Yang Penting Iman Tetap Terjaga
foto doc |
Oleh Lilik
S. Muis
Sebagai seorang ibu, saya menyadari betapa
tidak mudah mendidik dan membesarkan anak-anak di era multi media seperti
sekarang ini. Berbagai informasi dengan mudah dapat kita akses, entah itu
informasi yang berdampak positif maupun yang negatif semua bisa langsung dicari
tanpa harus dipelajari secara detail oleh anak usia balita sekalipun. Untuk
itulah sejak menikah, saya dan suami sepakat menerapkan aturan-aturan yang terkait media termasuk internet dan juga televisi.
Sebenarnya saya tidak ingin ada TV di rumah, itu demi membentengi iman
anak-anak dari tontonan yang tidak menuntun yang semakin menjauhkan mereka
dengan Allah.
Ini bermula ketika orangtua saya berkunjung ke rumah dinas kami, karena kami tinggal di lingkungan
pesantren yang ada fasilitas tempat tinggal bagi para pembinanya. Entah sebagai
wujud rasa sayang atau kasihan atas kondisi rumah kami yang sangat sederhana,
tiba-tiba mereka datang ke rumah, jauh-jauh dari
Surabaya ke Jogja membawakan satu set tempat tidur berbahan kayu jati dan satu
kardus besar berisi televisi 21 inci. Ada rasa sedih namun enggan pula untuk
menolak pemberian orangtuaku. Sungguh dalam hati saya bertekad harus bisa
membuat aturan untuk menonton televisi agar tidak mengganggu program yang sudah
direncanakan dan sudah disepakati dengan anak – anak.
Hari berganti minggu, bulan berganti tahun tak
terasa televisi pemberian itu sudah hampir memasuki tahun kelima berada di
rumah. Suatu hari anak saya menghidupkan TV dan
ternyata tidak ada gambarnya sama sekali, hanya
suara yang jelas tapi layarnya gelap tak berbentuk. Biarlah sepi dengan tidak
ada televisi di rumah, setidaknya itulah yang dirasakan anak-anak.
Saya bersyukur anak-anak
bisa mengalihkan perhatiannya pada kegiatan yang lainnya. Walaupun repot dan
melelahkan, demi mereka bermacam cara saya lakukan agar mereka senang membaca
buku dan mempelajari Al Qur’an. Hampir setiap saat, kapanpun mereka mau saya harus siap membacakan
buku cerita yang diinginkan sekalipun saya sedang sibuk mengerjakan tugas
sekolah atau pekerjaan rumah yang lain. Namun itu semua tak berlangsung lama,
hanya sekitar enam bulan kami terbebas dari televisi. Tiba-tiba ada sahabat karib suami datang bertamu ke rumah bermaksud untuk
memberi hadiah televisi. Lagi – lagi saya sedih dan enggan menolak kawatir
menyinggung perasaan sahabat karib suami karena televisi itu langsung dibawa ke
rumah. Alhamdulillah anak-anak sudah terkondisi
walaupun ada televisi di rumah mereka tidak begitu ingin melihat televisi. Karena
aturan sudah disepakati dan sudah berjalan dengan baik, ba’da maghrib adalah time
for Qur’an, segala aktivitas yang terkait dengan Al Qur’an apapun itu kegiatannya dalam
rangka untuk mendekatkan diri dengan Al Qur’an. Kegiatan yang dapat dilakukan bisa
membaca iqro bagi yang belum bisa membaca Al Qur’an, mengulang dan menambah
hafalan, Qur’an show (setor hafalan sambil direkam menggunakan video di handphone)
maupun sekedar tasmi’ (mendengarkan
lantunan ayat Al Qur’an dari sound box ) sambil mewarnai.
Saya berharap semoga
para orangtua dan para pendidik khususnya menyadari dan mengantisipasi dampak
media televisi dan internet bagi anak –
anak. Apalagi kita semua tahu dengan pemberitaan beberapa bulan terakhir yang
tak habis-habisnya di berbagai media tentang
kekerasan pada anak. Dari kejahatan seksual sampai penganiayaan, seperti tak
pernah kehabisan bahan untuk diberitakan. Melihat informai tersebut seolah tak
ada lagi tempat yang steril dari kejahatan terhadap anak-anak. Untuk itu tak
ada kata terlambat bagi kita umat yang beriman, dimomen yang baik ini kita
siapkan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat buat anak-anak kita. Sehingga kita
para pendidik dan orangtua sudah merancang berbagai alternatif kegiatan buat
mereka agar tidak beralih pada televisi apalagi internet yang pemanfaatannya
belum tentu sesuai dan jauh dari manfaat bagi mereka. Akan lebih baik jika anak-anak kita libatkan kegiatan di masjid seperti TPA, tarawih bersama,
atau yang lainnya. Begitulah, ya memang tidak mudak menjadi orangtua terlebih
di era digital seperti sekarang ini. Sesibuk apapun kita harus mau
membimbingnya, mengarahkannya, terkadang juga menuruti apa maunya. Ya, capek
sedikit insyaAllah berdampak besar di akhirnya, kelak di kemudian
hari bagi masa depan mereka, anak-anak kita,
anak-anak pengukir sejarah.
*) Lilik
S. Muis Pendidik di Sekolah Juara Indonesia
Post a Comment