Sudahkah Anak Anda Menunjukkan Kesiapan Bersekolah?
Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi.
Memasuki tahun ajaran baru, pertanyaan yang paling sering
berada di benak orangtua adalah, sudahkah anak-anaknya menunjukkan kesiapan
bersekolah? Pertanyaan ini tidak hanya terjadi pada orangtua yang anaknya baru
akan memasuki jenjang pendidikan. Orangtua yang anak-anaknya akan kembali masuk
sekolah setelah jeda libur akhir tahun ajaran yang cukup panjang pun memiliki
pertanyaan serupa. Umumnya, anak yang melalui libur panjang membutuhkan waktu
untuk menyesuaikan diri. Seperti halnya mesin yang lama dimatikan, butuh waktu
beberapa saat untuk memanaskan mesin sebelum digunakan.
Schattschneider dkk (2004) menemukan anak-anak yang memiliki kesadaran
fonologis (misalnya anak mampu mengenali bagaimana bunyi setiap kata, mampu
membedakan masing-masing suara dari unit huruf yang menyusun setiap kata, mampu
mengenali suara awal, dan seterusnya), dan cepat dalam mengenali nama-nama
huruf saat di tamak kanan-kanak memiliki prestasi membaca saat mereka kelas 1
dan 2 sekolah dasar. Stevenson & Newman, (1986) juga menemukan banyaknya jumlah
huruf yang dikenali oleh anak-anak saat taman kanak-kanak berhubungan sangat
kuat dengan prestasi membaca mereka saat berada di jenjang pendidikan sekolah
menengah atas.
Dua temuan di atas menunjukkan pentingnya para
orangtua untuk sejak dini menyiapkan
anak-anak mereka memiliki kesiapan bersekolah. Kesiapan bersekolah anak dapat
dilihat apakah anak memiliki keterampilan-keterampilan emosi, perilaku, dan
berpikir yang diperlukan untuk belajar, bekerja, dan berfungsi dengan sukses di
sekolah.
Daftar pertanyaan berikut ini dapat digunakan
untuk mengetahui apakah anak sudah memiliki kesiapan bersekolah atau belum: (1)
Apakah anak mampu untuk mengikuti kegiatan rutin harian yang disiapkan oleh
sekolah? (2) Apakah anak mampu berpakaian secara mandiri? Apakah anak mampu
bekerja secara mandiri dengan pengawasan dari guru? (3) Apakah anak mampu
mengikuti aturan-aturan yang sederhana? Apakah anak mampu mendengarkan dan
memperhatikan apa yang sedang disampaikan pihak lain? (4) Apakah anak mampu
berhubungan dan bekerja sama dengan anak yang lain? Apakah anak mampu bermain
dengan anak yang lain? (5) Apakah anak mampu menggunakan gunting, puzzle, dan mewarnai?
Apakah anak mampu menuliskan nama sendiri, berhitung, mengeja huruf? (6)Apakah
anak mampu mengenali bentuk dan warna? Apakah anak mampu mengenali suara dari
kata, suara dari huruf-huruf pembentuk sebuah kata?
Berikut ini penulis kutipkan dari National Association
of School Psychologist (NASP) beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
orangtua untuk meningkatkan kesiapan bersekolah anak-anak: Pertama, membacakan buku untuk anak dan membaca buku bersama anak. Kedua, menghabiskan waktu bersama anak,
termasuk untuk ngobrol, bermain, bercanda, dan memeluknya. Ketiga, menciptakan kegiatan rutin yang perlu diikuti anak, misal
waktu makan, waktu mandi, waktu tidur, dan sejenisnya. Keempat, mendorong dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh anak, mendorong perilaku-perilaku yang memperlihatkan penghormatan dan
penghargaan hak miliki orang lain. Kelima,
terlibat dalam kegiatan-kegiatan membaca dan berhitung yang dilakukan secara
informal di rumah. Keenam, memperlihatkan
dan mendorong anak-anak untuk memikirkan, memperhatikan kehidupan di lingkungan
sekitar tempat tinggal mereka. Ketujuh,
mempromosikan kegiatan-kegiatan bermain yang dapat mengembangkan keterampilan
membaca, keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, dan imajinasi. Kedelapan, mendorong anak-anak untuk
menerima tanggung jawab dan membangun kompetensi melalui tugas-tugas harian
yang sederhana seperti membereskan mainan dan meletakkan pakaian
Selama anak
menjalani libur sekolah, ada baiknya orangtua tetap mempraktekkan cara-cara di
atas agar semangat dan motivasi belajar anak tetap terjaga. Belajar tidak harus
saat sekolah. Saat liburan pun, belajar tetap bisa dilakukan meski dengan cara
yang sangat sederhana. Sebatas membaca buku atau bermain kreatif sudah cukup
untuk menjaga semangat belajar anak selama liburan. Pun bagi anak yang
pra-sekolah, sudah selayaknya diajak melakukan berbagai kegiatan seperti di
atas secara bertahap agar lebih memiliki kesiapan sekolah.
Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi. Dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia,
Pimpinan Redaksi Majalah Fahma
foto http://img.antaranews.com/2009/10/tanpaalas.jpg
Post a Comment