Rajin Belajar, Tanpa Paksaan


Oleh Suhartono

Setiap orangtua pasti menginginkan masa depan anaknya cerah serta pintar di setiap mata pelajaran. Namun, cara yang dilakukan untuk mencapai itu semua terkadang dipaksakan dan dirasa kurang tepat. Akhirnya, memaksakan anak belajar pun menjadi suatu tindakan yang kerap dilakukan.

Segala bentuk paksaan itu kadang bisa berakibat tidak baik. Terlebih jika pemaksaan yang dilakukan pada anak ketika memasuki masa emas atau golden age. Di rentang usia seperti ini memang sewajarnya anak diberikan dorongan atau stimulus. Akan tetapi, jika diberikan berlebihan seperti dengan paksaan, tentu bukan cara yang tepat.

Pada usia tersebut seorang anak hanya perlu dibimbing. Tidak perlu hingga dipaksa untuk belajar melakukan sesuatu. Apalagi seorang anak pada usia tersebut tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual. Seorang anak juga memerlukan penguasaan pada kecerdasan emosional serta kecerdasan sosial. Maka dari itu, pemaksaan belajar pada anak dianggap hal yang tidak baik untuk proses perkembangan otak dan psikologis anak.

Selain itu kemungkinan besar anak akan stress jika anak terus menerus dipaksakan untuk belajar. Stress ini timbul karena anak harus terus menerus berpikir tanpa melakukan hal yang lainnya. Pada dasarnya anak harus mendapatkan keseimbangan antara melakukan kewajiban belajar dengan anak melakukan aktivitas yang bersifat menyenangkan baginya, seperti bermain bersama teman-temannya atau sekedar melakukan hobi kesukaannya.

Melihat pemaparan di atas, maka janganlah terlalu memaksakan anak untuk terus belajar, karena dengan memaksa anak belajar bukan berarti anak akan lebih mudah memahami materi dan bukan berarti pula anak tersebut akan menjadi nomor satu di kelasnya.  Memaksakan anak untuk terus belajar akan menyebabkan anak tersebut  mudah stress dan pemahaman materi yang mereka dapatkan itu hanya sedikit saja, karena tidak seimbangnya antara belajar dengan aktivitas yang lainnya seperti bermain ataupun mengembangkan hobi anak.

Termasuk di dalamnya adalah pemaksaan anak usia dini agar bisa segera membaca. Anak usia dini kemampuannya tidak ada bedanya dengan anak yang baru belajar membaca di usia yang tepat yakni sekitar kurang lebih usia 6 tahun. Bahkan anak yang belajar membaca sejak lebih dini dan sebetulnya kurang tertarik membaca, seringkali mengalami kerugian.

Paksaan apapun buat anak akan dianggap sebagai sesuatu yang mengancam atau tidak menyenangkan, dan anak biasanya berusaha menghindarinya. Anak yang menghindar inilah yang kemudian menjadi malas membaca, malas belajar menulis dan berhitung, dan seringkali jadi malas ke sekolah.

Berbeda jika anak memang tertarik membaca, menulis dan berhitung, ada baiknya justru difasilitasi dengan banyak diajari. Dan anak yang semacam ini, kalau pengenalannya juga tepat, justru akan semakin berminat dan semakin percaya diri karena merasa bisa menguasai keterampilan yang mungkin belum dikuasai anak seusianya. Jadi jangan paksa anak, sesuaikan stimulasi kita dengan kemampuannya. Untuk mengajarkan berbagai hal, usahakan menggunakan cara-cara yang menyenangkan.

Menurut para psikolog, anak yang mengalami tekanan dari orangtuanya akan mengalami stress, sering memberontak dan merasa dirinya tidak bebas dalam mengembangkan bakat yang dimilikinya. Diharapkan agar setiap orangtua memahami akan dampak buruk dari pemaksaan belajar

Karena itu, orangtua harus dapat memahami dampak buruk terhadap psikologis anak jika diberikan tekanan dalam belajar. Jika sudah terlanjur hal yang harus dilakukan ialah: Pertama, komunikasikan langsung dengan anak. Buatlah percakapan kecil melalui pendekatan dan pada waktu yang tepat. Tanyakan anak apakah ia merasa tertekan dan mencoba untuk mengutarakannya langsung. Kedua, bawalah ke psikolog. Hal ini merupakan alternatif jika merasa kesulitan untuk membicarakannya dengan anak. Dengan membawanya ke psikolog, orangtua juga dapat mengetahui saran-saran jitu dari pakar dan bagaimana mengatasi hal semacam itu.

*) Suhartono, Pemerhati dunia anak, Tinggal di Yogya
Powered by Blogger.
close