Kajian Utama : Siap Mendapat Kemuliaan


Oleh : Al-Ustadz R. Bagus Priyosembodo

Akan segera datang waktu yang amat berharga. Akan datang saat saat yang menguntungkan bagi yang dapat memanfaatkannya dengan sepenuh perbuatan baik.

Allah Ta’ala telah mengutamakan sebagian waktu  di atas sebagian lainnya, sebagaimana Dia mengutamakan sebagian manusia di atas sebagian lainnya dan sebagian tempat di atas tempat lainnya. Allah Ta’ala utamakan dan istimewakan bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya.  Ramadhan dipilih dan ditetapkan untuk melaksanakan kewajiban puasa. Ramadhan menjadi bulan penuh berkah. Menjadi waktu emas untuk meraih kemuliaan akherat dan menghapus keburukan dosa. Padanya dilipatgandakan ganjaran amal-amal kebaikan, disyariatkan amal-amal ibadah yang agung, dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka. Tentu saja bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan ingin meraih ridho-Nya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyampaikan kabar gembira kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum akan kedatangan bulan yang penuh berkah ini. Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa dan ingin bertobat  tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para setan dibelenggu?

Orang shalih terdahulu jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala agar mereka mencapai bulan yang mulia ini, karena mencapai bulan ini merupakan nikmat yang besar. Kita dapati Rasulullah bergiat beribadah di bulan sebelum Ramadhan.

Aisyah  sama sekali belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali sedikit hari.”

Amalan para pendahulu kita yang shalih ini merupakan buah kerinduan datangnya bulan Ramadhan. Keinginan yang menggunung untuk meraih kurnia Allah padanya.

Waktu setahun itu laksana sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun, Syaban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan Ramadhan adalah bulan memanen, pemanennya adalah kaum mukminin. (Oleh karena itu), mereka yang “menghitamkan” catatan amal mereka hendaklah bergegas “memutihkannya” dengan taubat di bulan-bulan ini, sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu tesebut.

Agar buah bisa dipetik di bulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal shalih di bulan Rajab dan Sya’ban, semua itu untuk menanam amal shalih di bulan Rajab dan diairi di bulan Sya’ban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih di bulan Ramadhan, karena lezatnya Ramadhan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja.

Taubat menunjukkan niat begitu besar dalam menghadapi Ramadhan. Taubat sungguh sungguh akan menghilangkan penghalang dan pengganggu amalan ibadah di Ramadhan. .

Kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Tidak bersiap padahal sudah mengetahui merupakan bentuk meremehkan perintah. Tentu berakibat buruk yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridho-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.

Mempersiapkan diri lahir dan batin. Dengan harta dan persiapan ilmu pula. Lalu melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Al-Ustadz R. Bagus Priyosembodo, Guru Ngaji | Penulis
foto http://www.saibumi.com/
Powered by Blogger.
close