Mengkondisikan Pembelajaran
Di
usia dini, anak memang harus diberi kebebasan bereksplorasi dan berkreativitas.
Akan tetapi bukan berarti anak bebas tak terkendali seperti yang didengungkan
kaum liberalis. Sebab kebebasan masih terbingkai dengan aturan dan konsekuensi
yang harus mereka jalankan jika melanggar. Setiap anak memiliki karakter yang
berbeda-beda. Maka penyikapannya pun harus berbeda satu sama lain. Karena itu
penting rasanya, baik bagi guru maupun orangtua untuk memiliki bekal bagaimana
cara mengkonfisikan anak.
Dilihat dari penyebabnya, ada beberapa faktor yang
membuat kelas serasa sulit untuk dikondisikan. Dan dari penyebabnya tersebut,
kita bisa tahu juga solusi dalam menghadapi dan mengkondisikan keadaan kelas.
Dari segi pengajar. Artinya tegas tidaknya pengajar dalam
menghandle para siswanya. Untuk
beberapa guru yang terkesan tegas, bukan hal yang sulit untuk membuat siswa
patuh dan diam saat pelajaran dimulai. Itu artinya, sebagai pengajar, kita tak
hanya butuh penampilan yang terkesan berwibawa, tetapi juga butuh ketegasan
agar para siswa tak menyepelekan kita.
Tapi, bukan berarti memasang wajah tegas merupakan sebuah
keharusan. Bisa jadi dengan wajah ceria dan penuh kasih sayang, banyak siswa
yang justru respect dan menghargai
guru tersebut. Tergantung pengajarnya sendiri sebenarnya tentang bagaimana ia
bisa membawa diri.
Terkadang,
dengan wajah tegas dan seram, hubungan kultural antara siswa dan guru sangat
kurang menyebabkan adanya jarak kedekatan yang sangat kurang
Mengapa
aturan yang dibuat kurang optimal? Boleh jadi selama ini yang membuat aturan
hanya guru sehingga menjadi tidak optimal. Anak akan mematuhi konsekuensi
dengan ikhlas jika mereka ikut membuat peraturan tersebut dan diberi pemahaman
yang utuh terkait aturan. Mengkondisikan anak juga bisa dilakukan dengan
mengurangi energy anak, misalnya dengan loncat-loncat kecil sebelum memulai
pembelajaran.
Dalam
menyikapi kegaduhan di kelas, guru maupun orangtua tidak perlu mengeluarkan
banyak energy dengan teriakan. Cukup dengan menggunakan tepukan. Banyak tepukan
yang secara tidak langsung dapat membuat anak terkondisi dengan baik. Bisa
mengarang sendiri atau mencari referensi terkait.
Apabila
anak memang tidak mamu dikondisikan, maka dapat mencoba menggunakan hitungan,
misalnya satu hingga tiga. Sebelum memulai hitungan, ada baiknya guru maupun
orangtua memberitahukan terlebih dahulu bahwa kita akan menghitung sampai tiga.
Dalam hitungan ketiga, mereka sudah harus duduk di tempatnya masing-masing.
Jangan menghitung tiga jika anak masih belum rapi. Untuk menyiasatinya, bisa
menggunakan hitungan dua setengah, tiga kurang seperempat dan sebagainya sampai
anak duduk rapi.
Walau
banyak karakter anak, sebenarnya secara garis besar ada dua tipe yang sangat
mempengaruhi gaya belajar anak. Yakni tipe introvert (tertutup) dan ekstrovert
(terbuka). Anak introvert cenderung pendiam, suka menyendiri dan pada usia
remaja tidak suka bercanda. Tipa ekstrovert cenderung supel, aktif dan bawel.
Untuk menyikapinya, ada baiknya bagi guru maupun orangtua untuk sesekali
mengajak mereka bicara dari hati ke hati sehingga memiliki kedekatan personal
yang akan mempermudah untuk mengkondisikan mereka.
Selain
itu, anak umumnya suka mendapatkan hadiah walaupun jumlah dan harganya tidak
seberapa. Hal ini juga dapat kita gunakan untuk mengkondisikan anak. Misalnya,
“Siapa yang duudk paling rapi boleh pulang duluan,” Begitu seterusnya agar anak
terpacu untuk duduk rapi dan mengerjakan tugasnya.
Untuk
anak yang berwatak keras, maka untuk mengkondisikannya dapat dengan memberikan
syarat. Misalnya boleh meneruskan bermain tetapi syaratnya lima menit lagi
harus masuk kelas atau harus makan dan dihabiskan. Tingkah yang aneh dan lucu
dari guru atau orangtua terkadang juga mampu membuat anak terkondisikan dengan
sendirinya. Misalnya guru dalam pembelajaran menirukan suara sapi, harimau,
bebek dan sebagainya.
*) Suhartono, Pendidik,
tinggal di Yogya
Post a Comment