Kajian Utama : Karakteristik Penilaian Kelas
Oleh Slamet
Waltoyo
Menilai
merupakan bagaian yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Baik
menilai proses maupun hasil belajar. Ketika guru menyusun rencana pembelajaran,
misalnya dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), maka langkah
penilaian sudah harus ditetapkan. Baik teknik penilaian, bentuk penilaian
hingga kriteria dan penskorannya.
Dalam
penilaian kelas di tingkat Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah ada lima
karakteristik yang perlu diperhatikan, antara lain: Pertama, belajar tuntas. Kriteria ini berdasarkan asumsi bahwa
semua murid dapat mencapai kompetensi yang ditentukan asal mendapatkan bantuan
yang tepat dan diberi waktu yang cukup (sesuai yang dibutuhkan). Dapat
dikatakan; tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak belum menemukan guru
yang “pas” dalam memberikan bantuan belajar. Sehingga dalam pelaksanaannya,
murid belum diberi pelajaran pada konsep atau ketrampilan berikutnya sebelum
menuntaskan konsep atau ketrampilan sebelumnya, dengan mendapatkan nilai
ketuntasan minimal.
Berdasarkan
ini bisa dimengerti bahwa dalam Kurikulum 2013 tidak ada anak yang tinggal
kelas. Tetapi kenyataan yang sering terjadi, terutama di madrasah atau sekolah yang
belum bisa memilih murid akan menjumpai murid yang rendah kemampuan belajarnya.
Di sekolah atau madrasah yang demikian biasanya guru yang mampu memberi
pelayanan khusus pada anak sangat terbatas. Belum lagi fasilitas belajar yang
biasanya juga terbatas. Maka solusi yang
bisa dilakukan adalah dengan menurunkan standar kompetensi yang harus dicapai.
Kedua, otentik. Penilaian adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pembelajaran. Anak diukur kemajuan kemampuannya selama dan setelah
melakukan proses pembelajaran. Penilaian menggunakan berbagai cara dan kriteria
sehingga hasil penilaian menggambarkan kondisi kemampuan anak yang nyata. Anak
tidak hanya diukur apa yang telah diketahui melainkan juga mengukur apa yang
sudah bisa dilakukan. Nilai tidak hanya diambil dari hasil tes. Melainkan juga
dari berbagai tugas yang telah dikerjakan. Contoh tugas yang bisa diberikan
antara lain; melakukan percobaan, memecahkan suatu masalah, membuat karya,
menulis laporan, membaca puisi, pidato atau bercerita.
Ketiga, berkesinambungan. Penilaian berlangsung
terus-menerus selama proses pembelajaran. Dengan demikian pendidik akan
mendapatkan gambaran yang utuh tentang perkembangan dan prestasi yang telah
diperoleh selama proses pembelajaran. Guru harus mempunyai catatan perkembangan
setiap murid di samping penilaian ulangan harian.
Keempat, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi.
Untuk mendapatkan gambaran perkembangan yang lengkap, guru harus bisa
menggunakan berbsgai teknik penilaian. Teknik penilaian dapat berupa tes atau
bukan tes. Tes dapat dilakukan dengan tertulis, lisan atau unjuk kerja.
Penilaian bukan tes misalnya dengan produk, portofolio, projek, pengamatan.
Kelima, berdasarkan acuan kriteria. Penilain
berdasarkan pada acuan ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Kemampuan murid tidak dibandingkan dengan pencapaian kelompoknya melainkan
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melakukan penilaian,
sebelumnya guru telah menetapkan kriteria yang harus dicapai murid. Kriteria
pencapaian yang disebut dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ditetapkan dengan
mempertimbangkan tiga hal, yaitu 1) Karakteristik kompleksitas kompetensi dasar
yang akan dicapai. 2) Daya dukung, yaitu kesiapan guru dan sarana belajar yang
tersedia, 3) Karakteristik peserta didik, yaitu kemampuan rata-rata murid dalam
menangkap kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Guru harus
menguasai betul kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh murid sehingga,
ketika proses pembelajaran mengacu pada materi yang ada pada buku, guru sudah
bisa mengukur materi mana yang harus dikuasai murid dan materi mana yang
terlalu gemuk yang dapat membebani murid. Guru juga sudah bisa mengantisipasi
kesulitan anak sejak awal proses pembelajaran.
Drs. Slamet
Waltoyo, Guru MI
Al-Kautsar Sleman Yogyakarta
Post a Comment