Renungan : Jangan Menghina Allah Ta'ala
Malam telah mendekati ujungnya, tapi mata tak juga segera terkatup. Ingin mengabaikan gejolak pikiran yang berkecamuk, tetapi tetap saja ia merisaukan hati. Ingin membiarkan berlalu, hanya saja ada rasa khawatir jika ini justru menjadi keburukan bagi saya bersebab saya tak mengingatkan apa seharusnya saya ingatkan.
Betapa pun kita tak sebaiknya menggemarkan diri mencela manusia, tetapi mencela perbuatan seseorang itu masih dapat diterima. Yang kita perlu berhati-hati dan menjaga diri agar tidak terjatuh di dalamnya adalah mencela takdir Allah Ta'ala; mencela perbuatan (af'al) Allah Ta'ala yang telah menciptakan manusia dengan rupa dan warna kulitnya. Sebagian manusia dengan ringan menghina perbuatan Allah Ta'ala hanya karena ingin menjauhkan manusia dari sosok yang dikhawatiri akan melejit namanya. Saudara kita ini lupa bahwa yang demikian ini justru merupakan jalan yang tidak patut dan justru dapat berakibat sebaliknya dari apa yang ia inginkan.
Semoga kita dapat membedakan mana perbuatan manusia yang kita dapat mengkritiknya dan mana perbuatan Allah Ta'ala berupa takdir atas wajah, bentuk rupa, warna kulit, rambut dan berbagai hal yang Allah Ta'ala ciptakan atas diri manusia sebagai karunia fisik.
Keadaan fisik seseorang boleh saja menjadi pertimbangan tentang layak tidaknya seseorang menjadi pemimpin, jika yang demikian memang berpengaruh terhadap tugasnya sebagai pemimpin. Tetapi ini tetap tidaklah menjadikan kita berhak merendahkannya dalam kaitannya dengan apa yang ditakdirkan Allah Ta'ala kepadanya. Sangat berbeda meragukan seseorang dengan pertimbangan aspek fisik tertentu yang memang dapat mempengaruhi kinerja, misalnya gangguan fisik permanen, dengan merendahkan ciptaan Allah Ta'ala semisal warna kulit dan keelokan paras.
Wallahu a'lam.
Sumber : Fans Page Mohammad Fauzil Adhim
Betapa pun kita tak sebaiknya menggemarkan diri mencela manusia, tetapi mencela perbuatan seseorang itu masih dapat diterima. Yang kita perlu berhati-hati dan menjaga diri agar tidak terjatuh di dalamnya adalah mencela takdir Allah Ta'ala; mencela perbuatan (af'al) Allah Ta'ala yang telah menciptakan manusia dengan rupa dan warna kulitnya. Sebagian manusia dengan ringan menghina perbuatan Allah Ta'ala hanya karena ingin menjauhkan manusia dari sosok yang dikhawatiri akan melejit namanya. Saudara kita ini lupa bahwa yang demikian ini justru merupakan jalan yang tidak patut dan justru dapat berakibat sebaliknya dari apa yang ia inginkan.
Semoga kita dapat membedakan mana perbuatan manusia yang kita dapat mengkritiknya dan mana perbuatan Allah Ta'ala berupa takdir atas wajah, bentuk rupa, warna kulit, rambut dan berbagai hal yang Allah Ta'ala ciptakan atas diri manusia sebagai karunia fisik.
Keadaan fisik seseorang boleh saja menjadi pertimbangan tentang layak tidaknya seseorang menjadi pemimpin, jika yang demikian memang berpengaruh terhadap tugasnya sebagai pemimpin. Tetapi ini tetap tidaklah menjadikan kita berhak merendahkannya dalam kaitannya dengan apa yang ditakdirkan Allah Ta'ala kepadanya. Sangat berbeda meragukan seseorang dengan pertimbangan aspek fisik tertentu yang memang dapat mempengaruhi kinerja, misalnya gangguan fisik permanen, dengan merendahkan ciptaan Allah Ta'ala semisal warna kulit dan keelokan paras.
Wallahu a'lam.
Sumber : Fans Page Mohammad Fauzil Adhim
Post a Comment