Tulislah Pengalamanmu!

Oleh O. Solihin

Menuliskan pengalaman itu asik lho. Kita bisa ‘merekonstruksi’ kejadian yang pernah kita alami. Kita bisa menceritakan ulang dalam sebuah tulisan. Apalagi jika kita bisa merangkainya dengan jalinan kata dan kalimat yang enak dibaca, mudah dipahami dan memberikan pencerahan kepada pembaca.
Banyak orang yang sudah mempraktikkan bagaimana menuliskan pengalaman yang didapatnya, lalu dibagikannya kepada pembaca. Gola Gong, ia pernah berkeliling Asia, dan menceritakan pengalamannya dalam bukunya yang berjudul The Journey [from Jakarta to Himalaya]–oya buku ini merupakan ‘daur ulang’ dari buku sebelumnya yang berjudul Perjalanan Asia. Selain Mas GG, ada cukup banyak penulis yang menceritakan pengalaman mereka dan membukukannya. Misalnya, The Naked Traveler (Trinity), Ciao Italia: Catatan Petualangan Empat Musim (Gama Harjono), Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1000 Dolar (Marina Silvia K), Independent Traveling (Agung Basuki), juga Edensor (Andrea Hirata) yang merupakan buku ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi.

Atau, mungkin perlu juga membaca catatan-catatan perjalanannya Gerson Poyk. Dia adalah reporter Indonesia terbaik dalam dasawarsa 1980-an. Dua tahun berturut-turut ia memenangkan hadiah Adinegoro. Mau contoh hasil reportasenya? Ini dia:

“Dari Cepu saya naik kereta api klutuk. Muatan kayu jati. Mula-mula penumpangnya sedikit tetapi dalam perjalanan penumpang naik sedikit demi sedikit sehingga penuh padat. Kadang-kadang kereta api ini berhenti di tengah hutan jati untuk muat penumpang dengan barang-barangnya. Saya masih ingat, beberapa mbakyu pedagang batik duduk di sekitar saya dan mereka kucing-kucingan dengan kondektur. Kalau karcis diperiksa, mereka pura-pura tidur sehingga kondektur lewat saja. Barangkali melihat tampang mereka cukup manis dan pakaian cukup bersih, sang kondektur mengira mereka tidak kekurangan uang untuk membeli karcis. Dalam kereta klutuk itu saya berkumpul dengan sesama orang kecil Republik Indonesia. Mereka tidak tahu bahwa saya seorang wartawan yang baru saja ikut rombongan presiden dan karena tidak mau segera pulang ke Jakarta dengan pesawat terbang, akhirnya kehabisan uang. Tetapi perjalanan ini sangat menyenangkan. Yang tidak menyenangkan adalah isi kantong saya. Terus terang saja, di Cepu saya menjual jaket saya…” (Menggebrak Dunia Mengarang, Eka Budianta, hlm. 46-47)

Seperti halnya Gerson Poyk atau penulis lainnya, Anda bisa juga menuliskan semua pengalaman yang Anda ingat. Jika orang lain saja yang sama-sama makan nasi bisa menuliskan pengalamannya dengan baik, seharusnya kita juga bisa. Saya sendiri, hehehe.. jadi malu. Saya belum menuliskan catatan perjalanan sebagai bagian dari pengalaman hidup saya. Tapi saya pernah menulis bukuBangkit Dong, Sobat! yang merupakan memoar saya tentang perjalanan hidup saya berkaitan dengan orang tua, teman, sekolah, pekerjaan, bahkan dakwah. Bagi saya, menceritakan kembali sebuah pengalaman rasanya bukan sekadar mengenang romantisme masa lalu, tapi lebih dari itu: memberikan informasi dan berbagi inspirasi. Siapa tahu, pembaca buku-buku saya berhasil menangkap pesan dari semua pengalaman yang saya tulis dan dibukukan tersebut.

Beberapa catatan perjalanan sempat juga saya tulis dan saya bagikan di blog ini. Misalnya: Voice of Islam di Bumi Ruai Jurai; (Sudah Pasti) Ketinggalan Kereta; dan Menabur Cinta Menuai Bahagia. Jika Mas Gola Gong menceritakan perjalanannya dengan detil dan menarik dalam buku yang ditulisnya, maka saya hanya menceritakan hal-hal yang saya alami dengan seperlunya saja. Maklum, Mas Gola Gong menceritakan pengalaman menjelajah 8 negara selama 9 bulan. Dimulai dari Malaysia, kemudian Thailand, Laos, Bangladesh, India, Nepal, dan Pakistan. Dari September 1991 hingga Mei 1992. Pasti banyak cerita didapatkannya. Bukan sekadar menuliskan perjalanan biasa dan serunya menelusuri letak geografis, tapi Mas Gong ‘mengajari’ kita bagaimana menumbuhkan semangat dan berserah diri. Inspiratif.

Oya, saya hampir selalu merasakan kesenangan ketika menulis perjalanan hidup saya, termasuk membaca catatan perjalanan penulis lain. Sebab, saya merasa menemukan inspirasi yang tak habis-habisnya. Gaya bertutur tiap penulis dalam menceritakan pengalamannya pasti berbeda. Di situlah ilmu yang saya dapatkan dari membaca buku-buku mereka. Termasuk, tentu saja saya sendiri menulis dengan gaya penulisan yang biasa saya gunakan serta ‘campuran’ inspirasi dari para penulis lain. Rasa-rasanya, kini Anda pun bisa melakukannya. Bahkan bisa jadi lebih baik dari yang pernah saya tulis, atau penulis pendahulu lainnya.

Selamat menulis pengalaman Anda. Ya, Anda bisa bercerita tentang diri Anda dengan menuliskan pengalaman Anda. Tuliskan semua kenangan yang masih melekat, agar orang lain mengetahui diri Anda dari sumber aslinya, yakni Anda sendiri. Pada bagian ini, saya jadi teringat pernyataan Mr Muhammad Roem: “Mulailah menulis tentang dirimu dan sekitarmu. Jika tidak, maka orang lainlah yang akan menuliskannya (sesuai versi mereka sendiri)…”
Jadi, silakan menuliskan pengalaman Anda dengan sebaiknya. Menulislah dan jangan takut salah. Ceritakan pengalaman Anda semenarik mungkin, agar orang bisa belajar dari pengalaman yang Anda rasakan. Berbagilah dengan menuliskan pengalaman Anda. Karena berbagi tak akan pernah rugi.

Salam,
O. Solihin

twitter @osolihin 
Powered by Blogger.
close