Sabar Energi Terbesar di Dunia
@sabartanpabatas |
Oleh Imam Nawawi
Sabar mampu menjadikan yang tidak ada menjadi ada bahkan yang mustahil
menjadi nyata. Lihatlah bagaimana kini manusia bisa terbang, menyelam dan ke
angkasa. Bukankah kemampuan itu dulunya dianggap mustahil?
Tetapi dengan kecerdasan yang dibalut kesabaran yang dimiliki para saintis,
jadilah kemustahilan itu sebagai kenyataan.
Mengapa kita sebut bersumber dari kesabaran, bukan kecerdasan, ketelitian
atau ketajaman insting mereka? Ingatlah, jika dipikir secara mendalam,
sesungguhnya, kecerdasan, ketelitian dan ketajaman insting adalah buah dari
kesabaran.
Tengoklah mereka yang lahir sebagai para penemu dalam berbagai bidang
kehidupan, rata-rata adalah orang yang sabar, karena itu mereka memiliki
ketekunan dalam eksperimen. Jika hanya mengandalkan kecerdasan tanpa kesabaran,
niscaya tidak akan pernah ada prestasi besar umat manusia.
Thomas A. Edison misalnya, sang penemu lampu pijar. Dia memang cerdas, tapi
jika tidak sabar maka dia tidak akan pernah mampu menemukan lampu. Tidak kurang
dari 1.000 kali ia melakukan penelitian. 1.000 kali penelitian, mungkinkah itu
dilakukan oleh orang yang cerdas tanpa memiliki kesabaran?
Sejarah mencatat bahwa Edison hanya tiga bulan merasakan bangku sekolah.
Gurunya memvonis Edison tidak cukup cakap mengikuti pelajaran. Akhirnya sang
ibulah yang mendidiknya sendiri. Kita tahu bahwa kesabaran seorang ibu terhadap
anaknya adalah energi kasih sayang yang tak tertandingi oleh apapun.
Jadi, terjawab pertanyaan penting di sini, mengapa Edison mampu bersabar?
Ia belajar dari seorang ibu yang mengandung, melahirkan dan mengasuhnya hingga
dewasa dengan penuh kesabaran. Jika ia cerdas, maka itu adalah akibat dari
kesabarannya dalam belajar.
Everything happens for a reason. For every effect there is a spesific cause. Artinya, segala
sesuatu terjadi karena alasan tertentu. Untuk setiap akibat ada sebab tertentu
(Brian Tracy). Artinya sabar adalah sebab utama dari segala kecerdasan dan
prestasi besar umat manusia.
Dengan kata lain, tanpa sabar tidak akan ada kecerdasan apalagi prestasi
besar. Hanya kesabaran yang menjadikan orang cerdas komitmen, konsisten dalam
visi karya dan prestasi serta manfaat bagi kehidupan.
Dalam konteks panduan hidup yang sangat penting bagi umat Islam, kita bisa
melihat apa yang dilakukan oleh Imam Bukhari. Beliau lahir sebagai yatim. Namun
karena ia memiliki kesabaran dalam belajar, di usia belia ia sudah mampu
menghafal ribuan hadits Rasulullah.
Kala dewasa, ia pun mengabdikan dirinya untuk mencari hadits Nabi dari satu
perawi ke perawi lainnya. Yang untuk bertemu satu perawi tak jarang harus
menempuh perjalanan panjang. Ia melakukan aktivitas itu selama 16 tahun, tanpa
gaji tanpa apresiasi orang di zamannya.
Tetapi lihatlah kini, karya Imam Bukhari menjadi karya terbaik dalam hal
hadits. Apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari adalah pasti hadits shohih,
tidak ada cacat dan tidak ada keraguan di dalamnya. Subhanallah. Bisa
dibayangkan, mungkinkah itu dilakukan oleh orang yang hanya punya kecerdasan
tanpa kesabaran?
Untuk itu mari pupuk kesabaran kita dan jangan beri ruang sekecil apa pun
untuk berputus asa. Sekali lagi jangan Putus Asa, karena fakta menunjukkan:
1) Einstein baru bisa bicara pada usia 4 tahun, 2) Walt Disney dipecat oleh
redaktur surat kabar karena dianggap tidak kreatif, 3) Beethoven dianggap tidak
punya harapan sebagai composer oleh guru musiknya, 4) Thomas A Edison droo out
dari sekolah karena dianggap terlalu bodoh, 5) Kolonel Sanders baru sukses
dengan ayam gorengnya setelah mencapai usia 67 tahun. Jadi, masihkah kita tidak
mau bersabar?
Ingat tanpa sabar tidak akan ada kepahlawanan, tidak akan ada keteladanan
dan tentu tidak akan ada kebahagiaan. Jadi bersabarlah, karena sabar itulah
energi terbesar yang tersembunyi di dalam diri kita untuk dunia yang harus kita
bangkitkan demi lahirnya karya, prestasi, kemuliaan dan kebahagiaan.
*) Imam Nawawi follow me on twitter @abuilmia
Post a Comment