Tepuk Tangan Kok Dikomando
www.google.com |
Sesuatu yang alamiah itu lebih
memiliki kekuatan dibandingkan dengan sesuatu yang dilakukan karena perintah.
Tadi malam saya menonton debat antar calon presiden dan wakil presiden. Saat
melihat penampilan moderator saya langsung membuat tweet usulan kepada Komisi
Pemilihan umum (KPU) agar moderator diganti pada debat selanjutnya.
Ternyata tweet saya itu diaminkan
oleh ratusan follower saya. Nama-nama yang diusulkan sebagai pengganti adalah
Andi F Noya dan Najwa Shihab. Sebagian ada yang latah mencalonkan saya karena
keberhasilan saya membawa gerbong Akademi Trainer. Namun, tentunya untuk urusan
moderator saya kalah kelas dibandingkan dua nama yang saya sebut tadi.
Sebuah acara debat tentu lebih seru
membiarkan audience memberikan apresiasi berupa tepuk tangan saat peserta debat
(kandidat presiden dan wakil presiden) mengeluarkan pernyataan yang berkelas.
Selain suasana ruangan menjadi hangat dan alami, saya yakin energi sang
kandidat juga semakin menggelora untuk mengeluarkan gagasan-gagasannya. Sayang,
pada acara debat tadi malam, tepuk tangan hanya diperbolehkan setelah mendapat
komando dari moderator.
Apakah audience tak boleh diberi
komando tepuk tangan? Tentu boleh, terutama setelah jeda iklan dan hendak
memasuki segmen berikutnya. Tetapi saat acara sudah berlangsung dimana acara
sudah disaksikan oleh jutaan pasang mata, tentu lebih afdhol bila tepuk
tangannya alami dan tak perlu dikomando. Sesuatu yang alami jauh lebih
berenergi.
Sang moderator juga boleh meminta
audience bertepuk tangan apabila suasana ruangan hening, kaku dan kurang
berenergi. Tetapi suasana debat tadi malam itu menurut saya seru dan antar
pendukung bisa saling menjaga ketertiban. Jadi biarkanlah mereka tepuk tangan
secara alami, tanpa perlu dilarang dan juga tanpa perlu dikomando. Bila tepuk
tangan sudah melewati batas, moderator tentu boleh mengeluarkan larangan.
Walau debat capres dan cawapres tadi
malam adalah acara resmi kenegaraan, saya yakin suasananya akan lebih menarik
dan seru apabila ada sentuhan entertain dari moderator. Dan boleh jadi ide,
gagasan dan jawaban yang segar serta brilian akan lebih banyak keluar dari
pikiran dan hati kandidat bila suasananya lebih berenergi dan alami.
Acara debat, seminar atau training
selain ditentukan oleh desain acara, keberhasilannya juga ditentukan oleh
content (isi materi) penyaji, delivery berkelas dari penyaji dan juga entertain
bermutu yang dikemas menjadi satu kesatuan utuh. Sayang, di acara debat capres
dan cawapres tadi malam, saya tidak melihat perpaduan itu karena peran
moderator yang kaku. Setuju?
Salam SuksesMulia!
Ingin
ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
Post a Comment