Cintai Ibumu Sepanjang Hidupmu


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim 
Tak putus kewajiban birrul walidain (berbuat kebajikan bagi kedua orangtua) sesudah mereka tiada. Sebagaimana mereka memiliki hak di masa hidupnya, demikian pula ada hak orangtua yang perlu kita penuhi sesudah mereka tiada. Apa saja hak mereka?

Dari Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan: Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah. Orang ini bertanya, "Ya Rasulallah, apakah masih ada cara bagiku untuk berbakti kepada orangtuaku setelah mereka meninggal dunia?"

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

نَعَمْ، الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِيفَاءٌ بِعُهُودِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا

“Ya, menshalatkan mereka, memohonkan ampunan untuk mereka, memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal, memuliakan sahabat mereka, dan menyambung silaturahmi yang terjalin karena sebab keberadaan mereka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).

Ada beberapa hak orangtua sesudah wafatnya mereka. Pertama, menshalatkan mereka, yakni melakukan shalat jenazah di saat orangtua kita meninggal dunia. Kedua, mendo'akan mereka dan memohonkan ampunan kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ada dua hal utama yang kita mohonkan kepada Allah Ta'ala, yakni ampunan (maghfirah) dan limpahan kasih-sayang bagi mereka. Ketiga, memenuhi janji orangtua kita yang belum tertunaikan ataupun yang masa penunaiannya panjang. Keempat, memuliakan para sahabat orangtua kita, orang-orang yang sangat dekat di hati orangtua. Kelima, menyambung silaturrahmi yang terjalin karena sebab keberadaan mereka, yakni kerabat dari jalur orangtua, terutama yang sudah menjauh dan lebih-lebih yang sudah terputus sama sekali. Keenam, membayar hutang puasa mereka apabila ada puasa yang ditinggalkannya. Ketujuh, menunaikan nazar mereka sejauh nazar tersebut bukan kemaksiatan kepada Allah Ta'ala, terlebih jika disertai sumpah. Kedelapan, memperbaiki iman memperbanyak amal shalih.

Sebagian ulama menjelaskan bahwa amalan paling utama dan paling berharga dari seorang anak yang shalih untuk orangtua sesudah tiada adalah do'a, baik do'a memohonkan ampunan maupun do'a memohon kasih-sayang bagi orangtua. Do'a jauh lebih utama daripada shadaqah yang kita keluarkan bagi orangtua disebabkan do'a memperbarui amalan. Do'a anak yang shalih juga merupakan satu dari tiga amal orangtua yang masih tetap mengalirkan pahala sesudah ia tiada.

Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ 

"Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendo'akannya."(HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i).


Selain menunjukkan keutamaan anak shalih yang mendo'akan, hadis ini juga menunjukkan dengan jelas kepada kita bahwa anak shalih merupakan salah satu bentuk amal orangtua yang apabila itu ada, akan senantiasa mengalirkan pahala tak putus-putus. Pelajaran lainnya, do'a yang bermanfaat itu adalah do'a dari anak shalih. Jadi bukan sekedar do'a anak. Apa artinya do'a yang dimohonkan penuh kesungguhan oleh anak jika ia memperbuat hal-hal yang menghalangi terkabulnya do'a? Apa gunanya do'a anak jika saat berdo'a pun ia melakukan perkara-perkara yang menjadikan do'a tertolak? Sampai menangis pun, do'anya tak bernilai jika ia menyertai dengan hal-hal yang membuat do'anyamardud (tertolak). Itu sebabnya, yang diperlukan oleh seseorang yang telah meninggal dunia ialah anak shalih yang mendo'akan.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Do'a apa yang sebaiknya kita mohonkan kepada Allah Ta'ala bagi orangtua kita yang telah meninggal dunia? Do'a memohonkan kasih-sayang Allah 'Azza wa Jalla bagi kedua orangtua sebagaimana mereka dulu memberikan tarbiyah (pendidikan, pengawasan, pengasuhan, penjagaan, kasih-sayang dan perhatian) kepada kita di waktu kecil. Inilah do'a yang berguna bagi mereka di kubur (semoga Allah Ta'ala sayangi orangtua kita saat mereka di dalam kubur) dan sangat bermanfaat pula untuk akhirat mereka, kelak setelah bumi ini dilipat dan langit digulung.

Allah Ta'ala berfirman:

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan berdo'alah:"Wahai Tuhanku, kasih-sayangilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mentarbiyahku waktu kecil." (QS. Al-Isra, 17: 24).

Do'a ini (رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا) sangat baik untuk kita mohonkan kepada Allah Ta'ala, semasa orangtua kita masih hidup maupun sesudah mereka tiada. Inilah do'a yang sangat kuat perintahnya. Ringkas do'anya, tetapi sungguh itu telah mencukupi. Apakah yang lebih baik dan sempurna daripada kasih-sayang Allah Ta'ala? Dalam hal ini, yang paling penting adalah kesungguhan kita dalam berdo'a, memohon dengan amat sangat agar tidak hanya menjadi ucapan yang sangat ringan di lisan. Mohonkanlah kepada Allah Ta'ala sepenuh pengharapan seraya menghayati betapa besar kasih-sayang dan penjagaan orangtua semasa kita masih kecil.

