Kajian Utama : Semangat Kembali Ke Sekolah
Oleh
: Drs. Slamet Waltoyo
Libur
panjang menjelang berakhir, teringat kembali hari-hari sekolah. Wajah anak bersungut menandakan ada ketidaksukaan di hatinya.
Rutinitas hari-hari sekolah, pengalaman belajar yang tidak nyaman hingga
tugas-tugas sekolah kembali ada di hadapan anak.
Tidak
akan kita cari apa penyebabnya, adakah ini salah? Tetapi kita coba cari solusinya.
Jangan mencari kambing hitam, apalagi menyalahkan anak. Ini tidak mengatasi masalah,
malah bisa menambah masalah. Bagaimana solusinya?
Bakr
bin Abdullah Abu Yazid dalam bukunya “Hilyah
Thalibil ‘Ilmi” yang diterjemahkan oleh Hawin Murtadlo (Al Qowam, Solo,
2014) antara lain menulis: Berhias dengan motivasi tinggi akan membuang semua angan-angan
dan perbuatan rendah dari dirimu serta mencabut pohon kehinaan dan sikap mencari
muka (menjilat) darimu. Orang yang bermotivasi tinggi itu teguh hati dan tidak gentar
menghadapi berbagai situasi.
Setuju.
Kita sepakat bahwa motivasi yang tinggi menjadi solusi. Motivasi belajar yang
tinggi akan meneguhkan hati, membunuh kebosanan, mengubur ketidaknyamanan dan meredam
tekanan. Permasalahannya,bagaimana menumbuhkan motivasi yang tinggi.
Hal
ini dapat kita tempuh melalui dua jalur, yakni motivasi dari luar dan motivasi dari
dalam. Motivasi dari luar (ekstrinsik) lebih mudah dan bisa cepat tetapi juga cepat
hilang atau tidak awet. Contoh motivasi ekstrinsik, sebelum memasuki tahun ajaran
baru kita ajak anak ke toko untuk membeli tas baru. Anak boleh memilih tas yang
ia sukai. Motivasi ekstrinsik bagi anak-anak berupa hal-hal baru yang ia sukai
yang dipakai ketika iasekolah nanti. Yang paling mudah adalah peralatan sekolah.
Kalau tas terlalu mahal mungkin dapat berupa buku tulis atau tempat bekal makan/minum.
Motivasi
dari dalam (intrinsik) adalah dorongan atau keinginan kuat yang muncul dari diri
sendiri. Inilah motivasi yang sebenarnya. Yang oleh Bakr bin Abdullah
digambarkan mampu membuang angan-angan dan perbuatan rendah, meneguhkan hati, menjadikan
anak tak gentar menghadapi berbagai situasi.
Membangun
motivasi intrinsik berarti kita memberikan atau melakukan sesuatu untuk anak sehingga
sesuatu tadi mampu menjadi pendorong bagi anak untuk melakukan sesuatu dengan senang
hati. Tentu ini lebih sulit. Beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua, yaitu:
Pertama,
orangtua selalu memberi impian
tentang keberhasilan di masa depan. Yakni dengan memberi pandangan dan keyakinan akan keberhasilan di masa
depan,
membicarakan langkah-langkah spesifik yang bisa mereka
lakukan, baik untuk masa sekarang, jangka pendek, maupun jangka panjang. Termasuk di dalamnya
kegiatan belajar di sekolah yang harus ditekuni.
Kedua,
orangtua selalu menanamkan nilai
bahwa kerja keras adalah kunci keberhasilan.
Memberi penegasan bahwa faktor penentu dari perubahan mereka bukanlah faktor
keberuntungan atau keturunan. Keberuntungan itu telah digariskan
oleh Yang Maha Penentu melalui kerja keras sebagai bentuk pengabdian. Tidak bergaya hidup ongkang-ongkang kaki, malas belajar. Budaya kerja keras ditanamkan sehingga mereka percaya
bahwa keberhasilan akan datang dari motivasi dan komitmen diri sendiri.Bacakan kisah-kisah
sukses para sahabat rasul atau para pejuang lainnya.
Ketiga, orangtua merasa bahwa pendidikan anak
adalah tanggung
jawabnya, sehingga mereka selalu bekerjasama untuk
mendukung kemajuan perkembangan anaknya. Selalu ingin mengambil peran di rumah yang bisa mendukung pembelajarannya di sekolah. Anak-anak
akan merasakan bahwa orangtua dan guru adalah dua
kekuatan yang menyatu untuk mendukung keberhasilannya.
Keempat,
orangtua sering mengkomunikasikan
harapan dan kepercayaan pada sekolah. Orangtua yang berperan aktif dalam
pembelajaran
atau
kegiatan sekolah, memberi kepercayaan akan kemampuan anak, dan memberi
harapan akan keberhasilannya di sekolah. Maka anak pun akan berusaha menunjukkan
kepercayaan dan kemampuannya, ia tidak akan mengecewakan orangtua
Kelima,
orangtua menekankan
perkembangan spiritual. Mereka
menanamkan bahwa keberhasilan yang mereka raih tidak semata ditentukan oleh
aktivitas dan kerja kerasnya. Allah Ta’ala
penentu segalanya sehingga hasilnya nanti tidak
hanya dinikmati oleh dirinya sendiri. Ada syukur yang ia rasakan, kasih sayang yang sudah ia terima dan ada kasih sayang
yang harus ia berikan.
Drs. Slamet
Waltoyo,
Kepala Sekolah MI Al Kautsar, Sleman
foto http://www.wiranurmansyah.com/wp-content/uploads/2010/12/ee.jpg
Post a Comment