Menyusun Program Pengendalian Nafsu Pada Anak
Oleh
: Drs. Slamet Waltoyo
Banyak
di antara orangtua yang memilih anaknya belajar di SD Islam atau Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dikarenakan alasan kekhawatiran. Khawatir tidak bisa
mengendalikan anak dalam mengakses fasilitas komunikasi yang dimilikinya.
Kesimpulan ini saya peroleh dari hasil wawancara saya dengan calon orangtua
murid. Tentu ini bukan alasan satu-satunya. Alasan pendukungnya karena banyak SD
Islam dan MI yang (menurut pendapatnya) lebih baik dari SD umum.
Kekhawatiran
banyak orangtua cukup beralasan. Dengan mudahnya anak dapat mengakses informasi.
Termasuk informasi yang tidak sesuai karena belum masanya. Khawatir ketika orangtua
tidak di rumah, anak menghabiskan waktunya dengan game. Temuan di lapangan
menunjukkan bahwa sangat sedikit anak-anak kelas 4-5 SD (terutama di kota-kota
besar) yang steril terhadap informasi pornografi.
Sisi
lain, ini timbul karena puber yang terjadi lebih cepat pada anak. Dengan
gizi yang sudah baik, hormon-hormon juga berkembang lebih cepat dan
rangsangan pornografi yang menyerang begitu dahsyatnya. Menyerang
dari berbagai media seperti TV, internet, film bioskop, komik, hingga PS. Hormon
anak bergerak cepat, akhirnya puber anak terjadi lebih cepat. Kelas 4, 5, 6 SD,
anak-anak sekarang banyak yang sudah mengalami menstruasi.
Semua
manusia memiliki keinginan. Begitu pun anak-anak. Keinginan atau nafsu tidak
semua baik. Ada batasan-batasan yang menjadi tolok ukur kebaikan. Batasan
terbaik bagi manusia tentu saja batasan yang dibuat oleh pembuat manusia
sendiri, yaitu dinul-Islam. Maka benarlah jika kekhawatiran banyak orangtua
tadi dengan mencarikan solusi di dalam Islam.
Keinginan
ini bisa baik bisa juga buruk. Sarana komunikasi dapat mempermudah kita,
termasuk anak-anak kita menyalurkan keinginan. Kekhawatiran orangtua adalah
anak-anak akan mengakses keinginan buruknya. Tenggelam dalam game, menikmati informasi kemaksiatan
ataupun informasi yang belum waktunya. Ini beralasan, karena keinginan buruk
itu berhias sesuatu yang menyenangkan sedangkan keinginan baik berhias dengan
sesuatu yang tidak menyenangkan.
Maka
solusinya adalah mengendalikan keinginan negatif atau hawa nafsu. Allah Ta’ala tahu kelemahan makhluk-Nya.
Karena kasih dan sayang-Nya lah, Allah Ta’ala
mensyariatkan bulan pengendalian. Ya, bulan Ramadhan ini. Guru di sekolah
maupun orangtua di rumah harus mempunyai program mengurung hawa nafsu yang
efektif agar kurungannya tetap bermakna dalam sebelas bulan berikutnya.
Inilah
saat yang tepat. Bulan yang amat kondusif untuk membentengi jiwa anak-anak. Program
pengendalian hawa nafsu bagi anak-anak dengan misi khusus; anti tenggelam dalam
game dan anti informasi pornografi.
Dengan sasaran: (1) memperkuat keyakinan tentang Allah dan hari akhir. (2)
memahamkan pentingnya waktu, menghindari lagha
atau waktu yang mubadzir. (3) memahamkan dilarangnya mendekati zina. (4)
pengawasan dalam bentuk pendampingan untuk mempersempit kesempatan melakukan
hal-hal yang tidak diperbolehkan. (5) konsisten dan pastikan anak tidak akan
mendapati contoh larangan itu terjadi di lingkungannya.
Bulan
Ramadhan memudahkan program ini berjalan. Banyak kesempatan yang bisa
dimanfaatkan. Kesempatan yang tidak ada di luar Ramadhan. Banyak keluarga yang
karena kesibukannya, sulit untuk makan bersama. Tetapi di bulan Ramadhan sangat
memungkinkan. Ada makan buka, ada makan sahur. Manfaatkan suasana makan untuk
memasukkan sasaran-sasaran diatas.
Waktu
tertentu mengajak keluarga shalat tarawih ke masjid-masjid yang berbeda.
Mencari masjid yang tema kultumnya sesuai dengan sasaran kita. Sepulang tarawih
orangtua memberi penegasan tentang isi kultum. Terutama yang sesuai dengan
sasaran.
Tetap
konsisten hingga habis Ramadhan. Akhir Ramadhan biasanya banyak godaan.
Kesibukan mempersiapkan Idul Fitri. Jangan terlena, Idul Fitri bukan pembebasan
diri dari menahan. Melepaskan diri dari kurungan. Boleh keluarga merayakan
kemenangan tetapi harus tetap mempertahankan kemenangan itu. Kemenangan menahan
dari menuruti hawa nafsu.
Drs.
Slamet Waltoyo, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah
Al-Kautsar Sleman Yogyakarta
Post a Comment