Manusia Memang Tak Sempurna

www.osolihin.net
Oleh O. Solihin

Ya, manusia memang tak ada yang sempurna. Ia bisa gagal, bisa sukses, ada yang rejekinya lancar, ada yang seret, ada yang dikaruniai wajah cantik dan ganteng, tapi tak sedikit yang biasa-biasa aja bahkan mungkin buruk rupa menurut ukuran manusia. Tak ada yang sempurna. Itu sebabnya, yang dibutuhkan adalah sikap saling membantu, kepedulian, dan perhatian. Bukan malah sombong atau merendahkan orang lain. Tak mau diatur atau tak mau diingatkan. Apalagi jika sampai melakukan argumentum ad hominem, yakni argumentasi melawan orang; seperti menimpakan kesalahan, kekesalan, dan kegagalan pada orang lain.

Misalnya dalam kegagalan, kita harus bisa interospeksi diri. Kenapa sih bisa gagal, jangan malah menyerang orang lain dan menuding jika mereka sudah membuat kita gagal. Padahal nih, kegagalan sebenarnya selain menunjukkan bahwa kita manusia yang punya kelemahan dan keterbatasan, juga bisa memberi pelajaran kepada kita untuk lebih dewasa dalam bersikap dan mau berlapang dada atas kegagalan itu, dengan tanpa ngamuk-ngamuk menyalahkan orang lain.
Setidaknya, kegagalan akan memberikan sudut pandang baru tentang diri kita sendiri dan hal lain yang kita lakukan. Sebenarnya ada semacam perasaan bebas jika kita mengalami kegagalan, kemudian mampu bangkit lagi, dan menemukan bahwa dunia sekeliling kita masih terus berjalan. Jadi, jika memang gagal, balik menilai diri kita sendiri. Jangan sampai menyalahkan orang lain.
Oya, sebenarnya kegagalan juga akan memberikan kebebasan dan motivasi untuk terus mencoba berbagai hal yang belum pernah kita jalani sebelumnya. Saat kita menyadari bahwa kegagalan itu bukanlah hal fatal, maka kita akan terdorong untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru. Orang yang menyalahkan orang lain saat dia gagal, berarti tak mengerti tentang dirinya dan juga risiko dari sebuah aktivitas.

Perlu menjadi perhatian, ketika kita diberitahu oleh orang lain bahwa kita telah salah, seharusnya kita segera menginterospeksi diri. Lagi pula kita tak perlu takut dengan mengakui kesalahan, karena kesalahan bisa dilakukan siapa saja. Tak kenal usia dan tak tergantung kedudukan seseorang. Anak TK sampai presiden saja bisa salah. Jadi, tak perlu marah atau sewot dan tak mau menerima kesalahan ketika diingatkan oleh orang lain.

Sebab, kesalahan memungkinkan kita melihat kemajuan yang telah kita raih. Coba renungkan, jika kita merekam kesalahan pada saat pertama kali kita belajar karate, rekamlah latihan kita selama tiga bulan. Kita akan melihat perubahan yang signifikan menuju ke arah yang lebih baik. Demikian pula, bukan berarti setiap orang harus sempurna dalam melakukan tugasnya sebagai pengurus organisasi sehingga merasa tak perlu dan tak boleh salah. Akibatnya, begitu ada kritikan dan masukan dia merasa bahwa dirinya sedang dihakimi. Padahal, yang memberi masukan tujuannya untuk kemajuan bersama dan karena kita memang saling membutuhkan. Tak jalan sendiri karena kita bukan manusia sempurna dan super.

Oya, kesalahan juga akan membuat kita belajar dari orang lain. Mengakui kesalahan yang sudah jelas alias terang benderang adalah bagian dari sikap lapang dada dan sekaligus menekankan bahwa sebagai manusia kita memang tak sempurna. Butuh bimbingan dan arahan dari orang lain. Tak boleh merasa sombong gara-gara kita sudah punya banyak jam terbang dalam dakwah atau punya catatan rekor kerja yang bagus. Karena ada saatnya kita itu mengalami kegagalan dan bahkan kesalahan dalam berbuat. Kegagalan dan kesalahan itu universal alias bisa dilakukan siapa saja. Itu sebabnya, tak perlu berperilaku seperti dalam peribahasa: buruk muka cermin dibanting, eh dibelah. Jika memang pada saat itu kita salah, ya harus mengakui kesalahan kita dan minta orang lain untuk membantu membenarkan kesalahan yang kita lakukan. Ya, daripada kita marah dan menuding orang lain berada di balik kegagalan dan kesalahan kita. Mengakui kesalahan dan berusaha untuk lebih baik di masa depan sekaligus juga menyadari bahwa kita memang manusia yang tak sempurna. Setuju?

Salam,
O. Solihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin
Powered by Blogger.
close