Jangan Biarkan Orang lain Menyentuh Alat Kelamin Anak Kita
www.hidayatullah.com |
Oleh Rias Andriati
Kekerasan seksual pada anak tidak hanya terjadi karena ada niat, tapi seringkali karena ada kesempatan. Menjadi orangtua yang cermat bukan cuma memikirkan pendidikan formal anak-anaknya tapi juga pendidikan di rumah, termasuk memandikan anak.
Demikian disampaikan pegiat sosial dan pembicara masalah keluarga, Dr. Sitaresmi S. Soekanto dalam “Kajian Muslimah: Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual”, belum lama ini di Aula TK Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta.
Ia juga mengatakan, sesibuk apapun seorang ibu, usahakan memandikan anaknya dengan tangannya sendiri. Jangan membiarkan asisten rumah tangga ataupun baby sitter ikut menyentuh tubuh anak-anak kita, terutama alat kelamin.
“Usahakan jangan begitu mudah percaya pada orang lain dalam memandikan anak kita. Karena kita tidak tahu apa yang dilakukan mereka di kamar mandi,” terangnya.
Sita mengatakan, ketujuh anaknya Ia sendiri yang memandikan. Sesibuk apapun, isteri Ahmad Feri Firman itu berusaha menyempatkan diri menangani anaknya.
Aktivis anak dan perempuan itu tidak rela ada pihak lain selain Ia dan suaminya, menyentuh alat vital anak-anak mereka.
“Jangan sampai kita memasrahkan anak kita begitu saja pada pengasuh, lantas mereka yang memandikan,”tegasnya mewanti-wanti.
“Jangan sampai kita memasrahkan anak kita begitu saja pada pengasuh, lantas mereka yang memandikan,”tegasnya mewanti-wanti.
Dosen Manajemen Perubahan dan Manajemen SDM di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu menambahkan, sedari dini anak juga perlu dijelaskan tentang siapa saja orang yang boleh memegang tubuhnya dan bagian mana saja.
Pada tahap pertama, anak dijelaskan tentang tiga bagian penting yang sama sekali orang lain tidak boleh menyentuhnya: mulut, dada dan kemaluan.
Pendidikan semacam ini sangat penting mengingat dalam pertumbuhannya, interaksi dengan beragam orang terjadi.
Hal ini perlu diperhatikan para ibu karena berdasarkan penelitian, orientasi anak saat dewasa tergantung pengalaman seksual pertamanya.
Tak heran, latar belakang para pelaku Pedofil adalah orang yang pernah menjadi korban sodomi di masa kecilnya.
Satu lagi catatan penting yang perlu dipahami para ibu, tidak ikut mandi bersama anaknya. Jangankan usia Sekolah Dasar, usia yang lebih muda dari itu saja, menurut Sita, orientasi seksualnya sudah mulai terbentuk.
“Pernah ada yang cerita, seorang ibu mandi bersama anak lelakinya umur lima tahun. Saat mandi, tiba-tiba, anaknya melihatnya tidak berkedip dan mengatakan: “Wow, mama seksi!” Komentar mengejutkan itu memberi pelajaran bagi sang Ibu untuk tidak sembrono membuka aurat di depan anaknya.
Sita menambahkan, anak perlu diajarkan menutup auratnya sejak keluar dari kamar mandi. Tubuh anak diusahakan tidak terlalu lama terbuka untuk kemudian langsung berpakaian.*
Sumber tulisan : www.hidayatullah.com
Post a Comment