Berhati-hati dengan Kecanduan Media
foto google |
Oleh Irwan
Nuryana Kurniawan
Apakah menonton TV atau main komputer adalah hal
pertama yang ingin dilakukan anak Anda setelah bangun dari tidurnya? Apakah
anak Anda lebih suka sendirian di depan layar kaca daripada harus bersama
keluarga atau teman? Apakah anak Anda terlihat sangat tidak senang kalau jauh
dari layar kaca? Apakah anak Anda terlihat selalu memikirkan layar kaca? Apakah
anak Anda mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian pada hal lain selain
kegiatan main game computer dan menonton TV? Apakah anak Anda mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan kegiatan yang bukan menonton TV atau main
computer? Apakah anak Anda harus menonton TV dan main computer terlebih dahulu
sebelum tidur?
Jika semua jawaban atas pertanyaan tersebut adalah
ya, bahkan kalau dibuat lebih rinci jawabannya menjadi “selalu” atau “sering”
demikian, tampaknya kita perlu lebih berhati-hati terhadap konsumsi media
anak-anak kita. Anak-anak zaman sekarang
yang hidup di abad digital besar kemungkinannya untuk mengalami apa yang
disebut para ahli sebagai Kecanduan TV/Telepon Seluler/Internet/Game Komputer
(Online)/Play Station dan kawan-kawannya.
Orange & O’Flynn (2005) menemukan bahwa
sebagian media memberikan ancaman kecanduan yang lebih besar dari media lain.
Mereka menemukan game komputer sebagai media yang paling kuat memberi
dampak kecanduan dan para orang tua mengaku lebih sulit mengendalikan hubungan
anak mereka dengan computer—terutama game computer—daripada dengan TV. Kalau
melihat sifat game computer, hal tersebut memang tidaklah mengherankan.
Sebagian besar game dirancang sedemikian rupa sehingga pelakunya selalu
memiliki alasan untuk kembali ke game—untuk meraih nilai yang lebih
tinggi, untuk naik ke tingkat berikutnya, menyelesaikan lomba dengan lebih
cepat, atau sekedar melakukan sesuatu dengan lebih baik. Game itu interaktif
dan kompetitif. Game membuat pelakunya merasa harus menang dan mereka lebih
agresif.
Orange & O’Flynn (2005) menyarankan langkah
pertama yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mencegah kecanduan media adalah
membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak untuk menghibur diri di depan TV atau
computer. Mereka merekomendasikan waktu hiburan layar kaca selama “dua jam”
sebagai batasan tertinggi untuk porsi harian sepanjang tahun. Langkah
selanjutnya adalah menjadi orangtua yang paham media sehingga waktu media anak
Anda menjadi waktu yang berkualitas.
Menjadi orangtua paham media tidaklah sekedar
melihat pada program dan memutuskan apakah Anda suka melihat program tersebut
atau tidak. Orangtua paham media perlu juga mengamati bagaimana tanggapan anak
terhadap program yang mereka lihat. Sebuah tanggapan positif dari anak
menunjukkan waktu media yang berkualitas. Hal yang bagus untuk satu anak
mungkin buruk untuk anak yang lain. Sejumlah anak mungkin menirukan aksi Power
Rangers, sementara yang lain mungkin tidak. Sejumlah anak mungkin meniru
cara bicara kasar dari The Simpsons, sementara yang lain hanya duduk dan
menikmati kelucuan tersebut. Orangtua perlu mengembangkan “antenna media”
sendiri.
*) Irwan Nuryana Kurniawan, Dosen Psikologi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Post a Comment