Selain memohon limpahan kasih-sayang bagi kedua orangtua, do'a lain yang sangat utama untuk kita mintakan kepada Allah Ta'ala adalah ampunan (maghfirah). Inilah do'a yang dapat menjadi sebab Allah Ta'ala mengangkat derajat mereka kepada surga yang lebih tinggi, bahkan sampai menjadikan mereka heran atas kemuliaan yang Allah Ta'ala berikan kepada mereka. Kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan mengucapkan do'a رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ (Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orangtuaku). Sebuah do'a yang sangat ringkas dan sesungguhnya sebaik-baik do'a adalah yang ringkas, tidak merinci-rinci, tetapi cakupannya sangat luas. Inilah al-jawami' ad-dua'. Inilah do'a yang paling disukai oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam sebagai dituturkan oleh Ibunda 'Aisyah radhiyallahu 'anha:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنَ الدُّعَاءِ، وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai al-jawami’ ad-dua'. Dan beliau tinggalkan yang lainnya." (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Berkenaan dengan do'a memohonkan ampunan bagi kedua orangtua, kita dapati teladannya tatkala Nabi Nuh 'alaihissalaam berdo'a:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا

"Tuhanku, ampunilah aku dan ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." (QS. Nuh, 71: 28).

Do'a masyhur yang menggabungkan keduanya, ialah:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْراً

“Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku, dan kasih-sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah merawat-mengasuhku di waktu kecil.”

Hanya itu do'a untuk orangtua? Jika yang ringkas telah mencukupi dan bahkan menyampaikan hajat yang terbaik secara sempurna, maka kita tidak perlu mereka-reka do'a yang berpanjang-panjang dan melampaui batas. Dua itu saja sudah melebihi segala yang kita inginkan apabila Allah Ta'ala kabulkan. Yang paling pokok adalah menyempurnakan upaya kita dalam berdo'a, yakni bersungguh-sungguh memohon, menjaga diri dari memakan harta yang haram, menjauhi syirik, meminta dengan merendahkan diri maupun suara kita di hadapan Allah Ta'ala serta melakukan munajat dengan raghbah diiringi rahbah (harap yang amat sangat dan cemas). Kita menadahkan tangan untuk berdo'a, kapan saja kita teringat kedua orangtua kita, selain di waktu-waktu yang memang kita biasa berdo'a.

Berkaitan dengan menyempurnakan amalan, mari kita ingat hadis dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الله يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ

“Sesungguhnya Allah (Ta'ala) mencintai jika salah satu dari kalian melakukan amalan dan ia melakukannya dengan sebaik-baiknya (maksimal).” (HR. Baihaqi).

Amalan apakah itu? Segenap amal shalih dan ibadah, hendaknya kita lakukan dengan sebaik-baiknya, sepenuh kesungguhan dan berusaha untuk meraih kesempurnaan. Jika berdo'a, berdo'alah sebaik mungkin. Bukan sepanjang dan serinci mungkin. Jika melakukan umrah, perhatikanlah apa yang terbaik dan dapat kita kerjakan seoptimal mungkin. Satu kali umrah yang sempurna, jauh lebih baik daripada umrah berulang kali tanpa memperhatikan keutamaan-keutamaan di dalamnya.

Berkenaan dengan keutamaan memohon ampunan (maghfirah) bagi kedua orangtua kita yang telah meninggal dunia, mari kita ingat sabda Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam:

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

Sungguh seseorang akan diangkat derajat­nya di surga. Dia mengatakan, "Darimana ini?" Kemudian dikata­kan kepada­nya, "Ini disebabkan istighfar anakmu yang shalih.” (HR. Ibnu Majah).

Maka, kalau benar kita mencintai orangtua, mohonkanlah ampunan bagi mereka terus-menerus. Semoga Allah Ta'ala kabulkan do'a kita sehingga mereka kelak akan diangkat derajatnya di surga. Inilah amalan paling utama yang perlu dikerjakan oleh seorang anak bagi orangtuanya, yakni mendo'akan memohon ampunan dan kasih-sayang. Tampaknya paling ringan, tidak memerlukan modal apa pun, tetapi sesungguhnya do'a yang tulus penuh kesungguhan secara terus menerus jauh lebih berat dibanding mengeluarkan shadaqah sekali waktu atas nama mereka, meskipun jumlahnya cukup besar.

(Bersambung. Tulisan berikutnya insya Allah bertajuk Penuhi Janji Mereka).
Mohammad Fauzil Adhim, Penulis buku,
Twitter @kupinang
facebook Mohammad Fauzil Adhim
Powered by Blogger.
close