Cerdas Memilih Mainan Anak


Oleh : Ali Rahmanto

Mainan menjadi salah satu bentuk stimulasi bagi anak. Memberi mainan yang tepat membantu memaksimalkan rangsangan bagi  kecerdasan anak. Sayangnya, tidak banyak orangtua yang menyadari bagaimana memilih mainan yang tepat bagi buah hatinya.

Pada usia 0-6 bulan, orangtua disarankan memilih mainan yang berwarna, cerah, datar, dan merangsang aktivitas motorik. Hal ini dikarenakan mata anak 0-6 bulan belum bisa melihat jelas. Pilihan warna yang cerah akan merangsang penglihatan dan membantunya melihat mainan dengan lebih jelas.

Beranjak usia 6 bulan, mainan yang bisa digigit (teethers) dapat menjadi pilihan. Mainan ini untuk merangsang pertumbuhan giginya. Orangtua juga bisa memilih mainan dengan tombol yang bisa ditekan atau bertekstur untuk merangsang kemampuan motoriknya. Pada usia ini, anak mulai suka mandi, orangtua bisa memberikannya mainan yang bisa mengapung untuk menemani aktivitas tersebut.

Memasuki usia 6-9 bulan anak bisa diberi mainan yang bisa bergulir, untuk merangsang kemampuan motoriknya. Pada usia 9-12 mainan yang merangsang interaksi, misal boneka tangan menjadi pilihan.  Melalui mainan, anak diajak berkomunikasi yang akan merangsang kemampuannya berbahasa dan mengekspresikan diri.

Pada usia 1 tahun orangtua mulai bisa memilihkan mainan outdoor, seperti kuda tunggang atau kolam renang mini. Mainan yang merangsang koordinasi mata tangan seperti organ kecil atau menara susun menjadi alternatif.

Buku dan puzzle mulai bisa dikenalkan pada usia 2 tahun. Puzzle ini tidak boleh lebih dari 10-15 keping. mainan yang merangsang imajinasi dan koordinasi mata tangan, misal boneka, traktor mini,  atau tokoh kartun bisa diberikan.

Ketika anak memasuki usia 3 tahun, pensil warna bisa menjadi pilihan. corat-coret menjadi kegiatan wajib yang merangsang kemampuan motorik halusnya. Agar mainan anak yang dibeli tidak hanya jadi penghuni gudang karena tidak pernah dimainkan, pilihlah jenis mainan yang benar-benar tepat untuknya.

Sebelum membeli, pikirkan baik-baik, apakah yang suka mainan itu orangtua atau si kecil? Atau, libatkan anak dalam proses pemilihan mainan, sehingga itulah yang diinginkan dan dibutuhkan. Pilihlah yang berfungsi sebagai media belajar, sehingga kegiatan bermain si kecil lebih efektif, efisien, dan sesuai kemampuan otaknya. Misalnya, kemampuan sensor motorik pada otak anak usia 0 - 2 tahun lebih dominan, sehingga dia suka mainan yang mencolok warna, tekstur, dan ada gerakan. Pada usia 3 - 6 tahun, anak mulai tertarik bereksplorasi sehingga pilih mainan yang memancing minat petualangan. Sedangkan usia prasekolah, ia membutuhkan permainan yang bisa mengembangkan kemampuan sosialnya.

Baca label pada kemasan. Ketika membeli mainan, baca keterangan usia yang selalu tertera di kemasan. Jadi, pastikan mainan yang dibeli sesuai usia anak. Pastikan pula harga mainan sesuai dengan budget. Harga mahal sifatnya akan relatif bila kualitas mainan bagus dan tahan lama. Bila kualitasnya buruk dan mudah rusak, orangtua akan membeli barang yang sama berkali-kali. Atau, karena merasa tidak puas dengan mainan pilihan, orangtua membeli barang sejenis dengan harga lebih mahal.

Masukkan budget belanja mainan ke dalam pos pengeluaran rumah tangga. Untuk pengaturannya bisa dimasukkan ke dalam pos kesenangan pribadi. Berikan mainan pada waktu yang pas. Untuk mainan yang harganya lebih mahal, katakan bahwa anak tidak bisa sering-sering membelinya. Hanya untuk momen spesial, seperti ulang tahun atau kenaikan kelas. Untuk mainan yang harganya relatif murah, Anda bisa membelinya lebih sering, seperti 1 bulan sekali. Lakukan ‘cuci gudang’ secara berkala. Misalnya, setahun sekali. keluarkan semua mainan yang tidak terpakai untuk diberikan mainan tersebut pada anak-anak yang membutuhkan. Cara ini juga sekaligus bisa mengajarkan anak pentingnya menghargai barang dan berbagi.


Ali Rahmanto, Pemperhati dunia anak
Foto http://www.ibudanmama.com/wp-content/uploads/2013/05/130_news.jpg
Powered by Blogger.
close