Kajian Utama : Adab Menjaga Keberkahan
doc/ilyas |
Oleh R. Bagus Priyosembodo
Para murid
dari guru shalih terdahulu ketika datang ke majelis taklim tidaklah hanya
menambah pengetahuan. Bahkan mereka mempelajari adab dan akhak dari para ulama
itu. Mereka mempelajari adab-adab Islami sebagaimana
mereka mempelajari ilmu syar’i. Mempelajari adab-adab Islami yg dapat
mensucikan jiwa itu semestinya dilakukan sebelum mempelajari adab-adab yang
berkaitan dengan materi pelajaran.”
Yusuf bin
Husain rahimahullah berkata: “Dengan
adab Islami, engkau dapat memahami ilmu agama (dengan baik dan benar).” (Lihat
Iqtidho’ul ‘Ilmi Al-’Amal karya Al-Khothib Al-Baghdadi hal.170). Imam Malik bin
Anas rahimahullah berkata kepada
seorang pemuda dari suku Quraisy: “Wahai anak saudaraku, pelajarilah olehmu
adab-adab (Islami) sebelum engkau mempelajari ilmu agama.” (Lihat Hilyatul
Auliya’ karya Abu Nu’aim Al-Ashbahani VI/330)
Barangsiapa tidak beradab maka betapa sulit untuk
memegangi syariat, iman, dan tauhid padanya. Tauhid mewajibkan wujudnya iman.
Barangsiapa tidak beriman, maka dia tidak bertauhid; dan iman mewajibkan
syariat, maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak
memiliki iman dan tidak bertauhid; dan syariat mewajibkan adanya adab;.
Adab memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan. Tanpa adab,
dunia pendidikan berjalan tanpa ruh dan makna. Lebih dari itu, salah satu
penyebab utama hilangnya keberkahan dalam dunia pendidikan adalah kurangnya
perhatian civitas akademikanya dalam masalah adab.
Az-Zarnuji mengatakan, “Banyak dari para pencari ilmu yang sebenarnya
mereka sudah bersungguh-sungguh menuntut ilmu, namun mereka tidak merasakan
nikmatnya ilmu, hal ini disebabkan mereka meninggalkan atau kurang
memperhatikan adab dalam menuntut ilmu”.
Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mendidik dan mensucikan jiwa para sahabat. Beliau mengajarkan
adab-adab Islam sehingga para sahabat yang semula keras, kaku dan kasar berubah
menjadi lembut. Hati mereka mudah menerima nasihat. Menjaga hak orang lain
serta mudah melepas hak diri sendiri untuk menolong ornag lain. para shahabat mempelajari al-huda, termasuk padanya petunjuk
tentang permasalahan adab, sebagaimana mereka mempelajari ilmu. Kemudian, para sahabat dan tabi’in
tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk pergi menuntut ilmu, hingga
anak-anaknya telah diajari adab-adab terlebih dahulu.
Al-Imam Malik berkata: “Sesungguhnya ilmu ini
adalah adabnya Allah, yang telah Allah ajarkan kepada Nabi-Nya dan demikian
juga telah diajarkan oleh Nabi kepada ummatnya; amanatnya Allah kepada
Rasul-Nya agar beliau melaksanakannya dengan semestinya. Maka barangsiapa yang
mendengar ilmu maka jadikanlah ilmu tersebut di depannya, yang akan menjadi
hujjah antara dia dan Allah ‘Azza wa Jalla.”
Dari Ibnul Mubarak, beliau berkata: Berkata Makhlad bin Al-Husain
kepadaku: “Kami lebih butuh untuk memperbanyak adab
daripada memperbanyak hadits.”
Seseorang yang hanya sibuk memperbanyak hadits dan menghafalnya akan
tetapi tidak beradab niscaya ilmu tadi tidak akan bermanfaat banyak. Belajar
adab akan mendorong terus mencari tambahan ilmu dengan diamalkan.
Orangtua yang begitu memahami pentingnya adab akan begitu menekankan
hal ini kepada anaknya. Sebagaimana dilakukan oleh ibunda Imam Malik rahimahullah. Beliau mengabarkan bahwa
ibunya berkata, “Pergilah ke Rabi’ah
lalu pelajarilah adabnya sebelum ilmunya.”
Dari Ibrahim bin Hubaib, beliau berkata: Berkata
ayahku kepadaku: “Wahai anakku, datangilah para fuqaha dan para ulama, dan
belajarlah dari mereka serta ambillah adab, akhlak dan petunjuk mereka, karena
sesungguhnya hal itu lebih aku sukai untukmu daripada memperbanyak hadits
Memahami
dan mengamalkan adab-adab menuntut ilmu dengan baik memberikan beberapa faedah,
di antaranya: (1) menjadikan waktu dan upaya dalam menuntut ilmu lebih efisien.
Adapun buruk adab dalam menuntut ilmu akan mempersulit dan lebih memayahkan.
(2) memahamkan skala prioritas ilmu yang mesti diutamakan.(3) memampukan
bergaul dengan baik ketika berinteraksi dengan guru, kawan dalam belajar, serta
masyarakat luas.(4)Menjadikan ilmu dan amalnya lebih bermanfaat dan penuh
berkah bagi dirinya dann orang lain.(5) memperindah diri dengan perhiasan
akhlak mulia dan sifat terpuji.(6) menjaga diri dari keburukan akhlak.||
*) R. Bagus Priyosembodo, Redaktur Ahli Majalah Fahma
Post a Comment