Kajian Utama : Tujuh Perkara yang Harus Dihindari Para Pembelajar
Oleh Slamet Waltoyo
Menuntut ilmu atau
belajar menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Lewat aktivitas inilah Allah Ta’ala mengajarkan ilmu
kepada manusia. Dan dengan ilmu - yang Allah
Ta’ala berikan, Allah akan mengangkat derajat manusia. Ada dua sisi
yang bertemu bagi seseorang untuk mendapatkan ilmu. Pertama, belajar sebagai
usaha sadar manusia untuk mendapatkan ilmu. Kedua, Allah Ta’ala sebagai pemilik ilmu membuka kesadaran atau pemahaman bagi
manusia pembelajar yang dikehendaki-Nya.
Dengan demikian
orangtua maupun guru akan memberikan pra-kondisi bagi anak atau muridnya
sebelum ia belajar. Agar anak atau murid dapat belajar dan mendapatkan ilmu
dengan baik, baik dengan melakukan sesuatu atau dengan tidak melakukan sesuatu
ketika ia belajar. Inilah yang dikatakan dengan adab menuntut ilmu.
Berbeda dengan yang
dilakukan oleh orangtua atau guru yang hanya melihat sisi yang tidak lengkap dalam
belajar. Belajar hanya dilihat sebagai upaya sadar seseorang untuk mendapatkan
ilmu, di mana sumber ilmu adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
Pandangan demikian tentu tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hakekat belajar.
Sebagaimana cara belajar yang Allah
Ta’ala ajarkan dalam surat Al’Alaq ayat 1 hingga 5. Yaitu: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Terkait dengan hakekat
belajar di atas, maka yang terpenting dari adab belajar adalah penghormatan
terhadap ilmu. Karena ilmu bukan berasal dari obyek yang kita pelajari, sebab
melalui obyek belajar itulah Allah
Ta’ala memberikan ilmu-Nya. Maka ada beberapa hal yang harus dihindari
oleh para pembelajar, yaitu: Pertama, jangan belajar hanya untuk tujuan
sesaat/terbatas. Misalnya belajar untuk lulus Ujian Nasional, untuk meraih
ranking kelas atau sekolah, dan sebagainya. Melainkan tujukan belajar itu untuk
menguasai suatu kompetensi sebagai bentuk kewajiban dalam menjalankan perintah
Allah.
Kedua, jangan
meremehkan guru. Memang dalam belajar, guru berperan sebagai fasilitator,
sebagai administrator. Akan tetapi melalui aktivitas pelayanan guru seperti itulah,
Allah Ta’ala mengalirkan
ilmu-Nya kepada murid. Hormati dan junjung tinggi guru di mana pun dan kapan
pun. Karena inilah salah satu bentuk penghormatan terhadap ilmu.
Ketiga, jangan putus
asa. Allah pemilik ilmu, Allah mengetahui kapasitas akal semua pembelajar. Kalau
merasa ada sesuatu yang sulit dipahami, yakinlah itu karena belum menemukan
jalan yang pas untuk masuknya suatu ilmu. Maka terus berupaya dengan berbagai
cara.
Keempat, jangan
remehkan doa. Doa adalah penghubung ruhiah terbaik antara pembelajar dan Sumber
Ilmu. Maka kualitas dan kuantitas doa pasti bermakna. Jangan jadikan doa
penuntut ilmu hanya sebagai formalitas seremonial yang harus ada saja. Jadikan
doa yang juga sebagai bagian utama dalam belajar. Saatnya meminta ilmu kepada
Sang Pemiliknya, kemudian lakukan belajar dengan baik sebagai prasyarat
mendapatkan ilmu.
Kelima, jangan
banyak makan dan banyak tertawa. Lambung yang penuh menjadikan akal malas berpikir.
Banyak tertawa juga akan menumpulkan akal. Sisakan sepertiga rongga lambung
untuk udara. Makan secukupnya yang halal, bergizi dan higienis. Ciptakan suasana
yang segar dan ceria terkait dengan kompetensi yang sedang dipelajari sehingga
anak akan terlibat secara emosi.
Keenam, jangan
remehkan alat-alat belajar. Jaga, rawat dan gunakan dengan baik semua buku dan
alat tulis yang digunakan untuk belajar. Allah
Ta’ala mengajarkan ilmu dengan perantara baca tulis (kalam). Maka
menghormati alat-alat baca tulis berarti menghormati ilmu. Gunakan alat-alat
untuk membaca dan menulis dengan baik.
Ketujuh, jangan
pelit ilmu. Mulialah mereka yang dipilih oleh Allah Ta’ala menjadi lantaran mengalirnya ilmu Allah kepada orang lain. Apalagi
dengan sesama pembelajar. Jangan berpikir jika mengajari teman berarti ilmu
kamu berkurang dan berpindah ke teman yang diajari. Dengan mengajari teman maka
ilmunya akan bertambah matang dan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah dan manusia.
*) Slamet Waltoyo, Kepala Sekolah MI
Al-Kautsar Cebongan Sleman
Post a Comment