Menumbuhkan Perilaku Menghargai pada Anak
Oleh
: Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi.
Diriwayatkan oleh Hakim dari Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam
bersabda, ”Jauhkanlah dirimu dari wanita-wanita orang lain, niscaya
wanita-wanitamu akan menjaga kesuciannya. Dan berbaktilah kepada orangtuamu,
niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu”. Hadis ini menekankan apabila kita
menghendaki anak-anak berbakti kepada kita, hendaknya kita menjadi contoh
pertama dan utama bagaimana berbakti kepada orangtua kita. Bahwa bakti kita
kepada orangtua mempunyai pengaruh besar terhadap bakti anak kepada kita.
Perilaku menghargai
dipelajari lewat menyaksikan perilaku-perilaku orang lain. Menghargai dipelajari lewat contoh setiap menit setiap
harinya. Untuk belajar menghargai, anak-anak pertama kali harus dihargai. Jika
kita menginginkan anak-anak kita memperlihatkan penghormatan kepada orangtua,
penting untuk menunjukkan kepada mereka bahwa kita juga menghormati dan bersikap
positif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Sebagai orangtua
dan pendidik, kita dapat melakukan banyak hal untuk mencontohkan dan
mengajarkan kepada anak-anak bagaimana menunjukkan penghargaan kepada orang
lain, baik kepada yang lebih tua, kepada yang lebih muda, maupun kepada yang
sebaya.
Meminta maaf
Meminta maaf
kepada orang lain, terutama kepada orangtua, ketika melakukan kesalahan
merupakan perilaku terpuji seorang anak kepada orangtua. Perilaku terpuji ini akan lebih mudah menjadi bagian
tidak terpisahkan dalam diri seorang anak ketika kita sebagai orangtua
melakukan hal yang sama. ”Aulia sayang, ayah minta maaf ya. Maksud ayah meminta
kakak melakukan seperti itu agar kakak terbiasa mengerjakan sesuatu dengan
tahapan yang benar. Membiasakan berpikir dan bekerja secara runtut, sehingga
kesalahan dalam menjawab soal bisa dihindari. Doa’akan ayah ya sayang ayah bisa
menyampaikan dengan lebih baik.”
Meminta maaf
kepada anak-anak ketika kita keliru menangani sebuah situasi atau menyakiti
perasaan anak-anak kita. Mengatakan kepada anak-anak bahwa kita menyesal.
Meminta maaf secara khusus dan tulus menunjukkan kepada anak-anak bahwa kita
menghargai perasaan-perasaan mereka dan merasa menyesal atas perilaku kita. Ini
merupakan sebuah cara yang baik untuk memperlihatkan bahwa melakukan dan
mengakui kesalahan itu sesuatu yang baik. Ini akan membawa kita lebih dekat
dengan kasih sayang, memahami, dan percaya.
Mengucapkan terimakasih
Mengucapkan
terima kasih kepada orang lain, apalagi kepada orangtua, untuk semua kebaikan
yang kita terima setiap waktu merupakan contoh lain dari berbakti kepada orangtua. ”Terima kasih Hasany dan
Rasikh sayang, sudah bersemangat bantuin
ibu dan kakak menjemur pakaian.” Anak-anak akan terbiasa mengucapkan terima
kasih kepada orangtua ketika mereka menyaksikan dan mengalami sendiri bagaimana
orangtua mereka mengucapkan terima kasih kepada pasangannya, anak-anaknya, maupun orang lain ketika mereka menerima
kebaikan atau pekerjaan dilakukan dan diselesaikan dengan sungguh-sungguh. Membiasakan
mengucapkan terima kasih menunjukkan bahwa kita menyadari kebutuhan-kebutuhan
dan perasaan-perasaan orang lain. Bahwa kita perduli terhadap orang lain.
Bersikap sopan dan hormat ketika meminta seseorang melakukan
sesuatu.
Meminta
sesuatu kepada orangtua dengan sikap sopan dan hormat merupakan contoh lain
berbakti kepada orangtua. Perilaku berbakti tersebut akan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam diri anak-anak kita ketika kita mencontohkan kebiasan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.” Ibu lihat mbak Lia lagi santai, ya. Ibu
minta tolong kakak Lia beliin beras
di warung Pak Saijo, ya. Ibu baru tahu ternyata persediaan beras kita sudah
habis. Terima kasih sayang.”
Selain itu,
kita bisa menerapkan aturan “Tolong Berhenti” dalam keluarga, aturan yang
efektif dalam mengajarkan saling menghormati satu sama lain. Jika seseorang
mengatakan “tolong berhenti,” perilaku harus segera dihentikan segera. Ini
adalah sebuat aturan keluarga yang harus dipahami dengan jelas oleh setiap
orang. Ketika diterapkan, tidak ada tawar menawar. Setiap orang harus
menghormati permintaan tersebut. Teknik
ini sangat berhasil ketika diajarkan kepada anak-anak sejak kecil. Aturan ini berlaku untuk semua anggota keluarga—orang-orang
dewasa juga.
Menggunakan
aturan ini mengajari anak-anak bahwa mereka memiliki kendali atas apa yang
terjadi pada mereka, bahwa mereka bisa menghentikan perilaku tersebut. Ini
merupakan pembangun kepercayaan diri dan menunjukkan bahwa anak-anak perlu
asertif (menyatakan secara jelas dan tegas) tentang apa yang sedang terjadi
pada dirinya (tubuhnya). Ketika anak-anak ini diminta orang lain untuk “tolong
berhenti,” mereka belajar bahwa orang lain pantas untuk mendapatkan
penghormatan yang sama (See Masick 1997).
Anak-anak yang
dihormati oleh teman-teman mereka adalah anak-anak yang mengkomunikasikan
secara jelas bahwa mereka menuntut penghormatan kepada diri mereka sendiri. Ketika
dihadapkan sebuah gangguan, seorang anak yang asertif dapat secara tegas
menyatakan keyakinannya tanpa menggunakan ancaman, panggilan jelek atau bahasa
yang menjatuhkan lainnya.
Meningkatnya
kebutuhan orang untuk hidup harmoni dengan orang lain dan memperhatikan
kenyataan hidup masyarakat kita yang penuh dengan contoh kekerasan, menjadi sangat
penting bagi kita untuk mendorong dimilikinya perilaku menghargai pada
anak-anak, keluarga-keluarga, komunitas-komunitas, dan dunia kita. Dalam sebuah
dunia yang semakin mengecil karena koneksi internasional, kerjasama di antara
individu-individu, perhatian kepada orang lain, dukungan di antara kelompok
orang yang berbeda menjadi keterampilan-keterampilan hidup yang sangat penting.
Mendorong anak-anak untuk menghargai diri mereka sendiri dan orang lain insya-Allah akan menghilangkan
ketidakadilan, kebencian, dan kekerasan. Mari penghargaan ini perlu kita mulai
dari rumah kita.
Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi., Dosen Psikologi
Universitas Islamn Indonesia | Pemimpin Redaksi Majalah Fahma
foto http://2.bp.blogspot.com/
Post a Comment