APBS
dokumen/thorif |
Oleh Mahmud Thorif
Bicara pendidikan tidak terlepas
dari biaya. Walau biaya bukanlah segalanya. Karena tentu masih banyak manusia
yang peduli dengan anak-anak yang kebetulan dilahirkan dari orangtua yang tidak
berpunya yang mau membantu mereka mengenyam pendidikan.
Anggaran Pendapatan dan Biaya
Sekolah (APBS), tentulah semua sekolah membutuhkannya, baik itu sekolah yang
dibiayai oleh pemerintah atau sekolah swasta. APBS ini menjadi sesuatu yang
penting, karena dalam APBS ini akan terlihat seberapa besar biaya anggaran yang
masuk dan seberapa besar anggaran yang keluar. Tentu dengan APBS ini akan tahu
berapa bisar biaya yang dibutuhkan dalam setahun ke depan pada sebuah sekolah.
Untuk sekolah yang dibiayai oleh
pemerintah, mungkin, tidaklah terlalu khawatir dengan anggaran, karena sudah
tentu pemerintah pusat, daerah/kota yang memikirkan biayanya. Naah.... yang
perlu diperhatikan adalah sekolah swasta, mau tidak mau sebagian besar APBS pada
sekolah swasta akan dibebankan di pundak para orangtua/wali murid di
sekolahnya.
Kita bandingkan saja, untuk
sekolah yang dibiayai oleh pemerintah dari segi gaji guru dan pegawai,
misalnya, tentulah hampir seratus persen dibiayai oleh pemerintah, mungkin ada
beberapa yang diusahakan dari sekolah tapi itu prosentasenya sangat kecil.
Bukan hanya gaji guru dan pegawai, biaya operasional seperti alat tulis,
perlengkapan belajar, perawatan, dan tentu banyak kebutuhan lainnya dibiayai
juga oleh pemerintah. Berbeda dengan sekolah swasta, hampir seratus persen
biaya gaji, operasional, sarana prasarana dibiayai oleh yayasan pengelolanya
atau sekolah itu sendiri. Sehingga wajar jika sekolah di sekolah negeri
berbiaya lebih murah dibanding dengan sekolah swasta.
Peran sang kepala sekolah dalam
penyusunan APBS ini sangat penting, karena tentu kepala sekolah ini lebih tahu
tentang peta uang masuk dan uang keluar di sekolahnya. Sang kasek mempunyai hak
tentang program apa yang harus dijalankan atau ditahan di tahun yang sedang
berjalan. Tentu dengan dibantu oleh para staffnya sang kasek bisa memilah dan
memilih program-program yang diajukan oleh guru dan pegawainya di setiap
bagian.
Secara garis besar sekolah ini
ada tiga komponen, yaitu guru, murid, dan sarana prasarana. Naah... tentu penyusunan
APBS bisa mengacu kepada tiga hal tersebut, misalnya komponen guru dengan menganggarkan
biaya kesejahteraan guru, mulai dari gaji, THR, dana kesehatan, transportasi,
uang makan, dan lainnya. Untuk sekolah negeri tidak perlu khawatir, karena
biaya ini sudah dicover oleh pemerintah dan untuk sekolah swasta ini yang harus
teliti, satu rupiah saja harus diperhitungkan.
Setelah semua kebutuhan guru
terpenuhi, maka kebutuhan murid juga harus dipenuhi satu persatu, apa
kegiatannya? Berbiaya berapa? Kapan waktunya? Siapa yang bertanggungjawab
atasnya? Semakin detail semakin bagus. Untuk sekolah swasta biaya yang
dibutuhkan tentu lebih besar, mulai dari bagaimana mencari murid sampai
mengelolanya hingga lulus.
Setelah kebutuhan guru dan murid
sudah tercatat dengan rapi, maka komponen ketiga adalah sarana dan prasarana,
mulai dari ruang kelas dan segala macam penunjangnya.
Selain tigal hal tersebut, tentu
banyak pernak-pernik kebutuhan biaya pendidikan yang harus didetailkan,
sehingga segala macam kegiatan terekam dengan jelas dalam sebuah APBS. Peran
komite sekolah, di sekolah swasta, sangat dibutuhkan pada penyusunan ABPS ini,
karena hampir seratus persen kebutuhan biaya sekolah berasal dari orangtua/wali
murid.
Naah... dari paparan di atas
tentu membuka wawasan kepada kita semua, betapa biaya ini sangat vital dalam
menjalankan roda pendidikan. Kalau sekolah fokus memikirkan tentang banyak
biaya yang dianggarkan untuk kesejahteraan guru, tentu pada bagian murid dan
sarana prasarana akan kurang, atau sebaliknya kalau sekolah fokus hanya memikirkan
murid dan sarana prasarana tanpa memikirkan kesejahteraan guru dan pegawainya,
tentu segala kegiatan tidak akan berjalan efektif.
Semoga satu rupiah yang dikeluarkan
oleh orangtua untuk pendidikan anak mereka akan menjadi pembuka jalan rejeki dari
arah yang tidak disangka-sangka dan sekolah bisa amanah mengelola kepercayaan
para orangtua dalam mendidikan putra-putri mereka. Karena setiap kita akan
dimintai tanggungjawabnya. Wallahu a’lam
bishawab.
*) Mahmud Thorif, Redaktur Majalah Fahma
Post a Comment