Bahkan Shalat Pun Layak Diistighfari
www.republika.co.id |
Oleh Yurisa
Nurhidayati
Usai mengucapkan salam
sebagai penutup shalat, kita beristighfar. Ya, bahkan shalat kita pun sangat
perlu di-istighfar-i! Maka apalagi perilaku kita di luar shalat?
Shalat kita pantas
diistighfari. Karena entah berapa persen kesadaran kita benar-benar berbicara
pada Allah. Kita benci dengan orang yang senang memberi pujian palsu, padahal
diri kita pun memuji Allah hanya basah di lisan. Hati entah kemana. Takbir kita
palsu, alfatihah kita palsu, rukuk, sujud, tasbih, dan shalawat kita pun palsu.
Doa kita pun mungkin palsu. Sudah berapa tahun kita shalat, dan sejauh mana
prestasi khusyu' kita di hadapan Allah? :'(
Saya jadi teringat,
suatu ketika seorang jamaah kajian bertanya pada ustadz Syatori
Abdurrouf, "Ustadz, ketika kita merasa shalat (wajib) kita tidak
khusyu', apakah dengan memperbanyak shalat sunnah membuat kekurangan shalat
wajib kita tertutupi?"
Dan jawaban ustadz yang
tak kusangka-sangka, hanya singkat saja (btw saya karang redaksinya, tapi
intinya seperti ini):
"Mari renungkan, jika dalam shalat saja kita tidak khusyu' mengingat Allah, maka apalagi saat kita berada di luar shalat? Perbanyak mengingat Allah di luar shalat, maka dalam shalat kita akan lebih nikmat mengingat Allah"
Ah, tamparan keras untukku....
"Mari renungkan, jika dalam shalat saja kita tidak khusyu' mengingat Allah, maka apalagi saat kita berada di luar shalat? Perbanyak mengingat Allah di luar shalat, maka dalam shalat kita akan lebih nikmat mengingat Allah"
Ah, tamparan keras untukku....
Bismillah, ayo perbaiki
lagi kualitas shalat kita...
*) Yurisa Nurhidayati,
Alumni Psikologi UGM dan Pesantren Daarus Shalihat Yogyakarta. Tinggal di
Padang. Twitter @unirisa
Post a Comment