Syirik Tanpa Terasa

www.google.com

Oleh Mohammad Fauzil Adhim

Sesungguhnya apa yang menggerakkan hatimu dan menjadi keyakinanmu, itulah yang menjadi penilai amalmu. Sebagian manusia merasa aman dari meyakini apa yang datangnya dari aqidah berbeda (aqidah selain Islam) dengan berkata “Bukankah jika Allah Ta’ala tidak menghendaki, maka tidak akan terjadi?” Maka mereka mengamalkan ajaran law of attraction, mempersekutukan Allah Ta’ala dengan alam semesta ini sehingga tatkala terjadi apa yang mereka jadikan sebagai keinginan kuat, atau mendekati dengan apa yang mereka ingini dengan kuat, mereka pun berkata “semesta mendukung”. Tanpa sadar mereka mengimani bahwa semesta ini –yang kemudian ditulis Semesta dengan S besar—memiliki kehendak. Penulisan semesta dengan S besar yang dilakukan secara sengaja, sebenarnya telah menjatuhkan seseorang pada rusaknya aqidah. Jika seorang mukmin harus mengimani laa haula wa quwwata illa biLlah, maka mereka yang menuhankan semesta dengan meyakini bahwa semesta berkehendak atau semesta memantulkan getaran keinginan kuat kita, sungguh telah beriman –mereka sadari atau tidak—bahwa sesungguhnya daya dan upaya itu ada pada kuasa alam. Keyakinan ini menjatuhkan seseorang pada kekufuran. Adapun yang meyakini bahwa semesta dapat mendukung; semesta memiliki daya upaya dan pada saat yang sama mereka mengatakan “dengan kehendak Allah” atau berkata “atas kehendak alam yang telah memantulkan getaran tekad kita dan dengan izin Allah” atau berkata “dengan kekuatan alam yang berlaku atas izin Allah Ta’ala”, maka ini mengantarkan seseorang pada kesyirikan.

Khawatirilah olehmu syirik yang pelakunya tetap memiliki kecintaan kepada Allah Ta’ala sebesar kecintaannya kepada yang selainnya. Bentuknya bisa berubah ketundukan pada sebagian ayat-ayat Allah dan pada saat yang sama meyakini sekaligus mengamalkan aqidah yang sesungguhnya bertentangan dengan aqidah lurus seorang mukmin.

Ingatlah ketika Allah Ta’ala berfirman:
ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله ولو يرى الذين ظلموا إذ يرون العذاب أن القوة لله جميعا وأن الله شديد العذاب

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah, 2: 165).

Sebagian di antara orang-orang ini menghubungkan dengan hadis, tetapi terlepas dari konteksnya. Ada yang berbuat demikian karena tidak tahu, tetapi ada juga yang sengaja melakukannya dan menutup diri dari kemungkinan salah. Mereka berhujjah bahwa apa yang ditulis & dikatakannya telah berpijak pada kepustakaan yang berbobot sehingga kecil sekali kemungkinan salah.
Sungguh, sangat berbeda antara ‘alim dengan yang mengesankan diri sebagai ‘alim besar. Para ‘ulama sering merasa khawatir keliru dalam berpendapat. Rasa khawatir itu bukan karena minder, tetapi terutama karena menyadari amat terbatasnya ilmu di hadapan Yang Maha Kuasa serta amat besarnya pertanggung-jawab jika mengeluarkan pendapat yang bathil.

Rasanya, kita perlu mengingat kembali firman Allah ‘Azza wa Jalla seraya memohon kekuatan petunjuk-Nya:
ومن الناس من يعجبك قوله في الحياة الدنيا ويشهد الله على ما في قلبه وهو ألد الخصام

“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (QS. Al-Baqarah, 2: 204).

Semoga Allah Ta’ala menolong kita dan menjaga iman kita. Dan semoga tidaklah kita mati kecuali dalam keadaan bertakwa kepada-Nya. Allahumma amin.

*) Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku-buku Parenting. Twitter @kupinang

Powered by Blogger.
close