Mengajari Anak Terampil Berbicara
Oleh : Dr. Hepi Wahyuningsih, M.Psi.
Sambil menunggui anaknya yang baru masuk playgroup, ibu A
berbagi cerita tentang anaknya pada ibu-ibu yang lain. Beliau bercerita bahwa
beberapa hari yang lalu ketika beliau tidak menunggui anaknya, anaknya rewel
terus seharian di kelas playgroupnya. Ternyata si anak haus ingin minum tetapi
gurunya tidak mengetahui keinginan anak. Seorang ibu kemudian bertanya kepada
ibu A mengapa si ibu guru sampai tidak tahu keinginan anak padahal si anak
sudah mampu berbicara. Ibu A kemudian menjawab bahwa di rumah bila anaknya
ingin minum biasanya berkata ”mag-mag”, itu adalah nama gelas yang biasa
digunakan si anak untuk minum.
Kisah di atas menunjukkan bahwa ketrampilan berbicara
sudah harus dimiliki oleh seorang anak untuk dapat berinteraksi dengan orang
lain. Seseorang dikatakan trampil berbicara bila dia mampu menyampaikan pesan
dengan baik sehingga orang yang diajak bicara mampu menerima pesan dengan
benar. Kasus di atas menunjukkan bahwa pesan yang ingin disampaikan anak ke
guru tidak dapat ditangkap oleh guru karena guru tidak memahami pesan anak.
Mengapa guru sampai tidak memahami keinginan anak tersebut ? Karena anak
menggunakan kata yang tidak lazim, yaitu ”mag-mag” untuk menyatakan
keinginannya. Oleh karena itu orangtua sejak dini perlu mengajari ketrampilan berbicara
pada anak.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua dalam mengajarkan
ketrampilan berbicara pada anak. Yang pertama, orangtua atau pengasuh atau
orang dewasa di sekitar anak harus melatih anak untuk tidak menggunakan baby talk (bahasa bayi). Baby talk adalah kata-kata yang
digunakan oleh anak yang belum mampu mengekspresikan keinginannya dalam
kata-kata yang benar. Biasanya ini terjadi pada anak antara usia 1 tahun sampai
3 tahun. Contoh baby talk yang sering
digunakan oleh anak-anak di Indonesia adalah “pus” untuk menyebut kucing,
“mimi” untuk minum, “maem” untuk makan, “cucu” untuk susu, dan masih banyak
yang lain.
Setiap
anak seringkali mampu menciptakan sendiri kata-kata untuk mengekspresikan
keinginannya. Pada umumnya, orang-orang di sekitar anak, terutama orangtua atau
pengasuh mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Seperti contoh kasus di atas,
anak menciptakan kata “mag-mag” untuk mengekspresikan keinginannya untuk minum.
Orangtua anak tersebut juga mengerti maksud anak ketika anak berkata “mag-mag”.
Baby talk pada saat anak
belum mampu berbicara dengan tepat akan berguna bagi anak dalam berkomunikasi. Baby talk juga merupakan sesuatu yang
wajar pada anak dan patut dihargai sebagai bentuk peningkatan perkembangan
bahasa anak. Meskipun demikian, jika dibiarkan berlarut-larut ada pada diri
anak, bahkan orangtua juga ikut-ikutan anak menggunakan baby talk ketika berbicara dengan anak, maka hal tersebut akan
banyak merugikan anak. Seperti kasus di atas, anak menjadi terabaikan kebutuhan
minumnya karena ia masih menggunakan baby
talk ketika menyampaikan keinginannya pada orang yang tidak biasa berinteraksi
dengannya.
Agar
anak tidak berlarut-larut menggunakan baby
talk dalam berkomunikasi, orangtua atau pengasuh serta anggota keluarga
yang lain perlu melatih anak untuk berbicara dengan tepat. Cara melatih yang
efektif adalah mengulang kembali baby
talk/kata-kata anak yang belum tepat dengan kata-kata yang lebih tepat.
Misalnya anak mengatakan “ma mag-mag”, orangtua mengulang perkataan anak dengan
kata yang tepat “ oh, Sofwan mau minum”. Jadi, jangan biarkan anak
berlarut-larut menggunakan baby talk
karena akan merugikan anak dan menjadi hambatan bagi anak dalam berinteraksi
dengan orang lain.
Cara
yang kedua untuk mengajarkan ketrampilan bicara pada anak adalah dengan cara
banyak mengajak anak berbicara. Sejak dalam kandungan, seorang anak sudah mampu
mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Janin dalam kandungan sudah mampu
mendengar suara ibu dan suara-suara dari luar sejak usia kehamilan 20 minggu/5
bulan. Janin juga sudah mampu merespon stimulasi dari luar. Pada saat inilah
para ahli perkembangan menyarankan ibu, ayah, dan anggota keluarga yang lain
untuk sering mengajak janin berbicara. Ketika si bayi lahir, orang-orang di
sekitarnya juga disarankan untuk banyak mengajak bayi berbicara. Meskipun si
bayi belum mampu berbicara, tetapi sebenarnya dengan kemampuan pendengarannya
ia sedang belajar bahasa dan berbicara.
Biasanya
anak yang sudah diajak bicara sejak dalam kandungan akan menjadi anak yang
responsive. Pada akhirnya ketika nanti dia sudah mampu berbicara dia akan
memiliki banyak perbendaharaan kata yang membantunya untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Jangan biarkan anak duduk diam di depan TV berjam-jam, karena hasil
penelitian terhadap anak-anak yang sering menonton TV maupun VCD menunjukkan
anak-anak tersebut kurang memiliki perbendaharaan kata. Allahu’alam bi shawwab.
Dr. Hepi Wahyuningsih, M.Psi., Dosen Fakultas Psikologi
Dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
Foto http://fc02.deviantart.net/fs71/i/2011/321/4/3/anak_bayi_by_dimas_eggi-d4ggikm.jpg
Post a Comment