Mendekatkan Anak pada Alquran

Oleh Slamet Waltoyo

Mendekatkan pada Alquran diawali dengan mencintainya. Dengan menanamkan kecintaan anak pada Alquran, maka kecintaan ini akan bersemi di masa dewasanya sehingga kecintaan pada Alquran ini kelak akan mendominasi cintanya kepada hal hal lain. Maka yang menjadi perkara penting adalah bagaimana menanamkan cinta anak pada Alquran?

Pertama, berilah kasih sayang dengan tulus sebagai bukti cinta anda kepada anak. Kasih sayang yang ditunjukkan secara alami, layaknya kasih sayang orangtua kepada anak-anaknya, ataupun kasih sayang seorang guru kepada murid-muridnya. Kasih sayang ini akan menumbuhkan reaksi pada anak, bahwa anda adalah orangtua atau guru yang harus dicintai, dihormati dan diteladani.

Maka ketika anda menunjukkan kecintaannya pada Alquran, dengan cintanya yang tulus dan alami, anak pun akan merasa berkewajiban untuk meneladani. Anak akan mengikuti  bagaimana anda mencintai Alquran. Maka saatnya anda berbicara kepada anak. Al Quran itu apa? Gunakan bahasa yang sesuai untuk menyatakan bahwa Alquran adalah firman Allah. Alquran adalah petunjuk hidup. Pahala bagi para penghafal dan pembacanya.

Kedua, para pakar pendidikan Islam sepakat bahwa untuk mendekatkan anak pada Alquran dimulai dari belajar membacanya. Inlah kewajiban anda sebagai orangtua terhadap anak. Untuk mendukung ini, masukkan anak anda ke sekolah atau madrasah yang mengajarkan Alquran dengan sungguh-sungguh. Ibnu Khaldun menunjuk pentingnya pendidikan Alquran. Beliau mengatakan bahwa pendidikan Alquran merupakan fondasi seluruh kurikulum pendidikan di dunia Islam. Hal senada dikemukakan oleh Ibnu Sina. Menurutnya, segenap potensi anak hendaknya dicurahkan untuk menerima pendidikan utama ini ( Alquran), agar anak mendapat bahasa aslinya.

Tidak cukup hanya dengan memasukkan anak ke sekolah atau madrasah yang mengajarkan Alquran. Hal yang utama adalah bagaimana anda membangun budaya di rumah atas dasar kecintaan pada Alquran. Dari pengalaman penulis, anak yang belajar  Alquran dapat dikelompokkan dalam tiga tipe. Pertama, anak yang semangat selalu hadir belajar Alquran meskipun hujan, sedikit kecewa jika libur. Kedua, anak yang bertahan sebagai murid tetapi jika ada kendala sedikit, mudah beralasan untuk tidak hadir. Ketiga, anak yang belajarnya hanya bertahan dalam hitungan sepekan dua pekan. Ternyata ketiga tipe ini sangat terkait dengan kesungguhan orangtua menanamkan kecintaan pada Alquran.  Di antara anak-anak yang masuk dalam tipe pertama adalah dari orangtua yang belum bisa baca Al Quran tetapi mereka bersemangat belajar untuk bisa membaca Al Quran.

Ketiga, menjadikan Al Quran sebagai hukum, aturan, ilmu, dan peristiwa yang hidup di mata anak-anak. Dengan memberi sebanyak mungkin pengalaman spiritual yang terkait dengan kandungan Alquran. Meminjam istilah Fauzil Adhim; dengan mengajarkan Alquran secara kontekstual.


Pada saat terjadi hujan,  kita dapat menjelaskan bagaimana Allah ta’ala menghidupkan   bumi yang mati sehingga menjadi subur dan petani dapat menanam aneka palawija, sebagaimana tertulis dalam Al Baqarah:164. Kita juga dapat menjelaskan tentang Maha Adilnya Allah Ta’ala dalam membagi rezeki pada saat menjelaskan keanekaragaman morfologi makhluk hidup. Misalnya; mengapa kaki itik dan angsa berselaput sedangkan kaki ayam dan merpati tidak berselaput.  Mengapa bentuk mulut kupu-kupu seperti belalai sedangkan bentuk mulut nyamuk seperti jarum. Bukan karena kepandaian hewan dalam menyesuaikan diri tetapi karena Allah Ta’ala yang Maha Pandai dan Maha Adil, sebagaimana tertulis dalam Surat Huud:6. Ketika menjumpai peristiwa kelahiran seorang bayi atau kematian seseorang, merupakan penjelas bahwa Allah Ta’ala  menjadikan manusia itu semula mati kemudian menghidupkan, kemudian mematikan kemudian menghidupkan untuk kembali kepada-Nya, sebagaimana tertulis dalam Al Baqarah:28.
Powered by Blogger.
close