Cerdas di Sekolah : Knowledge Management (1)
Oleh
: Saryo, MPd
Pertengahan
tahun 2005 penulis diundang ke sebuah sekolah Islam terpadu tingkat dasar di
pinggiran kota Semarang. Sekolah tersebut menempati area yang cukup nyaman;
tanah luas, bangunan standar dan penataan lingkungan yang amat bagus. Kala itu
penulis diundang untuk bertemu dengan para guru untuk berbagi pengetahuan tentang kurikulum berbasis tauhid.
Setelah
berinteraksi dengan para guru sekolah tersebut, ternyata di sekolah yang tampak
dari luar nyaman itu, para pengelola dan sebagian gurunya sedang mengalami kegalauan
yang amat membuncah. Pasalnya, 15 guru senior di sekolah itu keluar secara
bersamaan, termasuk guru kelas enam. Sekolah yang baru berjalan enam tahun, dan
sedang menyiapkan lulusan perdana jadilah morat-marit. Sebagian murid pindah ke sekolah
lain karena orangtua merasa cemas dengan pengganti guru anak-anaknya yang belum
meyakinkan kompetensinya, karena masih baru
dan belum berpengalaman.
Tentu, sekolah manapun akan mengalami persoalan serius jika 15 orang guru
senior keluar secara bersamaan.
Rhenald
Kasali, pakar manajemen bisnis dari Universitas Indonesia memberikan uraian
tentang penelitiannya di salah satu perusahaan milik negara bernama PT Wijaya
Karya (WIKA). Jajaran
pimpinan WIKA pada era 1980-an merasa gelisah dengan sistem pengelolaan kepegawaian
yang belum tertata dengan baik, sementara setiap tahun, 1000 orang karyawan
pensiun. Pensiunnya ribuan karyawan tentu membawa dampak pada berkurangnya
pengalaman jajaran WIKA, karena 1000 karyawan baru tentu belum memiliki
pengalaman sebagaimana karyawan WIKA yang memasuki masa pensiun. Mereka telah
bekerja puluhan tahun dengan segudang pengalaman lapangan serta pengetahuan dari tugas pelatihan yang telah banyak
diikuti.
Untuk
mengatasi hal ini, WIKA mengaryakan sebagian kecil karyawan yang telah pensiun
karena dirasa masih amat dibutuhkan oleh WIKA. Namun langkah mengkaryakan
sebagian karyawan yang telah memasuki masa purna tugas tidak bisa menyelesaikan
masalah. Di sisi lain, jajaran pimpinan WIKA menyadari tanpa sumber daya
manusia yang handal dan kompeten di bidangya, perusahaan tidak bisa berkembang dengan baik.
Penulis
mengadaptasi apa yang disampaikan oleh Rhenald
Kasali dari penelusurannya di WIKA tentang pensiun tahunan karyawan WIKA yang
mencapai 1000 orang untuk memperkuat peristiwa mundurnya 15
orang guru secara bersamaan di sebuah sekolah. Keadaan genting atas mundurnya
secara massal guru di suatu sekolah bisa berdampak buruk terhadap murid. Guru-guru
penggantinya tentu butuh penyesuaian yang lama dengan murid-murid. Kompetensi
guru baru tentu butuh waktu pula untuk mengasahnya. Jika hal ini tidak bisa
ditanggulangi dengan baik, bisa berakibat mundurnya sekolah, kepercayaan
orangtua atau masyarakat memudar dan tentu akan berkurangnya jumlah murid .
Lembaga
pendidikan harus mengupayakan pengelolaan sumber daya manusia secara baik untuk menjamin keberlangsungan proses pembelajaran yang dilakukan. Proses pengelolaan sumber daya guru di suatu sekolah bisa dilakukan sebagai
berikut; Pertama; Tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan harus diperhatikan oleh pengelola secara layak termasuk gaji yang diterima oleh tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan.
Rasa aman dan nyaman perlu diupayakan bisa didapat di tempat mendidik, yaitu di
sekolah. Kenyamanan yang didapat oleh segenap penghuni sekolah
memungkinkan sekolah bisa melakukan kegiatan secara efektif. Kedua;
Fokuskan seluruh ketersediaan sumber daya manusia untuk mencapai keunggulan
yang telah direncanakan, penetapan
seorang mengajar kelas tertentu atau bidang studi tertentu akan bisa dijalani
secara nyaman dan akan berdampak positif terhadap peserta didik. Hindari bongkar pasang pembagian tugas mengajar di tengan
pembelajaran sebagai akibat lemahnya perencanaan. Kegiatan yang dilakukan
sebagai konsekuensi perencanaan bisa jadi berjalan lamban namun berjalan
sehat. Apa yang telah dilakukan berdasarkan sistem yang terukur bisa menjadi
pondasi sekaligus jembatan pengembangan sekolah
di
masa yang akan datang.
Masih
cukup panjang pembahasan tentang pengelolaan sumber daya guru ini. Insya Allah,
pembahasan ini akan penulis lanjutkan di edisi selanjutnya. (BERSAMBUNG)
Saryo, M. Pd., PSDM LPI
Salsabila, Yogyakarta
Post a Comment