Adab Menuntut Ilmu : Tidak Hanya Sekedar Etika
doc/fahma |
Oleh Slamet Waltoyo
Bagian terpenting dari keterampilan
sosial adalah adab dan etika. Di sekolah, materi ajar adab dan/atau etika lebih
efektif disampaikan melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching). Pada Kurikulum 2013, proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik
konten kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secara langsung (direct teaching), keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang
bersifat developmental yang dapat
dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching). Sedangkan sikap adalah konten
developmental dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
Proses
pembelajaran tidak langsung (indirect)
terjadi pada setiap kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, rumah dan
masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan dari kurikulum tersembunyi
(hidden curriculum) karena sikap yang
dikembangkan dalam proses pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam
silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.
Sikap seperti apa saja yang harus
dikembangkan? Apa dasarnya atau dari mana sumbernya? Menjawabnya menjadi tugas
guru. Semua ada adabnya dan ada etiketnya. Apa bedanya adab dan etiket. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia; Adab diartikan
kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. sedangkan etika
diartikan tata cara (adat, sopan santun dan sebagainya) di masyarakat beradab
dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusianya. Dalam hal ini penulis
membedakan; Adab bersumber dari contoh yang dilakukan oleh Rasulullah
Shalalluhu’alaihi wasallam, sedangkan etiket bersumber dari norma.
Misalnya sikap ketika makan. ada adabnya dan ada juga etikanya. Pilih mana? Bagaimana jika ada yang tidak sinkron antara
adab dan etika? Etika meliputi sikap
yang harus dilakukan ketika di hadapan orang lain, dilakukan karena penilaian
orang lain. Tetapi adab dilakukan karena keyakinan. Keyakinan akan Allah Ta’ala Yang Maha Melihat,
keyakinan akan pengawasan malaikat. Sehingga adab tetap dilakukan dan tidak
tergantung adanya orang lain.
Etika bisa berbeda di tempat yang
berbeda. Etika yang sudah dibentuk melalui pembiasaan di sekolah atau di rumah
bisa hilang atau pudar ketika menghadapi situasi yang berbeda. Tetapi adab akan
selalu diperjuangkan untuk selalu dilakukan di mana pun dan kapan pun selama
keyakinan masih melekat dalam kalbunya. Maka ajarkan adab, jangan sekadar etika.
Karena adab berakar pada contoh yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam, maka adab pun bisa
berkembang selama tidak terlepas dari akarnya. Maka materi ajar etika yang
sesuai dengan adab, ajarkanlah sebagai adab. Misalnya cuci tangan sebelum
makan, makan dengan tenang tidak banyak bicara, dan sebagainya.
Untuk memasukkan adab dalam
kurikulum di SD/MI , identifikasikan semua adab yang bisa dilakukan anak di
sekolah. Kemudian disisipkan dalam semua materi pelajaran mulai dari kelas satu
hingga kelas tiga. Sesuai dengan perkembangan usia. Semua guru mendapat peran
untuk menghidupkan adab-adab tersebut baik ketika di kelas maupun di luar
kelas. Sehingga ketika anak memasuki kelas empat mereka sudah menguasai semua
adab yang diajarkan. Tinggal mengulang dan bisa memberi contoh bagi
adik-adiknya. Anak-anak kelas empat tidak hanya bangga bisa memberi contoh bagi
adik-adiknya tetapi juga menjadi kebanggaan menjalankan ibadah muamalah.||
*) Drs. Slamet Waltoyo, Kepala Sekolah MI Al-Kautsar, Cebongan Sleman
Post a Comment