Kolom Prof In : “Bapak, Masakan Saya Tanpa Penyedap Rasa, Lho…”
Sering terjadi di masyarakat dan seakan telah menjadi
kesepakatan, bahwa bagi suami istri yang keduanya bekerja dan anak-anaknya
sudah dewasa, serta tidak ada pembantu di rumah, maka istri tidak harus memasak
sendiri setiap hari, karena terbatasnya waktu sepulang dari tempat kerja. Hal ini juga kami alami,
sehingga kecuali saat week end, kami sering membeli
lauk-pauk di tempat langganan pilihan kami. Salah satu tempat kuliner yang menyediakan segala macam lauk-pauk,
sayur, bahkan gorengan dan yang menyenangkan kami bebas memilih, self-service.
Dilihat dari para pembeli yang sering kami jumpai, tempat
tersebut kelihatannya memang sudah menjadi langganan para keluarga seperti
kami, suami-istri bekerja. Selain lengkap persediaannya, mungkin juga harganya kompetitif
dibanding tempat lain sehingga ramai pembeli.
Namun yang menjadi kekhawatiran kami adalah adanya
kegemaran dari masyarakat Indonesia, terutama para penjual makanan, yang pada
umumnya selalu ingin menambahkan bumbu penyedap rasa ke dalam masakannya agar
rasanya lebih mantap. Hal ini sangat berbeda dengan kebiasaan kami yang selalu
menghindari penambahan tersebut. Namun bagaimana lagi, dengan berat hati kami
terpaksa menerima kenyataan ini, harus membeli masakan yang berpenyedap rasa,
tidak sejalan dengan kebiasaan yang sudah kami jalani jauh-jauh sebelumnya.
Sebetulnya masyarakat sudah sering mendapatkan
informasi bahwa beberapa bahan tambahan seperti penyedap rasa, pengawet dan
pewarna makanan yang ada di pasaran itu tidak baik bagi kesehatan tubuh. Terutama
bagi perkembangan kesehatan anak, karena dari beberapa jenis itu ada yang mengandung
bahan-bahan yang tidak terlarut sehingga tidak bisa keluar dari tubuh,
terakumulasi di dalamnya. Akibatnya sering kita dengar anak muda di usia belia,
namun sudah menderita penyakit yang sangat fatal seperti gagal ginjal atau berbagai
jenis kanker.
Mempertimbangkan akibatnya, maka sejak awal kehidupan
berkeluarga, atas usul istri, setiap kali memasak kami tidak pernah menambahkan
bumbu penyedap rasa. Kebiasaan ini terus berlangsung sampai saat ini, termasuk
ketika kami tugas belajar di Perancis hampir tujuh tahun. Di negara ini, kebiasaan
tersebut semakin terasa bermakna karena
masyarakat di sana sangat berhati-hati ketika memilih suatu bahan yang akan dicampurkan ke dalam masakan
ataupun makanan. Apakah itu penyedap rasa, bahan pengawet atau bahan pewarna,
semua itu harus berasal dari bahan yang tidak berbahaya bagi tubuh. Pemerintah
di sana sudah membuat daftar bahan-bahan tersebut yang sudah dibakukan dan
masyarakat mudah sekali untuk mendapatkannya.
Bahkan saat itu, kami juga diperkenalkan dengan produk
yang lebih sehat, yaitu makanan yang menggunakan bahan-bahan yang berasal dari
tanaman yang dalam masa penanaman dan pemeliharaannya tidak menggunakan bahan-bahan
kimia termasuk pestisida, tetapi dengan bahan-bahan organik. Karena sisa-sisa bahan
kimia yang disemprotkan pada tanaman akan menempel dan terbawa masuk ke dalam
tubuh apabila mencucinya tidak dengan cara yang benar. Maka sejak mengenal produk
organik ini kami dalam kesehariannya selalu berusaha mengkonsumsinya. Namun, kebiasaan
ini sempat terputus beberapa tahun karena setelah kami kembali ke tanah-air di
awal tahun sembilan-puluhan, kami belum menemukan makanan pokok dan sayuran
organik ini, alhamdulillah saat ini sudah relatif mudah untuk mendapatkannya.
Kekhawatiran kami tentang adanya penyedap rasa di dalam
masakan, yang sering kami beli di tempat langganan, sudah terobati sejak
pertemuan kami dengan seorang Ibu. Suatu sore, saya diminta istri untuk
menjemput dia di rumah baca milik Ustadz Zaenal Fanani, setelah selesai mengisi
acara diskusi tentang “cara mengkomsumsi obat yang benar”. Sesampainya di sana,
ada seorang ibu yang belum kami kenal, menemani istri berjalan mendekati saya, sambil
berkata “Bapak, masakan yang saya buat juga tidak mengandung bumbu penyedap
rasa lho..., bapak tidak perlu khawatir”. Subhanalloh..ternyata
ibu itu adalah pemilik pusat kuliner, yang kami menjadi salah satu pelanggan
setianya ... Maha Besar Alloh Yang telah mengatur segalanya.
foto : UGM
Post a Comment