Suami-Isteri Itu Harus Saling Menguatkan
www.osolihin.net |
Oleh
O. Solihin
Hidup
berkeluarga membutuhkan sikap mental yang benar, baik, dan juga kuat. Tentu,
karena masalah yang akan dihadapinya lebih banyak dan beragam. Itu membutuhkan
perhatian dan keseriusan dalam menanganinya. Insya Allah kita akan terlatih
kok.
Sobat,
berkeluarga itu butuh keterampilan. Karena makin lama usia pernikahan, makin
banyak masalah yang dihadapi. Ibarat berlayar, kita sudah semakin jauh dari
pantai. Angin di tengah lautan bisa tiba-tiba saja berubah. Tadinya tenang,
bisa mendadak ribut dan bahkan menggoncangkan bahtera kita. Cuaca ketika masih
di pantai terasa sejuk, kini di tengah lautan bukan mustahil tiba-tiba mendung
dan turun hujan lebat. Pada saat seperti ini, kita berdua bisa saling
menguatkan tekad, menularkan semangat dan saling mendukung untuk mengamankan
bahtera agar tak koyak, apalagi tenggelam.
Mungkin
saja ketika pertama kali nikah, tak bisa membayangkan akan menemui kendala
berat. Isteri sakit, anak sakit, uang tak punya pula. Mau pinjam ke orang tua
malu, apalagi ke tetangga. Kita harus berusaha berjuang tanpa menyusahkan orang
lain. Meski adakalanya kita harus realistis. Kita bisa mengukur diri seberapa
pantas bisa bertahan tanpa bantuan orang lain. Tak usah memaksakan diam terus
jika persoalan tersebut terkategori emergency.
Misalnya, ketika anak sakit, sementara kita sama sekali nggak punya uang, maka
meminjam uang untuk berobat tak ada salahnya. Kita bisa pinjam ke kantor, atau
ke teman yang kebetulan punya harta berlebih. Tapi kita juga harus selalu ingat
untuk membayarnya (ehm..).
Suami-isteri
itu harus bisa saling menguatkan. Jangan panik menghadapi hambatan. Kita dan
pasangan bisa bicara dari hati ke hati dengan pikiran yang jernih dan tenang.
Kebiasaan kita berkomunikasi dengan baik dengan pasangan kita, bisa membuahkan
jalan alternatif untuk memutuskan suatu masalah. Keterbukaan untuk menunjukkan
kelebihan dan kekurangan kita bisa membantu untuk saling mendukung dan
menguatkan. Kita nggak bisa jalan sendiri. Itu sebabnya, dukungan dan perhatian
untuk saling menguatkan di antara kita menjadi sebuah keniscayaan.
Tak
usah ragu dan tak usah bimbang untuk berterus-terang. Jika ada masalah yang
berat, jangan pendam sendiri. Obrolkan dengan isteri atau suami. Supaya bisa
dipikirkan bersama, agar bisa saling menguatkan rasa. Bila setelah sekian tahun
grafik ekonomi rumah tangga tak pernah meningkat (bila grafiknya datar mungkin
masih mending, tapi ini malah turun drastis!). Tentunya bisa dibicarakan juga.
Buat apa hidup bersama jika kita tak pernah curhat satu sama lain. Buat apa
punya kekasih tetap dalam ikatan pernikahan, jika kita tak pernah saling
mengungkapkan perasaan. Kita bisa jujur pada pasangan kita. Kita bisa
terus-terang dengan masalah yang sedang dihadapi. Karena kita sudah saling
menyatu, bukan hanya karena terikat legalitas untuk bisa saling sambungrasa
tapi juga sekaligus untuk “sambungraga”. Firman Allah Swt.: “…mereka
itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS
al-Baqarah [2]: 187)
Itu
sebabnya, keterbukaan di antara kita bisa menolong untuk menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi. Tak baik jika sampai cuek, atau jalan masing-masing.
Mungkin boro-boro ngobrol, sekadar untuk tegur sapa aja kita malas. Wah gawat
tuh. Itu namanya kita terlalu dingin, padahal hati kita tak diciptakan dari
bongkahan es. Isteri kita dibiarkan begitu saja seolah dianggap tak mampu
menangani masalah kita. Kita menyepi sendiri di “gua”. Hati kita pun jadi
keras, padahal tak tercipta dari batu. Wah, itu namanya kalo kata Kirey (sambil
nyanyi Bagai
Air di Daun Talas tentunya): “…Bagai
air di daun talas, mana mungkin cinta kan terbalas. Buat apa dan percuma saja,
bila bersama tak pernah bersatu…” Waduh!
