Kajian Utama : Beradab dalam Berilmu
Oleh
Bagus Priyosembodo
Allah
Ta’ala menjaga pertahanan umat ini
dengan berjuang dan belajar mengajar. Hendaklah selalu ada dua ini agar
keselamatan umat wujud sempurna. Sehingga tidak patut berangkat berjihad
semuanya karena hal ini menyebabkan rusaknya syariat dan hilangnya ilmu, dan
tidak pula menuntut ilmu semuanya sehingga orang-orang kafir akan mengalahkan
agama ini.
Kita
akan mendapati kerusakan yang nyata manakala umat ini penakut dan pengecut
hingga tidak mau menghadapi musuh yang hendak membinasakan. Kita juga akan
melihat kerusakan yang merata manakala umat ini enggan menuntut ilmu atau
mempelajarinya tanpa disertai adab yang semestinya.
Belajar
tanpa adab hanya menjadikan tahu tapi tidak bermanfaat. Bahkan seringkali
membesarkan bahaya. Karena membekali penjahat dengan pengetahuan untuk menebar
kerusakan.
Hendaklah
dalam menuntut ilmu niatnya adalah wajah Allah Ta’ala dan kampung akhirat. Barangsiapa menuntut ilmu –yang
mestinya untuk mencari wajah Allah Ta’ala-,
lalu ia tiadalah ia mempelajarinya melainkan hanya untuk mendapatkan bagian
dari dunia, pasti ia celaka binasa.
Upaya
selalu menata niat adalah kesibukan yang berat. Sebagaimana dituturkan oleh
Sufyan ats-Tsauri –rahimahullah berkata:
“Tiadalah aku mengobati sesuatu yang lebih berat dari niatku.” Senantiasa ada
ancaman gangguan terhadap niat dari permulaan bahkan terus berlanjut hingga
sesudah selesai melakukan amalan. Padahal rusaknya niat akan meruntuhkan nilai
kemuliaan amal yang dilakukan.
Niat
yang ikhlas dan penghayatan yang kuat dalam penyampaian ilmu amat kuat pula
terasa pengaruhnya oleh orang yang mendengarnya. Sebagaimana yang kita dapati
pada orang orang shalih terdahulu, seperti ayah Umar bin Dzarr. Nasihat beliau
begitu kuat berpengaruh pada pendengar dan mencucurkan air mata mereka.
Menuntut
ilmu dengan membawa niat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari
orang lain. Bersungguh menggunakan semua indra yang Allah telah nikmatkan untuk
meraih ilmu. Keadaan semula untuk semua orang adalah Allah mengeluarkannya dari
perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Bodoh dan belum
berilmu. Allah memberinya pendengaran,
penglihatan dan hati, agar ia bersyukur.
Berkehendak
kuat membela kebenaran adalah dorongan yang semestinya ada pada setiap penuntut
ilmu. Dialah yang kuasa melakukannya. Bukan buku-buku. Bahkan ada berbagai
penyimpangan yang belum ada di berbagai buku terdahulu. Dengan mengetahui ilmu
maka seseorang menjadi tahu hal yang menyelisihi kebenaran dan menuntunnya
untuk meluruskan.
Pengemban
ilmu bisa jadi akan terbela dan termuliakan oleh ilmu yang dimilikinya. Bisa
jadi pula dia tertuntut dan terendahkan oleh pengetahuan yang telah dia punya.
Ilmu itu akan berlipat ganda manfaatnya kala diamalkan. Dan akan menjadi beban
yang semakin memberati saat diabaikan serta seringkali dikalahkan oleh hawa
nafsu dan kelalaian. Hendaklah para penuntut ilmu mengamalkan ilmunya, baik
berupa akidah, ibadah, akhlak, adab dan muamalah, karena hal ini adalah
merupakan hasil dan buah dari ilmu itu.
Keutamaan
ilmu semakin bertambah dengan banyaknya diamalkan dan diajarkan. Keutamaannya
berkurang apabila tidak diamalkan dan diajarkan, apalagi dirusak dengan
disembunyikan.
Untuk
mampu beramal baik tidak bisa tidak seorang penuntut ilmu harus bisa membenarkan
dan meyakini kebenaran yang datang padanya dari penciptanya. Sikap membangkang
dan durhaka benar benar akan menghalanginya dari meraih manfaat ilmu yang
didapatnya.
*)
Bagus Priyosembodo, Redaktur Ahli
Majalah Fahma
Post a Comment