Memulai Usaha dengan Tawakkal
Oleh Mohammad Fauzil Adhim
Bismillah. Hanya dengan dengan nama-Nya kita melangkah; melakukan segala
sesuatu untuk meraih ridha Allah 'Azza wa
Jalla semata-mata. Tiada yang lebih patut untuk menjadi pengharapan kita melebihi
ridha Allah Ta'ala.
Bismillah. Kepada Allah Ta'ala kita berserah diri dan sepenuhnya berbaik
sangka atas sifat-sifat-Nya yang Maha Mulia, Maha Tahu, Maha Suci, Maha Bijaksana
lagi Maha Sempurna. Tak ada yang terjadi di muka bumi ini tanpa sepengetahuan
Allah Yang Maha Suci lagi Maha Melihat.
Sebelum melangkah ke luar rumah, kokohnya keyakinan dan baguskan niat.
Tancapkan tawakkal di awal sebelum memulai ikhtiar. Jangan salah langkah, bukan
terutama soal kaki ini, tetapi salah langkah dalam sikap kita kepada Allah
Ta'ala. Ingatlah untuk bertawakkal di awal. Bukan saat gagal, baru belajar
tawakkal. Sesungguhnya tawakkal itu awal dari usaha, selama melakukan ikhtiar hingga
di penghujung usaha. Bertawakkallah kepada Allah Ta'ala dan berusaha dengan
gigih.
Awali langkah dengan mengucap "bismillah" seraya benar-benar
meyakini. Banyak orang yang mengucap basmalah, tapi tak merasai artinya, tidak
menghayati, tidak pula meyakini. Padahal inilah bekal utama tawakkal. Sebelum
melakukan segala sesuatu, kita bertawakkal kepada Allah Ta'ala dan menyadari
kelemahan diri. Kepada-Nya kita mengharap pertolongan dan kekuatan.
Ingatlah do'a keluar rumah yang Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam ajarkan:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى
اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
"Dengan nama
Allah, aku bertawakkal kepada-Nya. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan-Nya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi &
Ibu Hibban).
Bukankah tawakkal itu sesudah usaha dan do'a? Tidak. Bahkan sebelum usaha,
sebelum melangkahkan kaki keluar rumah, kita dituntunkan untuk tawakkal. Justru
kita dapati pelajaran dari hadits do'a keluar rumah tersebut bahwa do'a dan
tawakkal mendahului usaha. Tawakkal beriring usaha.
Jadi, berdo'alah seraya bertawakkal kepada Allah Ta'ala. Iringi dengan
usaha yang sebaik-baiknya. Tetap tawakkal selama berusaha.
Yang dimaksud "sebaik-baiknya" ialah melakukan usaha sebagai
wujud tawakkal, menyempurnakan dengan mengilmui dan memperhatikan tuntunan. Ini
berarti tawakkal menuntut konsekuensi berupa kesungguhan dalam melakukan.
Berkait dengan tawakkal, Allah Ta'ala berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ
“Dan barangsiapa
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya” (QS Ath-Thalaaq, 65: 3).
Alangkah tinggi kedudukan tawakkal sehingga Allah Ta'ala berjanji akan
mencukupkan segala keperluannya. Maka, kita perlu berupaya untuk
sungguh-sungguh tawakkal. Kita pasrah dan yakin kepada Allah Ta'ala atas apa
yang kita usahakan; sebelum, selama hingga sesudah melakukan usaha. Kita ridha
kepada-Nya.
Pada do'a keluar rumah juga terdapat hauqalah. Inilah pernyataan
pengakuan kita kepada Allah Ta'ala betapa kita lemah tak berdaya. Kita
mengingat dan menyadari sepenuhnya bahwa kita sungguh tak berdaya, tak pula
punya kesanggupan berupaya tanpa pertolongan Allah 'Azza wa Jalla. Kita membaguskan persangkaan kita kepada Allahsubhanahu wa ta'ala. Di antara bentuk baik sangka kepada Allah ialah
keyakinan bahwa jika kita lemah, Allah Ta'ala yang Maha Perkasa akan
menguatkan. Jadi, baik sangka itu bukan lafazkan wirid "Aku bisa. Tak ada
yang tidak mungkin". Ini justru menggeser tawakkal; dari tawakkal Allah
Ta'ala menjadi tawakkal kepada diri sendiri.
Pernyataan kalimat hauqalah juga mempertegas sikap
tawakkal kepada Allah Ta'ala sebelum memulai usaha; sebelum kaki melangkah
jauh. Sesungguhnya hauqalahmerupakan kunci surga.
Kita lazimkan mengucap hauqalah, meyakini, memegang
teguh dan tidak mengotorinya dengan syubhat.
Nabi shallalahu ’alaihi wa sallam berkata kepada
Abu Musa radhiyallahu 'anhu:
ألا أدلك على باب من أبواب الجنة ؟ قلت
بلى ، قال: لا حول ولا قوة إلا بالله
"Maukah engkau
aku tunjukkan salah satu dari pintu surga?" Aku berkata, ‘tentu’. Beliau
bersabda, ‘Laa haula wala quwwata illa billah.” (HR. Tirmidzi & Ahmad).
Hadits tersebut sekaligus menjadi pelajaran agar senantiasa tawakkal kepada
Allah Ta'ala. Bukan kepada asbab (hal-hal yang menjadi sebab). Selanjutnya kita
meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala dengan sebaik-baik perlindungan.
Inilah makna dari do'a lain keluar rumah, yakni:
اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ
أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ
أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
"Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, tergelincir atau
digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, dan membodohi atau dibodohi.” (Do'a dari hadits riwayat Abu Dawud & Ibnu Majah).
Ada tawakkal, ada pinta perlindungan kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ada do'a,
ada pelajaran. Sungguh di setiap do'a yang shahih senantiasa ada pelajaran
aqidah di dalamnya jika kita menghayati dan meyakini.
Semoga catatan sederhana ini bermanfaat dan barakah
*) Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku
twitter @kupinang
Post a Comment