Jika
sama-sama diam, sama-sama cuek, sama-sama memendam diri tentu tak bisa saling
menguatkan. Jangankan sama-sama diam dan sama-sama cuek, salah satu menutup
diri saja proses komunikasi tak jalan kok. Padahal kita sudah sah jadi
suami-isteri. Sangat boleh jadi harus diwaspadai supaya tak terlanjur jadi
berantakan. Insya Allah, dengan saling terbuka dan saling memahami kondisi
masing-masing, maka bukan mustahil kita bisa menghadapi masalah dalam bahtera
rumah tangga dengan saling menguatkan satu sama lain.
Insya
Allah itu akan memberikan kekuatan kepada kita dan pasangan kita untuk tetap
maju. Jika kebetulan sang suami sedang tak mood suasana hatinya gara-gara pekerjaan
yang tak terlalu membawa hasil yang signifikan untuk menyeimbangkan neraca
keuangan keluarga, isteri bisa menghiburnya dengan mengatakan, “Biarlah Bang,
tak usah terlalu dirisaukan masalah ini. Adik masih setia kok menemani Abang.
Tak usah khawatir. Kita telah hidup bersama, itu artinya kita bisa saling
berpegangan tangan seerat mungkin untuk menghadapi kenyataan ini, sepahit apa
pun. Kita lebih dari sekadar sahabat sejati. Kita bisa meraih segalanya
bersama. Kita bisa saling menguatkan. Yakin saja Bang dengan pertolongan Allah.
Mari kita sama-sama berusaha”
Ah,
rasanya langsung meleleh deh hati sang suami mendapatkan suntikan semangat
seperti itu dari isteri tercinta. Terharu dan tentunya langsung bergairah
kembali. Begitupun jika kebetulan isteri sedang bad
mood karena mengurus
pekerjaan rumah yang berjubel; ngepel, nyuci pakaian, nyetrika, memasak,
menyapu halaman, bahkan ngurus anak dan suami, sang suami bisa menghiburnya
dengan kata-kata lembut yang menguatkan keyakinannya, “Adik tak sendiri di
rumah ini. Masih ada Abang yang siap membantu menemani kesibukan Adik.
Lihatlah, anak-anak kita ceria, karena ia tahu ibunya pandai merawatnya. Insya
Allah apa yang Adik lakukan ini bagian dari ibadah yang akan dicatat oleh Allah
Swt. Yakin saja Dik. Keluarkan curahan isi hatimu jika itu akan membuatmu
merasa lega. Abang ikhlas menyediakan bahu untuk sandaranmu jika ingin
menumpahkan segala beban di hati lewat tangisan. Semoga cara seperti ini bisa menguatkanmu
untuk terus hidup. Sepahit apa pun.” Hmm.. sang isteri bisa langsung sumringah
karena suaminya bak sinar matahari pagi yang menyejukkan dan menyegarkan
pikiran dan perasaannya.
Sobat,
mungkin seperti pada naskah drama ya kata-kata dalam contoh ini. Tapi sejatinya
bisa kita lakukan kok. Kita bisa saling menguatkan perasaan dengan pasangan
hidup kita. Saling menguatkan dengan perhatian, kasih-sayang, cinta, dan
kepedulian. Alangkah lebih indah lagi bila sikap saling menguatkan juga
ditunjukkan dalam masalah ibadah. Karena ada kalanya kita malas. Jika sudah
menikah bawaannya dakwah jadi tak semangat lagi, ibadah
sholat malam jadi berat dilaksanakan, ngisi pengajian jadi malas-malasan,
hmm.. di saat seperti ini, di antara kita dan pasangan hidup kita bisa
saling mengingatkan untuk menguatkan. Rasulullah saw. bersabda: “Allah
menyayangi suami yang bangun di malam hari kemudian shalat, lalu ia
membangunkan isterinya maka shalatlah ia. Jika isterinya tidak bangun maka ia
memercikkan ke wajahnya air. Allah pun menyayangi wanita yang bangun di malam
hari kemudian melaksanakan shalat, kemudian ia membangunkan suaminya, maka
shalatlah ia. Jika ia tidak bangun maka sang isteri memercikkan air ke
wajahnya.” (HR
Turmudzi)
Ah,
indah sekali rasanya. Jadi, ayolah suami-isteri itu harus saling menguatkan
agar ikatan pernikahan langgeng dan diberkahi Allah Swt.
Salam,
O. Solihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin
Post a Comment