Ramadhan dan Idul Fitri: Meraih Kemenangan dalam Ketaatan
Oleh : M. Edy Susilo & Galih Setiawan
Sesungguhnya di
antara nikmat Allah kepada seorang muslim adalah dipertemukan dengan bulan
Ramadhan dan dimudahkan dalam menunaikan puasa dan ibadah-ibadah lain di
dalamnya. Ia adalah bulan yang di dalamnya kebaikan dilipatgandakan, derajat
dinaikkan dan Allah menetapkan orang yang dibebaskan dari neraka. Maka
hendaklah seorang muslim memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya untuk
menambah kebaikan pada dirinya. Segeralah memanfaatkan waktu dan umurnya dengan
ketaatan. Berapa banyak orang yang terhalang mendapatkan bulan ini dikarenakan
sakit, wafat atau tersesat. Sebagaimana seorang muslim harus bersegera dalam
mengisi waktu dan umurnya dalam memanfaatkan di bulan ini, maka, pastinya dia
memiliki kewajiban pula terhadap anak-anaknya, yaitu, dengan
mengayomi dan mendidiknya, serta mengajak dan membiasakanya menuju jalan
kebaikan.
Seorang anak
akan tumbuh sesuai apa yang dibiasakan orangtuanya. Pertumbuhan para pemuda di antara suatu kaum adalah hasil dari
pembiasaan orangtuanya. Termasuk dalam hal puasa. Karena itu, Ramadhan ini
haruslah dipergunakan sebaik-baiknya sebagai momentum untuk meraih kemenangan
dalam ketaatan. Orangtua harus memantau puasa anak-anak dan memberikan
semangat bagi yang masih kurang menunaikan haknya. Selain itu juga mengingatkan
mereka tentang hakekat puasa, bukan sekedar meninggalkan makan dan minum. Akan
tetapi untuk meraih ketakwaan, dan untuk mendapatkan ampunan dari dosa dan
kesalahan.
Ramadhan juga
bisa sebagai ajang untuk mengajarkan pada mereka tentang adab dan hukum tentang
makanan, dengan memakan menggunakan tangan kanan, serta makan apa yang ada di
dekatnya. Ingatkan pula haramnya berlebih-lebihan dan dampak negatifnya dalam
diri. Ingatkan pula untuk tidak terlalu lama dalam berbuka sehingga tidak
shalat Maghrib berjama’ah. Ingatkan kondisi kaum fakir miskin, yang tidak
mendapatkan segenggam makanan sekedar meredam gejolak lapar meraka.
Ingatkan pula kondisi para pengungsi dan para mujahidin fi sabilillah di
mana saja.
Manfaatkan pula
momentum Ramadhan sebagai sarana untuk berkumpul dengan para kerabat dan
silaturahim. Ini adalah kesempatan untuk memperbaiki hubungan dan menyambung
silaturahim yang (sempat) terputus. Ajaklah mereka untuk membantu ibu dalam
membuat dan menyiapkan makanan, begitu juga mengangkat makanan dan menyimpan
makanan yang layak untuk dimakan. Berkaitan dengan sahur, kedua orangtua
hendaknya mengingatkan tentang barokah sahur, dan bahwa hal itu dapat
menguatkan seseorang dalam berpuasa.
Dari Rabi’ binti
Mi’waz radhiallah ‘anha, dia berkata: Nabi sallallahu ‘alaihi wa
sallam mengutus (seorang utusan) waktu siang hari Asyura (tanggal 10
Muharram) ke desa-desa kaum Anshar dan berkata: “Barangsiapa yang pagi hari
dalam kondisi berbuka, maka hendaklah dia menyempurnakan sisa harinya (dengan
berpuasa). Dan barangsiapa yang pagi harinya dalam kondisi berpuasa, maka
hendaklah menyempurnakan puasanya.” Beliau berkata: “Maka kami berpuasa
dan menyuruh anak-anak kami ikut berpuasa (dan mengajak mereka ke masjid). Kami
berikan kepada mereka mainan dari kapas. Kalau salah satu dari mereka menangis,
kami berikan dia (mainan tersebut) sampai datang waktu berbuka.” (HR. Bukhari,
no. 1859. Muslim, no. 1136. Tambahan di antara dua kurung tadi berasal
dari riwayat Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah
berkata: “Hadits ini menunjukkan bahwa anak-anak hendaknya dilatih dalam
menunaikan ketaatan, dan terbiasa dalam beribadah. Akan tetapi mereka belum mukallaf
(terkena kewajiban ibadah). Qadhi berkata: Diriwayatkan dari Urwah bahwa jika
mereka (anak-anak) telah kuat berpuasa, maka mereka wajib menunaikan puasa.
Pendapat ini keliru dan tertolak dengan hadits shahih ini, “Pena diangkat
(kewajiban gugur) dari tiga (orang); anak kecil hingga bermimpi –dalam riwayat
lain hingga baligh.“ Wallahu’alam . (Syarh Muslim, 8/14)
Ajarkan pula
anak untuk berinfak dan melihat (kondisi) tetangga dan orang-orang yang
membutuhkan. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dia berkata,
“Biasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan saat yang paling dermawan
adalah di bulan Ramadan ketika bertemu dengan Jibril. Dan beliau bertemu pada
setiap malam di bulan Ramadan untuk tadarus (membacakan) Al-Qur’an. Maka
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam paling dermawan dalam kebaikan
melebihi hembusan angin." (HR. Bukhari, no. 6, Muslim, no 2308).
M. Edy Susilo & Galih Setiawan, Redaktur
Majalah Fahma
Post a Comment