Cerdas di Rumah : Anak Suka Mengacak-acak Rumah
Oleh : Nur
Muthmainnah
Pernahkah kita
melihat anak-anak mengacak-acak atau membuat berantakan barang-barang di rumah?
Bagaimana perasaan kita ketika melihat hal itu? Jengkel, marah, kesal, atau
senang malah bercampur menjadi satu? Perlu diketahui bahwa anak belajar dengan
cara mengeksplorasi semua benda yang ada di sekitarnya dan benda yang terdekat
ada di dalam rumah. Dinding, kasur,piring, gelas, sendok, garpu, pisau, kompor,
kran air, tanah, kasur, bantal, dan sebagainya. Itu adalah media belajar
anak.Mereka mengeksplorasinya yang disisi lain mungkin kita menyebut mereka
mengacak-ngacaknya.
Studi yang
dilakukan tim peneliti dari University of Lowa (2014), menemukan bahwa balita
yang memahami, menyentuh, dan merasa bahkan melempar-lempar benda, termasuk
mainan dan makanannya, bisa terus mengumpulkan informasi tentang dunia
sekitarnya. Peneliti menguji 72 balita berusia 16 bulan. Kemudian, mereka
diberi beberapa benda.
Peneliti pun
memperhatikan apakah anak itu bisa mempelajari nama-nama benda yang ada. Mereka
menemukan bahwa anak yang cenderung berantakan saat bermain lebih baik dalam
mempelajari benda sekaligus mengingat namanya. Salah satupeneliti, Larissa Samuelson mengatakan informasi dari
suatu benda yang dilempar atau diacak-acak oleh anak akan lebih mudah mereka
ingat. Sebab, mereka melakukan tindakan itu sambil mencatat informasi di
pikirannya. Dalam penelitian tersebut, para peneliti juga memberi objek non
padat seperti selai, keju, mentega, oatmeal, dan saus cokelat.
Kemudian, mereka
diberi nama masing-masing objek dengan kata yang sederhana. Lalu, mereka diberi
objek yang sama dengan bentuk berbeda. Ternyata, anak-anak yang lebih
berantakan saat bermain, lebih akurat dalam memberi nama benda. Menurut
peneliti, cara yang cenderung mengacak-acak, misalnya menggenggam, mengambil,
lalu memasukkan benda-benda ke dalam mulut mereka. Sedangkan, anak yang tidak
berantakan misalnya hanya menyentuh dan menusukkan jari ke suatu benda.
Berdasar
penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang bermain dengan
cara berantakan bisa mengidentifikasi benda hampir 70 persen benar sedangkan
yang tidak berantakan hanya 50 persen. Mereka yang duduk di kursi tinggi pun
bisa mengidentifikasi objekdenganlebihbaik.Studiinisudahditerbitkan dalam
jurnal Developmental Science. Dalam
laporannya, peneliti mengatakan informasi yang diperoleh melalui eksplorasi
aktif terkadang penting untuk mengetahui sesuatu.
Kita semua punya
harapan untuk mempunyai anak yang cerdas dan pintar. Anak yang cerdas dan
pintar adalah anak yang banyak belajar. Jadi, seharusnya kita senang apabila
anak mengeksplorasi isi rumah kita walau kita harus sering melihat seisi rumah
berantakan. Seharusnya kita juga bersyukur bila mempunyai anak yang aktif.
Dengan alur berpikir
ini, berarti tidak seharusnya kita marah bila anak mengacak rumah. Apabila kita
memang tidak mau rumah kita diacak-acak, kita harus menyediakan sesuatu untuk
diacak oleh anak-anak kita. Atau jika tidak ada waktu untuk menyediakan,
ikhlaskan saja barang-barang rumah demi pendidikan anak. Jika ada barang yang
memang tidak boleh dipegang anak, sebaiknya disembunyikan di tempat tidak dapat
dijamah oleh anak.
Meski demikian,
bukan berarti kita bisa membiarkan begitu saja anak untuk membuat berantakan.
Sebab kita juga harus mengajarkan kerapian, kebersihan dan keteraturan pada
anak-anak. Bagaimana caranya? Ketika mengacak makanan, atau tanah atau apapun,
baiknya kita temani anak sambil menanamkan nilai-nilai tersebut. Misalnya :
“Wah, adik lagi apa? Bikin kue dari tanah ya? Bunda ikut ya. Kita main tanah di
halaman saja, kan tanahnya kotor. Supaya
bebas kuman, setelah main tanah kita cuci tangan dulu.”
Jadi, dalam
keadaan bermain yang menyenangkan, kita bisa menjalin kedekatan sambil
menanamkan berbagai macam nilai. Dalam keadaan senang, anak lebih mudah menerima
apa yang kita sampaikan. Tips ini bisa fleksibel untuk semua kegiatan mengacak
di rumah.
Nur Muthmainnah, Pemerhati dunia pendidikan
Admin : @emthorif
Post a Comment