuk tidak hadir. Ketiga, anak yang
belajarnya hanya bertahan dalam hitungan sepekan dua pekan. Ternyata ketiga
tipe ini sangat terkait dengan kesungguhan orangtua menanamkan kecintaan pada
Alquran. Di antara anak-anak yang masuk dalam
tipe pertama adalah dari orangtua yang belum bisa baca Al Quran tetapi mereka
bersemangat belajar untuk bisa membaca Al Quran.
Ketiga,
menjadikan Al Quran sebagai hukum, aturan, ilmu, dan peristiwa yang hidup di mata
anak-anak. Dengan memberi sebanyak mungkin pengalaman spiritual yang terkait
dengan kandungan Alquran. Meminjam istilah Fauzil Adhim; dengan mengajarkan Alquran
secara kontekstual.
Pada
saat terjadi hujan, kita dapat menjelaskan
bagaimana Allah ta’ala
menghidupkan bumi yang mati sehingga
menjadi subur dan petani dapat menanam aneka palawija, sebagaimana tertulis
dalam Al Baqarah:164. Kita juga dapat menjelaskan tentang Maha Adilnya Allah Ta’ala dalam membagi
rezeki pada saat menjelaskan keanekaragaman morfologi makhluk hidup. Misalnya;
mengapa kaki itik dan angsa berselaput sedangkan kaki ayam dan merpati tidak
berselaput. Mengapa bentuk mulut kupu-kupu
seperti belalai sedangkan bentuk mulut nyamuk seperti jarum. Bukan karena
kepandaian hewan dalam menyesuaikan diri tetapi karena Allah Ta’ala yang Maha Pandai dan Maha Adil, sebagaimana
tertulis dalam Surat Huud:6. Ketika menjumpai peristiwa kelahiran seorang bayi
atau kematian seseorang, merupakan penjelas bahwa Allah Ta’ala
menjadikan manusia itu semula mati kemudian menghidupkan, kemudian
mematikan kemudian menghidupkan untuk kembali kepada-Nya, sebagaimana tertulis
dalam Al Baqarah:28.
Post a Comment