Memahamkan Anak Tentang Perbedaan Agama


Oleh Imam Nawawi


Putri baru tiga bulan tinggal di kompleks baru. Anak yang usianya hampir 4 tahun itu pun mulai berkenalan dengan anak-anak tetangganya. Suatu hari, karena ibu Putri mulai akrab dengan tetangga kanan kiri, Putri pun mulai akrab dengan anak-anak dari tetangganya.

Suatu hari, Putri didatangi teman-teman barunya itu. Di antara teman-temannya itu ada kakak adik yang non-Muslim. Kala datang pertama kali Putri tidak tahu bahwa ada agama selain agamanya, yaitu Islam.

Putri baru mengerti akan adanya agama non-Islam setelah keesokan harinya, ia ditanya oleh kakak adik yang non-Muslim itu. “Putri kenapa kamu pakai kerudung, kan masih kecil,” tanya si teman yang non-Muslim.

“Loh ya, aku kan Islam. Ibuku bilang harus sejak kecil menutup hijab. Kamu kenapa tidak pakai kerudung, kamu kan Islam,” balas Putri. “Oooh….bukan Putri, aku Kristen,” jawab temannya.

Mendengar kata ‘Kristen’ Putri agak heran, karena kata itu memang asing dan belum pernah didengar sebelumnya. Akan tetapi, karena waktu itu mereka bersepakat untuk olahraga keliling kompleks, Putri pun tak begitu merisaukannya.

Akan tetapi, sesampainya di rumah, Putri tiba-tiba ingat dan langsung bertanya kepada sang ibu. “Ibu, tadi Putri kan main, teman Putri yang kakak adik itu bilang kalau dia Kristen. Kristen itu apa sih bu?”

Ibunya pun dengan hati-hati menjawab, “Kristen itu agama. Tetapi Kristen adalah agama yang tidak sama dengan Islam. Jadi, orang Kristen tidak beribadah seperti orang Islam. Misalnya, Putri harus berjilbab, mereka tidak. Putri harus sholat, mereka tidak,” urai ibunya.

“Oooh, pantas tadi Putri ditanya kenapa pakai kerudung katanya,” timpal Putri.

Kisah pun berlanjut. Karena pekan itu baik Putri maupun teman-temannya sama-sama libur sekolah, setiap pagi mereka bersepakat untuk olahraga. Dalam satu perbincangan kakak adik itu memberi tahu teman-temannya.

“Besok aku tidak bisa ikut teman-teman. Aku dan adikku dan ayah ibu mau ke kampung halaman untuk merayakan Natal di sana,” ucapnya.

Putri pun heran, apalagi itu Natal. Tetapi, sontak teman-temannya menjawab, “Iya gak papa. Cepat kembali ya, supaya kita bisa bermain sama-sama lagi.”

Putri pun kembali pulang dengan mengajukan pertanyaan kepada ibunya. “Ibu Natal itu apa?” Ibunya pun menjawab, “Natal itu perayaan agama Kristen. Biasanya mereka ke gereja. Nanti kalau tahun baru, mereka akan ada perayaan lagi. Biasanya tiup terompet.”

“Boleh tidak Putri ikut tiup terompet, kan asyik rame,” tanya Putri. “Oh…tidak boleh. Kita kan, Muslim, kita biarkan saja mereka merayakan perayaan keyakinan mereka. Tetapi kita gak boleh ikut-ikutan. Kita Muslim dan Allah dan Rasulullah melarang kita mengikuti perayaan apapun di luar agma Islam,” papar sang ibu.

“Jadi, Putri mesti gimana kalau Natal dan tahun baru ibu?” tanya Putri lagi. “Ya, kita biasa saja, sholat, membaca Al-Qur’an, belajar dan bermain,” jawab ibunya.

“Terus, apakah Putri boleh main sama mereka yang Kristen?” tanya Putri lagi mendesak. “Putri tetap boleh main. Putri harus menghargai mereka. Tetapi ingat, Putri gak boleh ikut apapun yang dilakukan oleh mereka di luar permainan yang biasa dimainkan bersama teman-teman, ya,” urai ibunya lagi.

“Makanya kalau main, jangan lama-lama, waktunya makan pulang. Apalagi kalau menjelang sholat, harus pulang segera untuk mendirikan sholat. Dan, jangan lupa selalu berjilbab ya,” kata ibunya sambil mencubit hidung Putri.

“Jadi, agama itu banyak ya bu?” “Iya,” jawab sang ibu. “Tetapi kalau Putri ingin masuk surga, hanya Islam agama yang benar dan kita harus menjadi Muslim sampai mati. Jadi, Putri harus menjaga betul agama Islam dalam hati Putri, harus bangga menjadi seorang Muslimah,” pungkas sang ibu.


*) Imam Nawawi, Pemimpin Redaksi Majalah Mulia | Penulis Hikmah Koran Republika | Penulis di www.hidayatullah.com | Twitter @abuilmia
Powered by Blogger.
close