Proporsional Menyikapi Keriuhan Kurikulum


Oleh Imam Nawawi

Wacana yang amat riuh dalam dunia pendidikan di negeri ini adalah kurikulum. Terlebih ketika kurikulum yang disahkan oleh pemerintah menuai protes dari sana-sini. Akibatnya, para orangtua harus ikut memahami tentang apa itu kurikulum secara lebih rinci dan menyeluruh. Karena sedikit banyak, keriuhan itu seringkali mendatangkan kegelisahan.

Terlebih dalam satu dekade belakangan, di mana kurikulum berubah begitu cepat. Mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di 2004, kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di 2006, hingga kini kurikulum 2013. Kurikulum 2013 pun masih dalam pro-kontra yang tak sederhana.

Dalam perspektif tertentu bisa saja perubahan kurikulum yang sangat cepat dinilai sebagai dinamika dunia pendidikan. Namun dalam perspektif lain juga tidak menutup kemungkinan hal tersebut dianggap sebagai ketidaksiapan dunia pendidikan kita dalam merespon perkembangan dengan kurikulum yang relevan.

Akibatnya, dunia pendidikan kita masih terus berkutat pada masalah yang sebenarnya cukup teknis dan secara mandiri setiap sekolah sejatinya memiliki kemampuan merancang pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman, tanpa mengabaikan kurikulum pendidikan yang ditetapkan pemerintah.

Dengan kata lain, ketika kurikulum dipandang sebagai upaya membantu anak-anak bangsa memiliki kompentensi, skill dan daya saing yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara di kancah internasional, pemerintah sebenarnya tidak perlu begitu riuh membahas kurikulum ini. Karena, realitanya, sekolah-sekolah non-pemerintah ternyata cukup memberikan bukti akan hal tersebut.

Pemerintah perlu fokus pada bagaimana penerapan kurikulum di wilayah-wilayah yang memang perlu pembenahan, pendampingan dan pengembangan secara serius. Selain akan sangat berguna bagi pemerataan mutu pendidikan di NKRI juga akan mendongkrak spirit berprestasi sekolah-sekolah di wilayah yang butuh penanganan serius seperti itu.

Kurikulum Bagi Orangtua
Namun demikian, bagaimana dengan para orangtua yang merupakan pihak paling bertanggjungjawab terhadap putra-putrinya yang belajar di sekolah?

Tentu para orangtua perlu memahami kurikulum yang ditetapkan pemerintah, termasuk menemukan titik jernih dari keriuhan yang timbul di masyarakat, terutama yang paling sering diekspos media. Akan tetapi, langkah paling strategis yang mesti dilakukan oleh para orangtua untuk mendapatkan klarifikasi berbobot mengenai hal ini tentu melalui sekolah di mana putra-putrinya belajar.

Langkah ini dinilai strategis karena bagaimanapun dunia meributkan soal kurikulum, kurikulum yang mesti dilalui putra-putri kita hanya ada di sekolah tempat mereka belajar. Dengan demikian, para orangtua perlu menjalin komunikasi untuk mendapat penjelasan tentang kurikulum yang ditetapkan di sekolah.

Selain akan bermanfaat dalam memperkuat hubungan orangtua dengan sekolah, juga akan berdampak positif pada pola pendampingan orangtua terhadap anak di rumah, sehingga pendidikan dapat berjalan sepanjang hari. Bukan sebatas di sekolah seperti umum terjadi di negeri ini.

Langkah terakhir, selain soal kurikulum, di mana setiap sekolah formal pasti menerapkan kurikulum pemerintah, orangtua perlu memahami visi-misi sekolah dan keteladanan para guru. Karena, sebagus apapun kurikulum, kalau visi misi sekolah dan keteladanan guru tidak memadai, semua unsur pendidikan lainnya akan menjadi kurang begitu berguna.

Sebab inti atau ujung tombak pendidikan letaknya pada para guru. Sebagus apapun kurikulum jika gurunya kurang bermutu, terutama secara adab, maka proses pendidikan yang berjalan akan pincang. Jadi pantas jika dikatakan, “Metode lebih penting dari materi. Guru lebih penting dari metode. Dan ruh guru lebih penting dari guru itu sendiri.”

Oleh karena itu, terlepas dari perdebatan kurikulum yang sangat riuh, hal penting yang tidak boleh diabaikan para orangtua adalah menjalin komunikasi baik dengan sekolah, mulai aspek kurikulum yang teoritik, sampai pada keteladanan guru yang sesungguhnya akan sangat mewarnai perjalanan putra-putri kita ke depannya.

*) Imam Nawawi, Penulis di hidayatullah.com. Pimpinan Redaksi Majalah Mulia. Twitter @abuilmia
Powered by Blogger.
close