Syeikh Dr.Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy : “Pendidik Punya Peran Penting dalam Perubahan”
Oleh Subhan Afifi
Pakar pendidikan dari Riyadh, Syeikh Dr.Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, di bulan April 2014 berkesempatan berkunjung ke beberapa kota di Indonesia, termasuk Yogyakarta. Selain mengunjungi berbagai lembaga pendidikan, Syeikh Ad-Duwaisy berkesempatan memberikan taushiyah dan berdiskusi dengan para ulama, asatidz, pendidik dan santri.
Di Yogyakarta, Syeikh Ad-Duwaisy, memenuhi undangan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI DIY) untuk berdiskusi masalah perjuangan dakwah melalui pendidikan di Lembaga Pendidikan Insani (LPI) Yogyakarta, Kamis (17/4). Setelah sebelumnya memberi kajian umum di masjid Al-Hidayah Purwosari, dan mengunjungi Pesantren Hidayatullah Yogyakarta.
Dalam diskusi MIUMI DIY yang menggunakan bahasa Arab tersebut, Syeikh Dr.Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, menekankan pentingnya peran para pendidik dalam memperjuangkan perubahan masyarakat menuju lebih baik.
“Para ulama dan pendidik punya peran penting dalam perubahan. Peran untuk membangun manusia agar siap menghadapi masa depan. Perubahan ada yang sifatnya tidak langsung tampak. Tidak terlihat sekarang tetapi memberi dampak yang jelas di masa depan,” jelasnya dihadapan para pengurus MIUMI DIY, dan para aktivisis pendidikan Islam. ” Apa yang kita lakukan sekarang, walau tampak kecil akan memberi pengaruh pada pembentukan kepribadian, sekaligus membentuk masa depan,” tambahnya.
Syeikh Ad-Duwaisy menekankan pentingnya sabar dalam menghadapi kondisi lingkungan yang ada sekaligus mau berbuat sesuatu, sekecil apapun. Karena hal itu berarti ikut memperjuangkan perubahan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam, adalah sosok teladan terbaik dalam proses pendidikan. Perjalanan hidup beliau mulai dari masa kecil menggembala kambing, berdagang, ikut berkontribusi dalam pembangunan ka’bah, dan seterusnya, menunjukkan proses pembentukan keperibadian yang tangguh. Proses tarbiyah seringkali tidak segera menunjukkan hasil yang kasat mata. Tetapi bersabar dalam memperjuangkannya terus menerus, beristiqomah di jalanNya, akan memberikan hasil yang diharapkan di masa depan.
Syeikh Ad-Duwaisy menekankan pentingnya sabar dalam menghadapi kondisi lingkungan yang ada sekaligus mau berbuat sesuatu, sekecil apapun. Karena hal itu berarti ikut memperjuangkan perubahan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam, adalah sosok teladan terbaik dalam proses pendidikan. Perjalanan hidup beliau mulai dari masa kecil menggembala kambing, berdagang, ikut berkontribusi dalam pembangunan ka’bah, dan seterusnya, menunjukkan proses pembentukan keperibadian yang tangguh. Proses tarbiyah seringkali tidak segera menunjukkan hasil yang kasat mata. Tetapi bersabar dalam memperjuangkannya terus menerus, beristiqomah di jalanNya, akan memberikan hasil yang diharapkan di masa depan.
Syeikh Ad-Ad-Duwaisy mencontohkan seperti halnya taushiyah yang disampaikan seorang khatib. Kita tidak tahu, dari sekian banyak nasihat yang tersampaikan, bagian mana yang kemudian mengubah jalan hidup jama’ahnya. Tugas seorang pendidik, hanya menyampaikan. Hidayah datang dari Allah Ta’ala.
Menurut Syeikh Ad-Duwaisy, seorang pendidik (murabbi) hendaknya memahami kondisi dan gejala yang ada di sekitar pendidikan yang digelutinya. Mengukur fenomena yang ada secara tepat, dengan dukungan data-data, sekaligus merespon secara tepat fenomena tersebut, menjadi kunci keberhasilan pendidikan. “Melihat kondisi masyarakat yang belum sesuai harapan dengan standar yang cukup tinggi, seringkali melahirkan respon yang kurang realistis,” jelasnya. Menyerah pada realitas juga bukan sikap bijaksana. Bersikap proporsional lebih dianjurkan.
Syeikh Dr.Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy yang juga dikenal sebagai penulis buku-buku pendidikan Islam menekankan pentingnya tarbiyah. Menurutnya tarbiyah yang lemah di masa lalu menghasilkan kondisi lemah di masa kini. Tarbiyah di masa kini sangat menentukan wajah masa depan. “Kita semua harus mengambil peran dalam dakwah dan tarbiyah,” pesannya.
Selain itu para pendidik dianjurkan untuk mengedapankan sikap hikmah dalam tugas dakwahnya. Ada waktunya kapan harus diam, kapan saatnya harus bicara. Kematangan butuh proses untuk diperjuangkan. Sekolah, pesantren, dan lembaga pendidikan lainnya adalah sarana untuk mendidik ummat. “Perkembangan zaman juga menuntut para pendidik memiliki wawasan yang lebih terbuka,” pungkas Syeikh Ad-Duwaisy yang beberapa bukunya telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Beberapa judul buku beliau yang telah ditermahkan adalah : “Anakku, Aku Bangga Padamu”, “Perang Melawan Syahwat”, “Gaya Hidup Pemuda Perindu Surga”, “Biografi Pemuda Sahabat Nabi”.
Dalam kunjungannya ke kampus Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, Syeikh Dr.Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy menekankan tugas besar sebagai Muslim adalah berdakwah di mana saja dan kapan saja. Dalam kesempatan tersebut beliau berpesan agar generasi penerus perjuangan Islam mempelajari ilmu agama dengan baik. Selain itu mau untuk berdakwah di manapun dan kapanpun berada, karena hal itu merupakan implementasi dari iman dan takwa kita kepada Allah.
Subhan Afifi Pimpinan Rekdaksi Majalah Fahma dan Dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta
sumber : www.subhanafifi.com
twitter : @subhanafifi
Post a Comment