Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Anak
Oleh Nur
Muthmainnah
Setiap orangtua
pasti menginginkan anaknya cerdas. Tapi, anak itu memiliki tingkat kecerdasan
yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor apa sajakah
itu? Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak.
Pertama, keturunan. Banyak anak yang
cerdas, pintar dan berprestasi di sekolah. Dan sudah menjadi rahasia umum akan
selalu dihubung-hubungkan dengan kedua orangtuanya, bagaimana orangtuanya,
pendidikan orangtuanya. Tidak heran jika anak yang cerdas dan pintar karena
orangtuanya cerdas dan pintar juga. Faktor genetik menurut penelitian
menyumbang terhadap intelgensi anak berkisar 40 – 80 persen.
Kedua, nutrisi yang tepat. Anggapan
bahwa kecerdasan anak hanya dapat diturunkan oleh orangtua yang cerdas,
tampaknya perlu diubah. Sebab nutrisi yang tepat dan seimbang sangat
mempengaruhi kecerdasan anak. Asam lemak omega 3 yang terdapat dalam ikan
salmon, sarden, tuna menurut penelitian bisa menghasilkan sel-sel otak dan
meremajakan fungsi otak. Selain itu kacang-kacangan, telur, makanan laut, ayam,
brokoli, alpukat merupakan yang dapat meningkatkan kecerdasan otak.
Ketiga, stimulan. Selain nutrisi yang
berguna untuk meningkatkan kecerdasan, stimulan-stimulan sejak dini diperlukan
untuk perkembangan otak anak. Orangtua sangat berperan dalam memberi stimulasi
buah hatinya sejak mereka bayi. Dari mengajak bermain edukatif, kreatif,
mengajarkan bersosialisasi dengan lingkungannya dan mengajak buah hati
berolahraga untuk meningkatkan kesehatan fisiknya. Para ahli berpendapat
stimulan mampu merangsang kecerdasan otak. Otak manusia terdiri dari jutaan
saraf. Stimulan diberikan sejak dini agar terjadi hubungan antara satu saraf
dengan saraf yang lainnya. Sehingga ketika memasuki usia sekolah anak akan
lebih mudah menerima dan menyimpan ilmu yang diperolah. Memberi stimulan pada
anak, disesuaikan dengan umurnya. Lebih baik sejak dini, sejak 0 tahun.
Terlebih lagi pada masa the golden age
yaitu 0 – 3 tahun.
Keempat, tidur. Anak membutuhkan istirahat dan tidur malam yang baik agar otaknya
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sejak bayi lahir hingga tumbuh
menjadi anak usia sekolah, harus memiliki rutinitas tidur yang konsisten setiap
harinya.
Kelima, trauma. Trauma dapat menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan otak bayi dan anak-anak. Contoh trauma yang biasanya terjadi pada anak usia dini termasuk selamat dari bencana alam, kehilangan anggota keluarga, dan mengalami penyakit kronis. Trauma juga dapat terjadi jika anak mengalami pelecehan seksual, kemiskinan, atau memiliki orangtua pecandu alkohol atau narkoba. Anak yang mengalami trauma akan menghadapi masalah seperti perubahan pola makan, tidur, perubahan perilaku, serta kesulitan bergaul dengan teman-temannya. Dukung dan dampingi anak agar dirinya terbebas dari trauma. Jika trauma tetap bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama, Anda perlu membawa anak menemui ahli psikologi agar anak terhindar dari gangguan otak akibat trauma yang kronis.
Kelima, trauma. Trauma dapat menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan otak bayi dan anak-anak. Contoh trauma yang biasanya terjadi pada anak usia dini termasuk selamat dari bencana alam, kehilangan anggota keluarga, dan mengalami penyakit kronis. Trauma juga dapat terjadi jika anak mengalami pelecehan seksual, kemiskinan, atau memiliki orangtua pecandu alkohol atau narkoba. Anak yang mengalami trauma akan menghadapi masalah seperti perubahan pola makan, tidur, perubahan perilaku, serta kesulitan bergaul dengan teman-temannya. Dukung dan dampingi anak agar dirinya terbebas dari trauma. Jika trauma tetap bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama, Anda perlu membawa anak menemui ahli psikologi agar anak terhindar dari gangguan otak akibat trauma yang kronis.
Keenam, kegiatan
fisik. Anak yang fisiknya kuat akan memiliki
otak yang sehat dan cerdas. Oleh karena itu, jangan batasi aktivitas anak demi
kesehatan fisik dan perkembangan otaknya. Anak masih terlalu dini untuk
melakukan olahraga khusus yang berat, dirinya hanya perlu lebih aktif ketika
bermain bersama teman-temannya di luar ruangan.
Ketujuh, ikatan orangtua. Sebuah hubungan yang positif dan harmonis antara kedua orangtua
memungkinkan seorang anak merasa aman dan disayangi. Hal ini membuat anak lebih
percaya diri dan suasana keluarga yang nyaman mendukung perkembangan otak yang
sehat. Di sisi lain anak-anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang
kurang harmonis, akan merasa tidak aman, takut-takut, dan bingung ketika
bertemu dengan orang baru.
Kedepalan, kesempatan
belajar. Jika orangtua mendambakan anak yang
cerdas, ajarkan anak untuk belajar sejak dini untuk menstimulasi perkembangan
otaknya. Ajarkan anak Anda untuk mengenal huruf dan angka serta sediakan
berbagai macam buku, alat musik, mainan dan perlengkapan seni.
*) Nur
Muthmainnah, Ibu rumah tangga,
tinggal di Yogya
Post a Comment