Kajian : Jadikan Shalat Pengalaman yang Menyenangkan
Oleh Subhan Afifi
Ibadah adalah refleksi dari gambaran akidah
seorang muslim. Akidah yang kuat tergambar dari ibadah yang hebat, sebaliknya
aktivitas ibadah yang benar akan membentuk akidah yang kokoh. Salah satu
kewajiban orangtua pada anak anaknya adalah membentuk aktivitas ibadah sang
anak sejak dini, sebagai rangkaian dari pendidikan akidah untuknya. Hanya saja,
masa kecil bukanlah masa memikul beban kewajiban. Masa kecil adalah masa
persiapan, latihan dan pengenalan untuk menuju masa baligh, ketika kewajiban
telah terbebankan. Tingkatan mengajarkan shalat dalam Islam, menjadi pelajaran
berharga, bahwa untuk sebuah kewajiban mulia seperti shalat, ada tahapan yang
harus diperhatikan. Semua tahapan selayaknya menjadi pengalaman menyenangkan untuk anak.
Mengenalkan shalat sudah dimulai ketika
anak sudah mulai mengerti dan mengetahui arah kanan dan kiri. “Apabila seorang
anak dapat membedakan mana kanan dan kiri, maka perintahkanlah ia untuk
mengerjakan shalat,” Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam seperti
diriwayatkan oleh Ath-Tabrani dari Abdullah bin Habib. Ketika itu anak sudah
mulai diajak shalat bersama, dikenalkan gerakan-gerakan shalat. Anak akan
merekam dengan kuat apa yang disaksikan dari orang-orang terdekatnya ketika
melakukan shalat. Menyaksikan bahwa orangtuanya bergegas melaksanakan shalat
pada waktunya, tanpa rasa terpaksa,
apalagi dalam suasana kegembiraan yang ditunggu-tunggu, menjadi modal penting
bagi anak untuk mencintai shalat.
Tingkatan berikutnya adalah mengajarkan
shalat pada anak. Pada tingkatan ini, kedua orangtua mengajarkan rukun-rukun
shalat, kewajiban-kewajibannya dan juga pembatal-pembatalnya. Usia tujuh tahun
merupakan masa yang tepat untuk memberikan pengajaran ini. Diriwayatkan oleh
Abu Dawud dari Sabrah bin Ma’bad al Juhani Radhiyallahu anhu, Rasulullah
Shallallahu’alayhi wa Sallam bersabda : “Perintahkan anak kecil untuk shalat
apabila sudah berusia tujuh tahun. Apabila sudah mencapai usia sepuluh tahun,
maka pukullah untuk shalat.” Pada usia ini, anak sudah siap menerima pelajaran
penting tentang shalat. Model pendidikan
yang membuat anak menerima dan mengalami dengan rasa senang sangat penting
untuk diperhatikan para orang tua.
Di usia 10 tahun, penegakan disiplin shalat
sudah mulai diterapkan untuk anak. Pukulan untuk mendidik, seperti yang
diajarkan Nabi dibenarkan untuk diberikan pada anak, jika melalaikan shalat.
Hal ini mengisyaratkan para orang tua hendaknya menjadikan urusan shalat
menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidup anak. Tidak boleh dianggap
biasa-biasa saja, bila anak mulai lalai meninggalkan shalat. Di masa-masa ini
anak mulai diajak untuk terus berdialog tentang pentingnya menegakkan shalat,
bukan sekedar mengerjakan shalat, mengenalkan konsep khusu’ dalam shalat,
hikmah shalat dan sebagainya. Termasuk ancaman dan hukuman yang dikenakan pada
muslim yang meninggalkan shalat.
Di masa kecil anak juga dilatih untuk ikut
shalat Jum’at, mulai dikenalkan dan dibiasakan untuk shalat malam, shalat istikharah,
dan shalat-shalat sunnah lainnya. Demikian juga mengajaknya bersama menuju
shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Termasuk
mengajak anak ke masjid untuk membiasakannya menjadi pemakmur masjid. Semuanya menjadi sarana pembelajaran yang menyenangkan
untuk anak, agar kelak ia semakin
mencintai Allah Ta’ala dengan menegakkan shalat.
*) Subhan Afifi, Pimpinan Redaksi Majalah Fahma, Dosen Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta
Foto : Anak-anak SDIT Hidayatullah Praktek Shalat Dhuha
Post a Comment