Keluarga Pejuang Islam, Gambaran Keluarga Bahagia
Oleh : Yusuf Sabiq Zaenudin
Jadikan rumah tangga sebagai markas pengkaderan generasi akan datang.
Suami menghidupkan semangat memahami agama, sehingga istri dan anak semakin
cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta
inilah yang akan menghidupkan cahaya hati anggota keluarga, sehingga perbuatannya
sesuai syariat Allah Ta’ala.
Saling memberikan nasehat dalam kebenaran dan kesabaran, pujian,
perhatian, hadiah, dan doa. Tumbuhkan sikap percaya diri yang tumbuh dari iman
kepada Allah, kasih sayang, kemesraan dan saling menghormati antar anggota
keluarga dalam suasana tauhid. Orangtua menjadi pendengar yang bijak dari
curahan hati anak-anak. Orangtua bersikap terbuka dalam menerima kritikan anak.
Berkomunikasilah antar anggota keluarga dengan lembut dan mengutamakan
musyawarah dalam amar ma’ruf nahi munkar. Komunikasi bisa berbentuk lisan
atau bukan lisan, misalnya tingkah laku, mimik muka, tulisan, gerakan anggota
badan dan penampilan anggota keluarga. Komunikasi dalam keluarga akan
senantiasa terpelihara selama komunikasi dengan Allah pun tetap terjaga.
Ucapkanlah salam setiap keluar dan masuk rumah. Berkatalah dengan ucapan
yang baik karena menjadi teladan bagi anak. Hindari pertengkaran antara suami
istri di hadapan anak-anak karena bisa merusak jiwa mereka.
Berlaku adillah dalam melayani anak-anak supaya terhindar perasaan
dengki, iri hati dan dendam. Anak-anak yang lebih kecil menghormati kakaknya.
Kakak harus menolong adik. Tanamkan sikap ini pada anak, sehingga tidak ada
permusuhan dalam keluarga dan mereka saling menyayangi.
Berikan teladan kepada anak, bukan celaan dan kekerasan. Berikan
sikap terbaik, karena sikap kita terhadap anak akan berpengaruh pada bagaimana
cara mereka bersikap kepada kita nantinya.
Wahai istri, berterima kasihlah atas kebaikan suami dengan senyuman
manis, atau kata-kata cinta, atau maafkan kesalahan dan kekurangannya. Rasulullah
Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada istri
yang tidak tahu bersyukur kepada suaminya dan ia tidak merasa cukup darinya.”
(HR An Nasa’i). Dalam hadits yang lain, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam
bersabda, “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah karena aku melihat mayoritas
penduduk neraka adalah kalian.” Maka mereka berkata: “Ya Rasulullah, mengapa
demikian?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri
kebaikan suami”.(HR Bukhori)
Pergaulilah keluarga suami dan kerabat-kerabatnya dengan baik. Simpanlah
rahasia keluarga dan tutupilah kekurangan (aib) suaminya. Empatilah terhadap
duka cita dan kesedihan suaminya.
Bersikaplah qana’ah, ridho dengan apa yang diberikan suami untuknya,
baik sedikit ataupun banyak. Jangan menuntut di luar kesanggupan suaminya atau
meminta sesuatu yang tidak perlu.
Didiklah anggota keluarga hidup sederhana, sehingga tidak boros dalam
makanan, minuman, pakaian, perabot rumah tangga dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala, “Makan dan minumlah dan janganlah
berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan” (QS al-A’raf : 31).
Kenali dan pahami suami, sehingga tahu apa yang disukai suami dan
penuhilah. Ketahui juga apa yang dibenci suami dan jauhilah. Dengan syarat
tidak dalam perkara maksiat kepada Allah, karena tidak ada ketaatan kepada
makhluk dalam bermaksiat kepada Al Khaliq.
Suami istri menyadari bahwa rumah tangga muslim adalah salah satu agenda
gerakan Islam. Kehidupan rumah tangga dengan seluruh problemnya tidak boleh
menghentikan semangat membela Islam. Suami istri harus saling menguatkan,
saling mengingatkan, saling membantu menyalakan api perjuangan. Isteri memberi
dorongan agar suami semakin berada di garis depan barisan pejuang. Tempalah
seluruh anggota keluarga menjadi para pejuang Islam. Keluarga yang bahagia
adalah keluarga penegak agama Allah Ta’ala yang senantiasa berdoa:
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqan 74).
Semoga kita dipertemukan dengan seluruh keluarga kita di surga. Amin.
*) Yusuf Sabiq Zaenudin, Penulis buku ’Mendidik Remaja dengan Cinta
Post a Comment