Mengajari Membaca Tak Harus Mahal
Oleh Mohammad Fauzil Adhim
Alhamdulillah, Allah Ta’ala karuniakan kepada kami tujuh orang anak (semoga
Allah Ta’ala jadikan mereka barakah sejak lahirnya, hidupnya, matinya dan hari
ketika dibangkitkan). Ini menjadikan pengalaman mengasuh anak lebih beragam,
termasuk dalam soal mengajari mereka membaca semenjak dini. Ada pelajaran yang
dapat diambil dari cara mengajarkan membaca pada
anak pertama, lalu berusaha memperbaiki pada saat mengajari anak-anak
berikutnya. Berbagai teori sekaligus alat bantu pendukung untuk mengajarkan
membaca, berusaha kami penuhi. Dan itu semua membawa pada kesimpulan bahwa
bekal terbaik mengajarkan anak membaca adalah kesungguhan, antusiasme dan
kesabaran. WPB alias buku penuh gambar sedikit kata memang sangat bermanfaat.
Buku jenis ini mudah menarik perhatian anak. Tetapi untuk menjadikan anak suka
membaca, tidak harus melimpahi mereka dengan buku yang umumnya berharga mahal
atau bahkan sangat mahal itu. Apa saja yang dapat dibaca, juga apa saja yang
dapat digunakan sebagai media untuk menulis, merupakan sarana yang baik untuk
mengajarkan membaca kepada anak. Tak peduli apakah itu buku bacaan sedikit
gambar yang lebih pas untuk orang dewasa, majalah, sobekan koran atau apa pun.
Bukan berarti buku-buku yang khusus dirancang untuk anak tidak ada
manfaatnya. Tetapi yang perlu kita ingat adalah, hal terpenting dalam
menanamkan kegemaran membaca adalah tersedianya bahan-bahan bacaan dan kerelaan
orangtua untuk membacakan buku serta mendampingi mereka bermain dengan buku.
Bagi saya, jauh lebih penting memilihkan buku bergizi yang isinya benar-benar
bermanfaat, meski kemasannya belum sesuai umurnya daripada buku sangat menarik,
tapi isinya tak bermutu atau bahkan merusak.
10 Sahabat Nabi Dijamin Masuk Surga karya Muhammad Ahmad ‘Isa adalah contoh buku yang sangat bagus isinya.
Kemasan buku ini jelas bukan untuk anak SD. Apalagi TK dan playgroup. Tetapi
isinya shahih, dasarnya kuat, keteladanannya dapat diambil oleh anak maupun
orang dewasa. Maka membacakan buku yang sebenarnya dikemas untuk orang dewasa
ini, sangat bermanfaat bagi anak. Alhamdulillah, buku ini termasuk salah satu
yang paling diminati oleh anak saya nomor lima, Muhammad Navies Ramadhan. Ia
membaca buku tebal ini dalam waktu hanya kurang dari dua hari tatkala ia kelas
2 SD.
Saya memperhatikan, jika anak akrab dengan beragam buku semenjak dini, tak
hanya yang kemasannya dikhususkan bagi balita, ia lebih mudah menyukai bacaan
lebih serius di usia-usia berikutnya. Akan tetapi memaksakan anak membaca
buku-buku serius tanpa mendampingi, dapat menjadikan anak kehilangan gairah
membaca. Ini berarti, kesediaan menemani anak membaca itulah yang sangat
penting.
Di sisi lain, jika anak-anak terbiasa bersentuhan dengan pemikiran atau
cara berpikir yang lebih dewasa, ia juga akan memiliki kemampuan berpikir yang
lebih baik. Inilah salah satu hikmah melibatkan anak dalam berbagai majelis
orang dewasa sebagaimana yang kita jumpai pada sirah Nabi shallaLlahu ‘alaihi
wa sallam. Jika dikaitkan dengan membaca, tidak masalah anak bersentuhan dengan
bacaan bergizi untuk orang dewasa, terlebih yang menanamkan iman, mengokohkan
aqidah dan menata cara berpikir. Anak boleh jadi tidak memahami isi bacaan
secara sempurna atau bahkan sedikit sekali yang dipahami, tetapi jika anak
menikmati kegiatan tersebut, itu sudah cukup sebagai bekal untuk memudahkannya
menerima kelak ketika usianya telah lebih matang. Apa yang didengar dan
diserapnya ibarat cetak biru(blue print) dalam dunia arsitektur. Inilah salah satu pelajaran berharga yang dapat
kita renungi dari generasi emas Islam yang tidak sedikit di antara mereka telah
menunjukkan kematangan berpikir di usia sangat belia.
*) Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku dan Pakar Parenting | twitter
@kupinang | fb Mohammad Fauzil Adhim
Post a Comment