Belajar dari Masa Kecil Umar bin Abdul Aziz


Oleh Imam Nawawi

Perkembangan era informasi dan teknologi menjadikan para orangtua kebingungan bagaimana mendidik dan mengasuh putra-putrinya. Apalagi jenis program yang ditawarkan di media massa saat ini cenderung kurang positif dan tidak inspiratif, terutama dalam upaya penanaman nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.

Menghadapi situasi seperti itu tentu saja orangtua harus mengenal sosok-sosok inspiratif dalam sejarah peradaban Islam yang sangat dibutuhkan oleh putra-putrinya sebagai figur, teladan atau idola yang sangat menentukan sifat, mental, karakter dan kepribadian anak yang Islami. Dengan mengenal sendiri, para orangtua bisa mengajak anak-anaknya untuk berdiskusi, bercerita atau pun bercanda dengan wawasan sejarah anak-anak muslim yang sangat inspiratif.

Satu di antara figur yang sangat inspiratif namun belum begitu banyak dikenal oleh para orangtua secara lengkap untuk anak-anak adalah masa kecil Umar bin Abdul Aziz. Seorang anak yang tumbuh menjadi khalifah di masa Bani Umayyah yang mampu membawa umat Islam pada keimanan, ketakwaan dan juga kesejahteraan.

Sejak kecil Umar bin Abdul Aziz dididik oleh orangtuanya untuk gemar belajar. Umar pun tumbuh menjadi anak yang memiliki kesungguhan dalam mengenal diri dan membangun kepribadian. Umar sangat senang bertemu dan duduk bersama para alim ulama, mengisi waktu luangnya dengan menghafal Al Qur’an, belajar bahasa Arab, ilmu adab, termasuk belajar sastra. Kedekatan dengan para ulama menjadikannya lebih dewasa daripada umurnya sendiri.

Umar dikenal sebagai anak yang sholeh dan suka menangis. Suatu hari sang ibu mendapatinya di kamar sedang menangis tersedu-sedu. “Wahai ananda, apa gerangan yang terjadi hingga engkau menangis seperti itu?” tanya ibundanya. Dengan tenang Umar menjawab, “Aku hanya ingat mati wahai ibundaku”.

Umar tumbuh dewasa sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan fisiknya yang kecil dan usianya yang masih belia. Demikianlah sosok Umar bin Abdul Aziz di masa kecilnya. Penuh semangat dalam belajar, gemar duduk bersama ulama, dan tidak menggunakan waktu luang kecuali untuk menghafal Al-Qur’an atau mengulang-ulang pelajaran.

Umar bin Abdul Aziz kecil bukannya tidak suka bermain. Keinginan itu tetap ada apalagi usianya masih anak-anak. Tetapi ia selalu berhasil mengalahkan kemauannya untuk bermain. Ia juga tidak suka melakukan kesalahan baik yang merugikan diri sendiri apalagi orang lain.

Hal itu tidak lain karena keteguhan hatinya untuk menjadi seperti kakeknya, yang tidak lain adalah paman dari ibu Umar bin Abdul Aziz, Abdullah bin Umar. Abdullah bin Umar termasuk sosok yang sangat dikagumi Umar bin Abdul Aziz karena ilmunya, kesederhanaannya, kedermawanannya dan kebesaran jiwanya.
Dalam suatu kesempatan, Umar berkata kepada ibunya, “Tahukah engkau wahai ibundaku, nanti anandamu ini pasti akan seperti kakeknya, Abdullah bin Umar!” Jadi, Umar bin Abdul Aziz sudah memiliki figur yang karena itu dia memiliki cita-cita besar sejak belia.

Namun demikian bukan berarti Umar kecil tidak pernah keliru. Suatu hari ia terlambat melaksanakan shalat berjama’ah di masjid Nabawi. Sang guru, Shalih bin Kisan, pun bertanya perihal keterlambatannya.

Umar menjawab dengan jujur, “Aku terlambat karena aku masih menyisir rambutku”. Sang guru pun berkata seraya mengingatkannya, “Apakah kamu lebih mengutamakan menata rambutmu dibandingkan shalat?”

Berdasarkan amanah ayahnya, Abdul Aziz kepada gurunya, maka Shalih bin Kisan pun menulis kabar tentang anaknya kepada Abdul Aziz tentang peristiwa keterlambatan itu. Abdul Aziz pun meminta kepada sang guru untuk menggunduli kepala anaknya.

Mendapati keputusan sang ayah yang harus dilakukan sang guru, Umar tidak menggerutu apalagi menolak. Umar menerimanya dengan senang hati dan lapang dada. Hal itu bukan karena ketakutan, tetapi lebih karena Umar mengerti bahwa semua itu akan menjadi penawar dari kesalahan yang telah diperbuatnya, yakni menelantarkan sebagian shalat dari waktunya.

Dengan demikian teranglah bagi kita semua tentang bagaimana masa kecil Umar bin Abdul Aziz. Hal semacam ini sangatlah baik diketahui oleh para orangtua di era modern ini, terutama jika benar-benar ingin memiliki anak yang sholeh dan sholehah, bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

Sosok Umar bin Abdul Aziz kecil sangat dibutuhkan oleh putra-putri kita semua untuk menempa diri, mengisi masa kecil mereka dengan berbagai macam kegiatan yang dapat menggairahkan semangat belajar, kegemaran beribadah dan kesungguhan dalam mengamalkan ilmu.

Berlapang dada atas hukuman karena kesalahan dan tidak pernah mau menyia-nyiakan waktu. Apalagi menyia-nyiakan shalat. Dengan usaha para orangtua yang sungguh-sungguh untuk mengenalkan sosok Umar bin Abdul Aziz kecil, Insya Allah, harapan lahirnya generasi rabbani akan semakin terbuka lebar. Mari kita coba dari sekarang demi masa depan putra-putri generasi Muslim seluruhnya.


Imam Nawawi, Pemimpin Redaksi Majalah Mulia | Penulis di hidayatullah.com | twitter @abuilmia
Powered by Blogger.
close