Beratnya Orang Tua Menjaga Anak Perempuannya

doc/thorif
Oleh Shiva Ulya Azizah

"Nanti ketemu langsung aja ditempat ,nggak usah nunggu di jalan... bahaya buat anak perempuan," begitu pesan ibu kemarin siang.

Kemarin siang, saudaraku ada yang nikahan. Kebetulan saudaraku ini orang Jogja, bapak-ibu berangkat dari rumah dan aku berangkat dari Jogja. Ibu berpesan seperti diatas, ketemu langsung saja di rumah saudara, jangan ketemu di jalan. Pesan ini bukan sekali saja aku dapatkan dari bapak dan ibu. Bapak juga termasuk yang mempermasalahkan ketika anak perempuannya harus janjian di jalan dengan yang lain. Kalaupun memang terpaksa,bapak akan datang lebih awal untuk menunggu, misalnya ketika menjemputku di halte kalau aku pulang naik angkutan umum.

Begitu beratnya orang tua menjaga anak perempuannya. Anak perempuan merupakan penentu masuk syurga bapaknya. Ketika anak perempuan tidak bisa menjaga dirinya maka ia juga bisa memcelakakan orang tuanya terutama bapak.

Begitu beratnya orang tua menjaga anak perempuannya, namun coba hitung berapa anak perempuan yang mau menjaga dirinya. Coba hitung berapa anak perempuan yang mau berhijab sesuai tuntunan syar'i.

Tadi malam juga aku mendatangi sebuah warung susu terkenal di Jogja, kalau lagi jam-jam rame bisa kehabisan kursi dan masuk waiting list. Karea malam Ahad, jadilah tetep harus masuk waiting list bareng serombongan cewek-cewek bercelana pendek. Paha-paha mereka jajakan, kalau kata ungkapan anak sekarang, bahkan paha-paha restoran cepat saji lebih mahal dari paha-paha cewek sekarang. Astaghfirullahal adzim.

Adakah dari perempuan-perempuan itu (begitu juga dengan saya) yang masih ingat orang tua ketika melakukan pelanggaran-pelanggaran itu. Padahal orang tua sudah begitu berat menjaga anak-anak perempuannya. Lalu apa yang akan kita berikan untuk orang tua? Materi duniawi?

Sungguh itu tak cukup kawan... syurgalah yang cocok dan cukup untuk mereka...
Rabbanaa hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yunn waj alna lil muttaqi na imama...


*) Shiva Ulya Azizah, Alumni Psikologi UGM 2018. Twitter @ShivaUlya
Powered by Blogger.
close