5 Sebab Melampaui Batas

doc/ilyas
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Ada lima hal yang cenderung menjadikan seseorang bersikap dan bertindak melampaui batas dalam agama. Kelimanya perlu kita waspadai. Sebab pertama yang umum terjadi adalah 'ashabiyah (fanatisme) terhadap madzhabnya, sehingga sulit menerima kebenaran dari orang lain. Fanatisme terhadap madzhab bahkan dapat menggelincirkan seseorang sehingga membenci apa yang justru menjadi sikap "pendiri" madzhab. Saya sengaja berikan tanda kutip pada kata "pendiri" karena kerapkali madzhab itu bukan didirikan. Pendapat berkembang lalu jadi madzhab.

Sebab kedua adalah golongan, kelompok, organisasi & sejenisnya sehingga tiap-tiap berbangga dengan kelompoknya (كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ). Organisasi, kelompok, lembaga dan sejenisnya yang terwakili oleh kata hizb adakalanya didirikan atas dasar madzhab, kepentingan dan lainnya. Tetapi 'ashabiyah terhadap kelompok bahkan dapat menjadikan seseorang menentang pendapat yang haq, meski itu sikap 'alim madzhabnya. Sebabnya, pendapat tersebut menyelisihi apa yang menjadi sikap kelompok atau pemimpin kelompoknya pada saat ini. Kadang penolakan itu terjadi justru hanya karena pendapat 'alim madzhabnya tersebut justru menjadi sikap dan keyakinan kelompok lain.

Sebab ketiga adalah 'ashabiyah terhadap suku, bangsa, ras atau daerah. Setiap kebaikan dinisbahkan pada sukunya. Suku lain buruk. Buruknya seseorang atau sejumlah orang pada satu suku menjadi penguat untuk menggeneralisasi bahwa keburukan melekat pada suku itu. Ia lupa bahwa di sukunya sendiri juga ada penjahat, sebagaimana ada orang yang sangat baik di sukunya. Ia sulit bedakan kasus dan realitas.

Sebab keempat adalah hawa nafsu, kepentingan pribadi, kecenderungan personal yang sangat kuat. Ia cari dalil yang mencocoki meski tak cocok. Kecenderungan akan lebih buruk lagi jika ia senantiasa merasa dirinya baik dan jauh dari kesalahan. Ia tak berusaha perbaiki diri. Ini menyebabkan seseorang sulit membedakan antara ujian dan jeweran. Padahal keduanya sangat berbeda.

Sebab kelima adalah kebodohan. Sesungguhnya seorang 'alim dalam satu bidang, sangat mungkin paling bodoh dalam bidang lain. Seorang pakar ekonomi tak serta merta memiliki otoritas bicara ekonomi syariah hanya karena belajar sedikit dalil atau kitab for android. Seorang pakar kedokteran sangat mungkin awam dalam soal-soal thaharah. Apalagi yang lebih pelik daripada itu. Bahkan orang yang belajar dalil agama pun tidak serta merta dapat melakukan
 istinbath dengan tepat sebab ia memang belum penuhi syarat.

Tentang relasi dalil dengan obyek dalil yang kerap menggelincirkan pada kesalahan, insya Allah kita bincang lain masa.


*) Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku-buku Parenting. Twitter @kupinang
Powered by Blogger.
close