Cerdas di Sekolah : Mencerna Bacaan


Oleh Nur Siti Fatmah

Masih sering ditemui murid membaca semata-mata untuk menghafal jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru. Para murid berupaya menelusuri kalimat-kalimat dalam tiap lembaran buku untuk menemukan kalimat yang dianggap tepat untuk menjawab pertanyaan. Setelah sekian lama menelusuri kalimat dan ‘menemukan’ kalimat yang dianggap tepat untuk menjawab pertanyaan, dipindahlah kalimat dalam lembaran buku bacaan ke dalam buku tulis murid dengan cara menuliskan tanpa perubahan sedikit pun. Murid segera menutup bukunya dan mengumpulkan ke meja guru karena telah selesai mengerjakan tugas menjawab pertanyaan. Namun begitu guru meminta murid menyampaikan secara lisan tanpa membaca apa yang telah ditulis, kebanyakan murid mengatakan aku sudah lupa apa yang saya tulis kemarin. Demikian juga, ketika seorang guru menuliskan kalimat tegak bersambung di papan tulis kemudian meminta murid menyalin sepuluh kali, ternyata kebanyakan murid hafal, namun begitu diberi pertanyaan dari kalimat yang telah ditulis berulang - ulang murid kesulitan untuk menjawabnaya, kebanyakan murid tidak bisa menjawab.mengapa hal ini terjadi? Karena secara emosional murid tidak terlibat dengan kalimat yang ditulisnya.Murid sekedar menyalin saja.

Mary Leonhardt, seorang praktisi pendidikan yang kemudian menuangkan pengalamannya ke dalam buku berjudul “99 Cara Menjadikan Anak Anda ‘keranjingan’ Membaca”, menyebutkan membaca bisa membangun rasa kebahasaan yang tinggi. Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola pikir kreatif dalam diri mereka sendiri. Mereka tidak hanya mendengar informasi, tetapi juga belajar untuk mengikuti argumen-argumen yang kaya dan mengingat alur pemikiran yang beragam. Membaca sebagai proses diskusi yang diikuti melalui tulisan, dengan demikian membaca merupakan proses  aktif dalam membentuk pemahaman baru”.Murid yang telah membaca akan terbentuk pola pemahaman baru dari apa yang telah di baca sehingga jika distimulasi akan mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk pertanyaan atau diminta mengungkapkan kembali secara menyeluruh.

Bijak kiranya orang tua dan guru memulai membacakan buku dengan kalimat sederhana dan memberi jeda untuk mencerna isi kalimat yang telah dibacakan dan didengarkan oleh murid. Sebagai contoh guru mengajarkan kalimat “Bapak mengerjakan sholat Subuh di masjid, kemudian membaca dzikir pagi. Dari kalimat tersebut guru atau orang tua bisa mulai mengajak murid untuk mencerna isi bacaan dengan memberi beberapa pertanyaan singkat yang mudah dipahami oleh murid. Bacakan beberapa kali kemudian murid juga diminta membaca jika sudah bisa membaca. Ketika murid sudah mendengar dan membaca berilah pertanyaan dari bacaan tersebut. Pertanyaan pertama , siapa yang mengerjakan sholat subuh di masjid? Pertanyaan kedua,di mana bapak mengerjakan sholat Subuh? Pertanyaan ketiga,apa yang dilakukan bapak setelah sholat subuh?

Lakukanlah berulang-ulang setiap hari dengan membuat kalimat-kalimat baru,tingkatkan dari satu kalimat menjadi satu alinea.Jika hal ini dilakukan secara istiqomah insyaAlloh akan membentuk pola pemahaman yang kuat pada murid, murid akan terbiasa berpikir kritis dan mampu memahami apa yang yang dibaca. Pada saatnya murid diminta membuat kalimat sendiri kemudian membuat pertanyaan dari kalimat yang telah dibuat.

Berlatih mencerna bacaan lebih lanjut bisa dilakukan dengan cara memberikan bacaan yang agak panjang,misal satu judul bacaan dalam satu halaman kwarto. Setelah membaca dengan diulang beberapa kali, murid diminta menutup bacaan. Guru kemudian meminta murid untuk menuliskan kembali apa yangtelah dibaca dengan menggunakan redaksi murid sendiri.

Jika langkah ini dilakukan terus-menerus akan membentuk kemampuan memahami isi bacaan sekaligus mengkonstruksi ulang dalam bentuk tulisan baru sesuai dengan pemahaman murid. Kemampuan mencerna bacaan murid akan lebih tajam lagi jika guru melanjutkan dengan langkah presentasi bacaan. Apa yang telah dibaca oleh murid diminta untuk dipresentasikan .Pemahaman murid yang telah dikonstruksi dalam bentuk tulisan dipresentasikan kepada guru atau teman-teman kelompok kecil dan bisa pula kepada teman satu kelas. Upaya mengungkapkan pemahaman akan Nampak pada murid yang melakukan proses dengan penuh antusias. Agar murid melakukan dengan penuh antusias guru atau orang tua harus memberi pendahuluan tentang manfaat memahami bacaan.

Beragam cara mempresentasikan, mulai cara membacakan, menyampaikan tanpa membaca teks,  dalam bentuk pidato lisan hingga dalam bentuk tulisan singkat yang memuat kalimat rangkuman (Power Point) untuk memandu gagasan yang telah ditulis.

*) Nur Siti Fatmah, Guru , S.Ag. Guru MI Darussalam Selokerto Ngaglik Sleman
Powered by Blogger.
close