Mengkondisikan Pembelajaran

Oleh Suhartono

Di usia dini, anak memang harus diberi kebebasan bereksplorasi dan berkreativitas. Akan tetapi bukan berarti anak bebas tak terkendali seperti yang didengungkan kaum liberalis. Sebab kebebasan masih terbingkai dengan aturan dan konsekuensi yang harus mereka jalankan jika melanggar. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Maka penyikapannya pun harus berbeda satu sama lain. Karena itu penting rasanya, baik bagi guru maupun orangtua untuk memiliki bekal bagaimana cara mengkonfisikan anak.

Dilihat dari penyebabnya, ada beberapa faktor yang membuat kelas serasa sulit untuk dikondisikan. Dan dari penyebabnya tersebut, kita bisa tahu juga solusi dalam menghadapi dan mengkondisikan keadaan kelas.

Dari segi pengajar. Artinya tegas tidaknya pengajar dalam menghandle para siswanya. Untuk beberapa guru yang terkesan tegas, bukan hal yang sulit untuk membuat siswa patuh dan diam saat pelajaran dimulai. Itu artinya, sebagai pengajar, kita tak hanya butuh penampilan yang terkesan berwibawa, tetapi juga butuh ketegasan agar para siswa tak menyepelekan kita.

Tapi, bukan berarti memasang wajah tegas merupakan sebuah keharusan. Bisa jadi dengan wajah ceria dan penuh kasih sayang, banyak siswa yang justru respect dan menghargai guru tersebut. Tergantung pengajarnya sendiri sebenarnya tentang bagaimana ia bisa membawa diri.

Terkadang, dengan wajah tegas dan seram, hubungan kultural antara siswa dan guru sangat kurang menyebabkan adanya jarak kedekatan yang sangat kurang

Mengapa aturan yang dibuat kurang optimal? Boleh jadi selama ini yang membuat aturan hanya guru sehingga menjadi tidak optimal. Anak akan mematuhi konsekuensi dengan ikhlas jika mereka ikut membuat peraturan tersebut dan diberi pemahaman yang utuh terkait aturan. Mengkondisikan anak juga bisa dilakukan dengan mengurangi energy anak, misalnya dengan loncat-loncat kecil sebelum memulai pembelajaran.

Dalam menyikapi kegaduhan di kelas, guru maupun orangtua tidak perlu mengeluarkan banyak energy dengan teriakan. Cukup dengan menggunakan tepukan. Banyak tepukan yang secara tidak langsung dapat membuat anak terkondisi dengan baik. Bisa mengarang sendiri atau mencari referensi terkait.

Apabila anak memang tidak mamu dikondisikan, maka dapat mencoba menggunakan hitungan, misalnya satu hingga tiga. Sebelum memulai hitungan, ada baiknya guru maupun orangtua memberitahukan terlebih dahulu bahwa kita akan menghitung sampai tiga. Dalam hitungan ketiga, mereka sudah harus duduk di tempatnya masing-masing. Jangan menghitung tiga jika anak masih belum rapi. Untuk menyiasatinya, bisa menggunakan hitungan dua setengah, tiga kurang seperempat dan sebagainya sampai anak duduk rapi.

Walau banyak karakter anak, sebenarnya secara garis besar ada dua tipe yang sangat mempengaruhi gaya belajar anak. Yakni tipe introvert (tertutup) dan ekstrovert (terbuka). Anak introvert cenderung pendiam, suka menyendiri dan pada usia remaja tidak suka bercanda. Tipa ekstrovert cenderung supel, aktif dan bawel. Untuk menyikapinya, ada baiknya bagi guru maupun orangtua untuk sesekali mengajak mereka bicara dari hati ke hati sehingga memiliki kedekatan personal yang akan mempermudah untuk mengkondisikan mereka.

Selain itu, anak umumnya suka mendapatkan hadiah walaupun jumlah dan harganya tidak seberapa. Hal ini juga dapat kita gunakan untuk mengkondisikan anak. Misalnya, “Siapa yang duudk paling rapi boleh pulang duluan,” Begitu seterusnya agar anak terpacu untuk duduk rapi dan mengerjakan tugasnya.

Untuk anak yang berwatak keras, maka untuk mengkondisikannya dapat dengan memberikan syarat. Misalnya boleh meneruskan bermain tetapi syaratnya lima menit lagi harus masuk kelas atau harus makan dan dihabiskan. Tingkah yang aneh dan lucu dari guru atau orangtua terkadang juga mampu membuat anak terkondisikan dengan sendirinya. Misalnya guru dalam pembelajaran menirukan suara sapi, harimau, bebek dan sebagainya.


*) Suhartono, Pendidik, tinggal di Yogya
Powered by Blogger.
close