Adab dan Pendidikan Agama, Kunci Sukses Masa Depan Anak
Oleh Imam
Nawawi
Belum lama ini
penulis bertemu dengan seorang akademisi yang sering tampil sebagai narasumber
di media massa tentang kasus-kasus yang berhubungan dengan psikologi. Tentu
orangtua dari sang akademisi sangat bahagia.
Alhamdulillah,
tidak lama dari pertemuan pertama Allah menakdirkan penulis bertemu langsung
dengan ayah sang akademisi. Dalam kesempatan itu penulis bertanya, “Apa yang
bapak ajarkan kepada anak bapak, hingga hari ini menjadi orang yang bisa
memberi manfaat bagi kehidupan?”
Sang bapak
tersenyum, lalu menjawab, “Tidak ada yang saya lakukan dan saya tekankan
terhadap anak saya sejak kecil kecuali pendidikan agama. Itu saja,” katanya
sembari tersenyum.
Bapak itu
melanjutkan, “Apalagi ia anak saya satu-satunya. Kata orang, anak semata wayang
itu kalau tidak jadi iblis ya jadi malaikat. Alhamdulillah atas rahmat Allah
anak saya menjadi anak yang berguna,” terangnya.
“Tetapi kalau saya
pikir dan renungkan, sungguh saya tidak berperan apa-apa. Itu semua semata-mata
rahmat Allah yang mungkin karena anak saya memang saya tempa untuk mengenal
agamanya dengan baik dan mengamalkannya sejak kecil,” imbuhnya.
Jawaban yang boleh
dikatakan singkat itu sungguh memberikan inspirasi penting bagi para orangtua
tentang bagaimana mendidik anak. Karena yang sejatinya paling perlu
dikhawatirkan orangtua terhadap masa depan anak sebenarnya bukan soal profesi
dan pendapatan. Lebih dari itu adalah iman, ketakwaan dan kemanfaatan buah hati
kita bagi kehidupan.
Ketika anak
mendapat asupan gizi pendidikan agama dengan benar dan terus-menerus hal itu
akan membuatnya memiliki adab dalam kehidupan, utamanya adab kepada Allah
Ta’ala, Nabi dan yang tidak kalah pentingnya adalah adab terhadap orangtua.
Mengapa banyak
anak yang tidak hormat kepada orangtua meski otak mereka cerdas? Itu tidak lain
karena mereka tidak mengenal apalagi memiliki adab. Termasuk mengapa banyak
orang pintar dan berkedudukan tinggi yang berperilaku korup. Semua itu terjadi
karena ketiadaan adab.
Ketiadaan adab itu
bukan karena mereka kala anak-anak tidak sekolah tetapi tidak benar-benar
mendapatkan pengasuhan orangtua yang menekankan betapa pentingnya pendidikan
agama. Dan, berbicara pendidikan agama di sini tidak mesti dipahami secara
dikotomis, di mana pelajaran non agama diabaikan. Justru tetap ditingkatkan
secara proporsional.
Dari sini tepatlah
apa yang diteladankan oleh Luqman Hakim dalam mendidik anaknya. “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman [31]: 13).
Manivestasi dari
ayat tersebut tentu dengan membiasakan anak-anak kita disiplin dalam ibadah dan
senantiasa diingatkan bahwa urusan ibadah adalah urusan paling utama dalam
hidup ini. Agar ibadah anak bagus sedari kecil tentu anak perlu akrab dengan
kitab suci Al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah, termasuk sejarah Nabi, sahabat
dan para ulama.
Ketika ini
berhasil dilakukan, insya Allah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kaya akan
referensi kesholehan, ketakwaan dan kesungguhan yang penuh inspirasi dan
mengagumkan hatinya.
Sebab, pendidikan
agama (Islam) bukanlah pendidikan yang menekankan aspek kognitif semata tetapi
juga pada implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Dan, ketika itu dilakukan
seorang anak sejak kecil dan berhasil dipelihara hingga dewasa, maka otomatis
ia sudah membangun habit yang luar biasa.
Akan tetapi, hari
ini masih umum orang yang sedikit sanksi terhadap kedahsyatan pendidikan agama pada
anak. Oleh karena itu banyak orangtua yang rela membayar mahal pendidikan anak
yang boleh dikatakan pendidikan agamanya sebatas kognitif. Sebenarnya,
pendidikan agama ini tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pihak lain, bahkan
sekolah sekalipun. Pendidikan agama ini menjadi tanggungjawab utama setiap
orangtua. Sebab, perilaku orangtua itulah yang paling berperan dominan dalam
pembentukan watak dan karakter anak.
Artinya, orangtua
harus mengontrol betul kualitas pendidikan agama anak-anaknya, tidak saja kala
mereka belia, tetapi sepanjang hayat, bahkan saat kita sebagai orangtua akan
meninggal dunia. Pendidikan agama (ketauhidan) anak harus tetap dan utama yang
diperhatikan.
Dengan demikian,
maka sudah seharusnya para orangtua mengubah mindsetnya yang selama
ini dimiliki. Bahwa pendidikan agama itu adalah yang terpenting bagi masa depan
anak. Bahkan, pendidikan agama itu adalah tanggung jawab sepanjang hayat para
orangtua. Karena tidak akan baik seseorang melainkan ia memahami agamanya.
Post a Comment