Anak Cengeng? Jangan Panik
www.google.com |
Oleh Nur Muthmainnah
Menangis
merupakan hal yang sangat lumrah terjadi pada anak-anak. Namun bukan berarti kita lantas menganggap
remeh tangisan anak. Jika seorang anak menangis hanya karena hal-hal kecil,
seperti tersenggol sedikit atau kaget, mungkin anak tersebut termasuk kategori cengeng. Karena
itu, hal yang perlu dilakukan oleh orangtua adalah mencari penyebabnya dan
memperbaikinya.
Biasanya anak
menjadi cengeng karena tidak memiliki cara lain saat ingin mengungkapkan
perasaannya. Untuk itu, penting untuk mengajari anak berbicara sejak dini.
Mengajak anak mengobrol adalah salah satu cara untuk memancing agar anak bisa bicara
banyak.
Anak menjadi
cengeng bisa juga karena ingin menarik perhatian orangtua atau lingkungan
sekitarnya. Jika orangtua terlalu memanjakan anak, biasanya anak akan menjadi cengeng. Jika
keinginannya tidak terturuti, maka anak akan menangis. Bila sudah begini, orangtua yang memanjakan anaknya
akan segera menuruti keinginan anak agar anak berhenti merengek dan menangis.
Imbasnya, anak akan menjadikan rengekan dan tangisan sebagai senjata. Hanya
dengan merengek atau menangis kecil, ia tahu kalau keinginannya akan segera
dituruti.
Mungkin orangtua
akan kesal jika anaknya termasuk kategori cengeng. Sebagai orangtua yang bijak,
tentu kita tidak akan memukul atau mencubit si kecil. Sebab hal itu justru akan
membuat tangisannya semakin kencang. Selain itu, jika orangtua sudah “main
tangan”, dikhawatirkan anak akan menirunya, entah kepada teman, guru atau
bahkan pada orangtuanya sendiri.
Saat anak mulai
menangis, lebih baik orangtua berbicara pada anak. Bicara secara perlahan
dan tanyakan apa yang menjadi keinginannya. Orangtua bisa menasehatinya, jika
menginginkan sesuatu ia harus mengatakannya, bukan menangis.
Dengan begitu,
anak akan mulai berbicara tentang keinginannya. Jika orangtua memang tidak bisa
memenuhinya, beri penjelasan dan alasan kuat mengapa keinginannya tidak
terpenuhi. Jika orangtua akan memenuhi keinginannya di lain waktu, tentu harus
berjanji pada anak. Tapi janji itu harus ditepati. Jika tidak, anak tidak akan
percaya lagi pada orangtua.
Saat anak mulai
dengan tangisannya, cobalah sesekali untuk pura-pura tidak mendengarnya. Saat
tangisannya mulai mereda, dekati si kecil dan tanyakan apa maunya. Dengan
begitu, ia akan mengerti bahwa menangis tidak akan membuat keinginannya
terpenuhi.
Orangtua juga
bisa mencoba untuk mengalihkan perhatian anak. Misalnya saja dengan menunjukkan
buku cerita yang bagus dan mengajaknya membaca bersama. Atau mengeluarkan
permainan yang seru seperti bermain ular tangga dan lainnya.
Sifat anak cengeng
memang tidak bisa hilang sendiri. Meski demikian, anak harus dilatih untuk
tidak cengeng. Jika orangtua membiarkannya, ia bisa tumbuh menjadi anak yang
kurang percaya diri, tidak mandiri dan selalu merasakan kecemasan.
Perlu diingat
pula, jangan pernah orangtia memberi julukan atau label anak cengeng padanya.
Jika orang lain mendengar, otomatis dia pun akan memberi julukan sama pada anak
kita. Jika sudah begitu, karena merasa telah diberi cap sebagai anak cengeng, anak akan menjadi lebih sulit untuk
diubah perilakunya. Dia akan merasa bahwa dirinya memang anak yang cengeng.
Meski anak cengeng,
jangan pernah bosan untuk memberikan ia pujian saat ia melakukan hal yang baik.
Termasuk saat ia berusaha menyampaikan keinginannya tanpa menangis. Dengan
begitu ia akan belajar dan paham, bahwa untuk menyampaikan keinginannya cukup
dengan berbicara, bukan dengan menangis.
Berikan selalu
perhatian kita terhadap apapun yang dilakukan si kecil. Jangan hanya memberikan
perhatian saat ia menangis. Karena dengan begitu, anak cengeng akan menjadikan
tangisan sebagai alat untuk mencari perhatian. Mengatasi anak cengeng memang
tidak mudah, kesabaran orangtua adalah kuncinya.
*) Nur Muthmainnah, Ibu rumah tangga, tinggal di Yogya
Post a Comment